wiranurmansyahAvatar border
TS
wiranurmansyah
[TRAVELISTA] Menggapai Puncak Sang Dewi Anjani, Rinjani.

Text dan Foto oleh Wira Nurmansyah [url]http://wiranurmansyah.com
[/URL]

PESAN TS UNTUK SEMUA : Agan-agan budiman yang akan naik ke Rinjani, atau kemanapun destinasinya. Tolong kesadarannya untuk tidak meninggalkan sampah disana. Karena sudah banyak sekali SAMPAH disana. Jangan sampai anak cucu kita nanti tidak bisa lagi melihat keindahan rinjani.

Tempatkanlah sesuatu pada tempatnya dan jangan melebihi batas. Salam Lestari. emoticon-Smilie



Barisan awan putih terlihat sangat dekat dari bumi lombok ini. Hembusan angin dan terik mentari menemani setiap langkah saya melangkah di salah satu tanah terindah bumi pertiwi.

Dengan angkuhnya terlihat ia berdiri memandangi para pendaki yang akan menjamahnya. Untuk menuju ke puncak 3726 meter diatas permukaan laut, ini bukanlah pendakian yang mudah bagi pemula.
Spoiler for peta rinjani. Jalur naik warna merah via sembalun. Jalur biru turun via Senaru. Total jarak tempuh sekitar 40 km:


Rinjani memiliki nilai spiritiual bagi orang Hindu Bali dan suku sasak. Bagi orang bali, Rinjani adalah satu dari tiga gunung yang disucikan karena dianggap tempat tinggal para dewa. Bromo, Agung, dan Rinjani adalah

Saat mendekati pulau Lombok, saya sudah terpesona dengan eksotismenya. An unspoiled Bali, kata sebagian orang. Beruntung saya mendapat penyebrangan ferry pagi hari, sehingga bisa melihat matahari terbit di atas kapal. Saya juga sempat melewati tiga buah pulau Gili yang terkenal itu dari atas kapal. Disini, pesona keindahan lombok sudah mulai terasa.

Sesampainya di Lombok, dan setelah melengkapi logistik di pasar Aikmel, saya menuju Desa Sembalun menggunakan truk pasir. Desa Sembalun merupakan salah satu jalur masuk ke Taman Nasional Gunung Rinjani. Saat perjalanan ke Sembalun, kami sempat berhenti di Bukit Tiga dara untuk menikmati matahari terbenam.


Bukit Tiga Dara, Desa Sembalun

Saya beristirahat semalam untuk melakukan aklimatisasi, ini penting karena tubuh kita harus menyesuaikan dulu dengan oksigen yang tipis di ketinggian. Baru keesokan pagi saya berangkat dari basecamp desa sembalun ini.

Angin padang yang bertiup membuat ilalang-ilalang melambai bagai jutaan rajutan yang begitu indah. Ada eksotisme yang tidak terbantahkan disana.


Lembah sekitar kaki Rinjani

Saya beruntung kabut mulai turun dan sedikit mengurangi sengatan matahari. Selama perjalanan, saya sering berpapasan dengan pendaki asing. Tidak heran, gunung Rinjani memang salah satu daya tarik wisata yang terkenal di mancanegara.

Savana Jalur Sembalun

Saya sempat berbincang dengan salah satu bule dan dia berkata, "Indonesia was really beautiful..," saya hanya tersenyum dan berkata, "Indeed..,"

Rinjani bagaikan dunia lain, ucap kawan saya. Bagaimana tidak, sejak awal pendakian kami sudah disuguhi padang savana yang eksotis, hutan tropis yang mempesona, serta perbukitan yang luar biasa indah.

Ini baru awal, tetapi sudah sangat indah.

Dari basecamp Sembalun ke pos satu dihiasi padang savana seperti bukit teletubbies, saya sedikit memotong jalan lewat hutan atas saran penduduk sekitar karena bisa menghemat dua jam. Sekitar pukul sebelas siang saya sampai di pos satu. Tetapi yang namanya savana, jarang sekali terdapat pohon, maka saya pun tidak berlama-lama di pos ini karena sengatan matahari, tidak heran banyak yang menyebut Rinjani ‘gunung pantai’.

Ditemani Kabut

Sesaat sebelum matahari terbenam, saya sampai di pos tiga. Di tempat ini saya mendirikan tenda dan beristirahat untuk mempersiapkan pendakian keesokan harinya.

Namanya terdengar mengerikan. Bukit penyiksaan, adalah nama tempat yang kami lewati pada pendakian hari kedua. Perbukitan terjal ini memang membuat kami tersiksa karena tanjakan yang seakan tak pernah habis.

Disini kami sering menemukan puncak semu, dari kejauhan seperti puncak bukit tetapi sebenarnya bukit-bukit berikutnya masih tertutup kabut.


Bukit penyesalan

Jalur alternatif adalah Bukit penyesalan, tanjakannya relatif lebih landai tapi jarak tempuh lebih lama. Tapi di sepanjang perjalanan hari itu, pemandangan sangat surreal. Sensasinya mirip berjalan di dunia khayal film science fiction.

Sesampainya di pos plawangan sembalun, awan sudah berada sejajar dengan kaki kami. Disini hawanya memang lain, sudah terasa benar-benar di alam liar, alam para petualang.






Plawangan Sembalun

Bahkan saat angin berhembus pun terdengar jelas suaranya. Ahhh, rasanya saya ingin sekali melompat dan menari-nari di atas awan itu.

Plawangan sembalun adalah pos terakhir sebelum puncak, dengan ketinggian sekitar 2700 mdpl. Puncak Rinjani berada di ketinggian 3726 mdpl. Berarti masih ada sekitar satu km vertikal, saya jadi malas membayangkannya.

Tetapi, saya akan tetap melakukan summit attack pas jam 12 malam tepat. Sisa-sisa tenaga saya kumpulkan demi puncak rinjani. Daypack, headlamp, makanan kecil, P3K, air serta doa yang saya bawa. Target saya tepat saat subuh saya sudah di puncak dan mengambil foto sunrise dari sana.

Jalur Menuju Puncak

Jalur menuju puncak adalah pasir, mirip seperti di semeru. Jalur ini sangat mengerikan, kiri-kanan langsung jurang menganga lebar. Saya sangat setuju summit attack dimulai malam hari sehingga mental kita tidak jatuh duluan melihat jalurnya.

“Seorang pendaki sejatinya tidak sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi yang menusuk ke langit, melainkan ia sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi dirinya sendiri sebagai manusia”

Hampir puncak

Sebenarnya, saat tanjakan pasir terakhir saya sudah tidak kuat sama sekali. Ingin sekali turun kebawah. Tetapi saya selalu disemangati oleh pendaki lain, yang bahkan saya tidak kenal. Teriakan-teriakan penyemangat mereka memberi kekuatan kepada saya. Bintang-bintang yang bertaburan di atas juga ikut menyemangati. Bayang-bayang orang yang saya sayangi juga tiba-tiba muncul memberikan kekuatannya.

Break the limit. Itu kata-kata yang selalu ada di pikiran saya. Rinjani mengajarkan saya untuk selalu tidak menyerah dalam keadaan apapun. Langkah demi langkah saya jalani, walaupun terkadang kaki terjebak di pasir, yang hanya perlu saya lakukan hanyalah melangkah dan terus berdoa.

Dan… sayapun berada di Puncak Rinjani..

Puncak Rinjani

Ingin menangis rasaya tapi malu hehe. Dari puncak 3726 meter di atas permukaan laut, saya bisa melihat semua sisi pulau lombok, bahkan pulau bali dan sumba!

Di kejauhan terlihat Gunung Agung di Bali berdiri dengan angkuhnya. Melihat kaldera rinjani dengan garis enam kilometer, saya merasa bagikan buih di lautan.

Jalur menuju segara anak

Setelah bersalaman dengan setiap orang di Puncak dan sedikit berfoto, saya harus segera turun karena puncak akan panas sekali dan persediaan air pun tinggal sedikit. Saat melihat jalur turun, saya sedikit merinding. Tetapi jika kita telah menemukan iramanya, kita bisa seperti bermain “ski pasir”, asalkan hati-hati jangan sampai terperosok ke jurang. ....cont to post 2

0
19.3K
351
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan