- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Domestik
[FR] Jelajah Timor-Flores 31 Agustus - 13 September 2012
TS
babababy
[FR] Jelajah Timor-Flores 31 Agustus - 13 September 2012
Quote:
Berikut kisah perjalanan ane dan temen-temen overland pulau Flores dari tanggal 31 Agustus - 13 September 2012. Ada 35 bagian kisah dilengkapi foto dan video . Berawal dari ajakan agan Elyudien di thread ini
Berikut Chapter-nya
(part 1): Tawaran Menggiurkan
(part 2): Dari Barat Ke Timur
(part 3): Sejengkal Waktu di Kupang
(part 4): Jejak Sasando
(part 5): Lintas Negara 12 Jam
(part 6): Jalan Tanpa Snappy
(part 7): Kampung Alor, Kampung KD
(part 8): Mengais Cinderamata Pasar Tais
(part 9): Sholat di Masjid An Nur
(part 10): Senyum Kunci Masuk Istana
(part 11): Nge-Mall di Timor Plasa
(part 12): Bonus Keindahan Di Cristo Rei
(part 13): Hampir Malam di Dili
(part 14): Rosalina Pulang
(part 15): Friend, Fotografi , Food
(part 16): Pantai Pertama Flores, Kajuwulu
(part 17): Kearifan Lokal Renggarasi
(part 18): Petualangan Mendebarkan, Murusobe
(part 19): Life Begin At Forty
(part 20): Clement on Kelimutu
(part 21): Kenangan Desa Wologai
(part 22): Green Green
(part 23): Riang Nga-Riung di Riung
(part 24): Hot dan Cold Trip
(part 25): Kampung Bena
(part 26 ): Ruteng, Sofi dan Pesta
(part 27 ): Lingko, Spiderweb Rice Field
(part 28 ): Dintor dan Ide Si Mami
(part 29 ): Firasat Wae Rebo
(part 30 ): Labuan Bajo Time
(part 31 ): Kanawa The Love Island
(part 32 ): Hopping S.O.S.
(part 33 ): Ini Komodo Bukan Omdo
(part 34 ): Caca Marica Pulau Rinca
(part 35 ): Drama Happy Ending
Berikut Chapter-nya
(part 1): Tawaran Menggiurkan
(part 2): Dari Barat Ke Timur
(part 3): Sejengkal Waktu di Kupang
(part 4): Jejak Sasando
(part 5): Lintas Negara 12 Jam
(part 6): Jalan Tanpa Snappy
(part 7): Kampung Alor, Kampung KD
(part 8): Mengais Cinderamata Pasar Tais
(part 9): Sholat di Masjid An Nur
(part 10): Senyum Kunci Masuk Istana
(part 11): Nge-Mall di Timor Plasa
(part 12): Bonus Keindahan Di Cristo Rei
(part 13): Hampir Malam di Dili
(part 14): Rosalina Pulang
(part 15): Friend, Fotografi , Food
(part 16): Pantai Pertama Flores, Kajuwulu
(part 17): Kearifan Lokal Renggarasi
(part 18): Petualangan Mendebarkan, Murusobe
(part 19): Life Begin At Forty
(part 20): Clement on Kelimutu
(part 21): Kenangan Desa Wologai
(part 22): Green Green
(part 23): Riang Nga-Riung di Riung
(part 24): Hot dan Cold Trip
(part 25): Kampung Bena
(part 26 ): Ruteng, Sofi dan Pesta
(part 27 ): Lingko, Spiderweb Rice Field
(part 28 ): Dintor dan Ide Si Mami
(part 29 ): Firasat Wae Rebo
(part 30 ): Labuan Bajo Time
(part 31 ): Kanawa The Love Island
(part 32 ): Hopping S.O.S.
(part 33 ): Ini Komodo Bukan Omdo
(part 34 ): Caca Marica Pulau Rinca
(part 35 ): Drama Happy Ending
Spoiler for (part 1): Tawaran Menggiurkan:
Flores Adventure, dari Maumere sampai Labuan Bajo. Judul thread ajakan jalan bikin loncat dari tempat tidur sambil ngelapin iler. Itinerary-nya 10 hari menjelajah spot ektsrim Flores , gunung dan pantai. Seperti trekking ke air terjun kembar Muro Sabe dan desa Wae Rebo. Tanpa menunggu lama langsung menghubungi Mas El sang penggagas.
Permohonan cuti dilayangkan ke bos , semoga disetujui. Seandainya ga disetujui kayaknya bakal ada drama nangis Bombay nih.
“Pak saya rela lebaran di site, asal cuti diaprove.” Gelesotan di lantai sambil pasang muka paling memelas sedunia. Adegan itu udah nyata banget diotak dan siap dieksekusi.
Terimakasih Tuhan, tanpa drama cuti langsung disetujui. Perburuan mencari tiket pun dimulai. Dan ternyata tiket ke Indonesia timur cukup bikin kantong kempes. Apalagi tiket Jakarta-Maumere , harganya hampir dua kali Jakarta-Kupang. Nah lho gimana nih? Setelah berkomunikasi dengan mas El, ada solusi yang lebih baik namun beracun. Singkatnya perjalanan bakal ngaret jadi 14 hari karena sebelum ke Maumere kita Jelajah Kupang dan Dili dulu. Deg! Ada rasa bahagia tapi khawatir, konon keamanan Dili tidak terlalu kondusif. Terus cuti dan buget nambah lagi. Biar tidak terlalu mencolok pengajuan cuti dibagi dua, jauh sebelum dan menjelang akan trip. Buget kata mas El ke Dili tidak terlalu besar karena via darat dan makanan bisa disiasati membawa dari Kupang.
Pereburuan tiket dan pengajuan cuti done! Selanjutnya persiapan fisik dan mental, terutama fisik. Maklumlah badan tambun gw rasanya cukup sulit dibawa trekking 4-5 jam. Jadi inget pengalaman bulan Mei, niatnya naik ke Danau Gunung Tujuh Kerinci tapi akhirnya gagal karena napas habis. Masih ada waktu 1,5 bulan buat melatih napas dan stamina. Kalo menurunkan berat badan tidak terlalu berharap banyak. Lari-larian di atas treadmill selama 1 jam digelar rutin tiap hari . Sampai temen-temen kantor pada heran, kesannya lagi program diet dan kekeh banget buat langsing. Padahal ini demi jalan-jalan.
Persiapan lain bikin daftar barang yang mau dibawa based on itin. Coba cari informasi dari google kondisi cuaca di sana. Ternyata ada beberapa daerah bersuhu dingin seperti Bajawa dan Ruteng. Tapi di daerah pantai , matahari cukup terik membakar kulit. Tidak lupa masker penutup hidung, tindakan preventif menghadapi debu musim kemarau.
Awalnya saya kira trip bergenre petualangan bakal banyak diminati pria penghobi fotografi. Karena diliat dari latarbelakang mas El, pedagang kamera dan asesories di dunia maya. Tapi melihat perkembangan terakhir, perjalanan bakal diikuti 6 wanita dan 2 pria. Jadi penasaran wanita seperti apa yang hobi “blusukan” ke daerah bekas konflik dan pedalaman Flores.
Spoiler for (part 2): Dari Barat Ke Timur:
Bandara El Tari Kupang
(30/08/2102)Penerbangan satu jam Jambi-Jakarta melelahkan setelah didera delay berjam-jam. Sapaan ringan supir taxi menawarkan jasa dan lalu lalang penumpang kontras dengan keseharian di hutan. Tidur dimana ya malam ini? Langkah kaki menyusuri tiap sudut bandara, mata nanar mencari kursi untuk bersandar melepas kantuk. Langkah saya terhenti di restoran cepat saji, menuntaskan rasa lapar sambil berharap kursi panjang di depan sana kosong.
Makanan sudah habis tapi kursi panjang tak kunjung kosong, kembali menyusuri terminal 1B. Tangga menuju anjungan pengantar cukup nyaman untuk bersandar. Tatang, pria asal Bandung menyapa ringan ketika merebahkan tangga di seberang. Esok pagi dia akan terbang menuju Pontianak. Tanpa saya bertanya, dia menjelaskan berangkat ke bandara lebih awal karena tidak akur dengan istrinya. Terjadi keributan kecil selorohnya sambil tersenyum. Dua buah kardus besar bertuliskan dodol khas Bandung dipeluknya erat. Sayapun berpikir, mungkin dodol ini yang membuat istrinya uring-uringan. Uang belanja satu bulan untuk membeli oleh-oleh.
Malam merayap tapi tidak dengan nadi kehidupan di sini, semakin cepat. Meskipun saya tergolek dalam rasa kantuk , masih banyak orang lalu lalang. Tatang sudah jatuh terlelap lebih dulu, merasa lebih damai di sini dibandingkan di samping istrinya. Kesadaran saya bangkit ketika pria paruh baya menawarkan pijat refleksi, suaranya parau membahana. Sekali lagi membenamkan diri dalam rasa kantuk. Berikutnya wanita paruh baya dengan langkah cepat menaiki anak tangga anjungan pengantar. Suara sendal jepit berdecit kembali menggugah kesadaran. Wanita itu tidak banyak bicara tapi menjadi pusat kerumunan. Mie dan kopi instant menjadi daya tarik bagi penumpang. Harganya relatif murah dibandingkan kafe di depan pintu masuk. Segelas kopi dihargai 4 ribu dan mie instant 7 ribu. Sayapun tergoda membeli segelas kopi , menawarkan dinginnya malam.
Para pedagang naik ke anjungan pengantar di lantai dua. Rasa kantuk menjelma menjadi rasa penasaran. Langkah kaki menuntun menuju ruangan temaram di atas sana. Barisan penumpang tertidur lelap memenuhi ruangan, mirip stasiun kereta api. Awalnya saya ingin ikut bergabung tapi tak ada tempat yang tersisa. Ketika kembali menuju tangga, kondisinya tak jauh berbeda. Tumpukan manusia berbaring semakin banyak, termasuk tempat saya tadi.
Check-in lebih awal memberikan kesempatan beristirahat di tempat yang lebih nyaman. Membenamkan diri di jajaran kursi panjang sambil meluruskan badan. Hawa pendingin udara membelai lembut pengantar tidur. Tidak terasa tiba-tiba panggilan penerbangan menuju Kupang membahana di pagi buta. Kesadaran saya bangkit dalam wujud yang lebih segar, efek tidur kualitas tinggi . Pukul enam kurang pesawat meninggalkan bandara yang lebih mirip terminal bus. Sukarano-Hatta.
Penerbangan satu jam menuju Surabaya menyempurnakan tidur di pagi hari. Turun pesawat hawa panas udara Sidoarjo menyapa. Seharusnya transit 3 jam di Bandara Internasional Juanda, tapi diberi bonus 45 menit, lumayan untuk tidur dan selonjoran. Pukul 11:00 WIB pesawat menuju Kupang diberangkatkan. Penerbangan kali ini jauh lebih padat dari rute Jakarta-Surabaya.
Tepat Pukul 02:00 WITA mendarat di Bandara El Tari, Kupang. Ternyata di sini lebih panas dari Surabaya. Pemandangan sabana dengan pohon meranggas tampak jelas dari atas pesawat. Sebuah pesan singkat dari El masuk, katanya langsung saja menuju hotel Maliana Jalan Sumatra . Tarif ojek 30 ribu dan angkot 2 ribu.
Perlu waktu 24 jam penuh , perjalanan barat ke timur Indonesia. Lelah? Tak ada lelah untuk sebuah petualangan. Sesampai di hotel pandangan saya beralih ke pantai di seberang jalan. Laut biru tenang dengan karang berbalut lumut hijau terlalu sayang untuk dilewatkan.
Tiba-tiba El menelepon, “Langsung aja susul gw di goa kristal. Pokoknya ke arah pelabuhan Dolop. Detailnya gw sms”. Suaranya begitu renyah tak ada kesan lelah, padahal baru mendarat satu jam yang lalu. Tanpa berpikir dua kali, ransel saya letakan di kamar hotel lalu bergegas menyusul El.
“Berangkut!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Lelap – Tatang tidur memeluk kotak dodol
Berjajar-Mengisi tiap ruang kosong
check in – cari tempat tidur nyaman
Singgah – 3,5 jam transit di bandara Juanda , Surabaya
Terpukau – Keindahan pantai di seberang jalan Hotel Maliana, Kupang
Diubah oleh babababy 17-04-2013 21:51
0
21.8K
Kutip
95
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan