OPEC (singkatan dari Organization of the Petroleum Exporting Countries; bahasa Indonesia: Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi) adalah organisasi yang bertujuan menegosiasikan masalah-masalah mengenai produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan-perusahaan minyak. OPEC didirikan pada 14 September 1960 di Bagdad, Irak. Saat itu anggotanya hanya lima negara. Sejak tahun 1965 markasnya bertempat di Wina, Austria.
Ada 2 negara yang pernah bergabung bersama dengan organisasi ini, namun karena satu dan lain hal, mereka keluar, Indonesia salah satunya
Spoiler for Indonesia keluar dari OPEC tahun 2009:
Indonesia keluar dari keanggotaan OPEC saat keanggotaannya kadaluwarsa pada tanggal 1 Januari 2009. Indonesia sendiri sudah menjadi negara pengimpor minyak sejak awal tahun 2000an. Sumber berita
Spoiler for Seberapa banyak sih produksi petroleum Indonesia???:
Grafik di bawah ini ane ambil dari http://www.eia.gov/countries/country...fm?fips=id#pet
Ane udah coba cari informasi resmi dari website resmi pemerintah Indonesia tapi belom nemu, mungkin kaskuser yang lain bisa kasih info?
Dari grafik di atas, keliatan sekali kalo produksi petroleum Indonesia semakin hari semakin turun...
Padahal permintaan dalam negeri semakin hari semakin ningkat...
Benarkah Indonesia benar2 di pintu krisis energi...???
Spoiler for Lalu seberapa banyak konsumsi minyak di Indonesia?:
Dari situ keliatan banget kalo produksi dan konsumsi minyak di Indonesia berbanding terbalik, namun bukan di posisi yang menyejukkan Indonesia
Spoiler for Serba-serbi perminyakan di Indonesia:
1. Perusahaan minyak internasional, Chevron dan Total mendominasi perindustrian minyak di Indonesia.
2. Produksi gas alam di Indonesia naik hampir sekitar 25% dalam kurun waktu antara tahun 2002 dan 2012, setengah dari produksi gas alam dalam negeri adalah untuk tujuan ekspor.
3. Indonesia adalah negara terbesar ke-4 pengekspor gas alam cair, setelah Qatar, Malaysia dan Australi.
4. Indonesia adalah negara pengekspor batubara terbesar di dunia (dari sisi masa) dan mengekspor sekitar 75% dari produksi dalam negeri.Sumber
Kamis, 7 Mei 2015 − 11:31 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan, Indonesia akan kembali menjadi anggota pengekspor minyak alias Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dalam waktu dekat. Dia mengatakan, masuknya Indonesia menjadi anggota OPEC agar Indonesia dapat mengikuti perkembangan harga minyak di pasar dunia. Pasalnya, pasca hengkang dari OPEC pada 2008, Indonesia tertinggal informasi mengenai harga minyak dunia.
"Saya juga sedang pertimbangkan ingin kembali aktif dalam OPEC. Karena kita keluar, dinamika pasar kita tidak tanggap dengan cepat," ungkapnya di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (7/5/2015). Kembali masuknya Indonesia dalam jajaran anggota OPEC, juga mampu menahan terjadinya praktik spekulan dalam pengadaan minyak untuk Indonesia. Sebab, Indonesia sebagai pembeli akan semakin dekat dengan penjual (eksportir) minyak.
"Itu bagian dari menutup celah (spekulan minyak). Karena antara pembeli dan penjual semakin dekat," imbuh Sudirman. Menurutnya, kendati produksi minyak dan gas Indonesia sudah semakin menipis, namun Indonesia masih layak menjadi anggota OPEC. Bahkan, Indonesia masih diundang ke pertemuan OPEC meskipun sudah tidak menjadi anggota. "Kita akan mohon supaya jadi peninjau dulu, supaya kita bisa berinteraksi dengan market. Jadi tidak salah amat kalau jadi anggota. Berada di market dan interaksi dengan produsen besar harus dilakukan," pungkasnya.(izz)
Sumber: http://ekbis.sindonews.com/read/9984...agi-1430972609
Lah, tertinggal gimana?
kan ada internet, di indonesia kan kecepatannya... ehhh, gak mau omong ah
Spoiler for Berita terkait:
Menteri ESDM: Tahun Ini RI Bakal Jadi Peninjau di OPEC
Annisa ayu artanti - 07 Mei 2015 12:00 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Sudirman Said mempertimbangkan bergabungnya kembali Indonesia dalam Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) tahun ini.
"Saya juga akan pertimbangkan untuk (Indonesia) ingin kembali aktif masuk lagi ke organisasi OPEC, karena kita keluar, dinamika pasar kita tidak tanggap dengan cepat," kata Sudirman, saat konferensi pers usai melantik eselon I dan eselon II EDSM serta SKK Migas, di Kantor Kementerian ESDM, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (7/5/2015).
Rencananya, jelas Sudirman, di dalam OPEC nanti Indonesia tidak akan langsung menjadi anggota OPEC, melainkan akan menjadi peninjau yang nantinya bisa mengikuti perkembangan pasar.
"Kita akan mohon jadi peninjau dulu, supaya kita bisa berinteraksi dengan market. Jadi tidak salah kalau jadi anggota. Berada di market dan interaksi dengan produsen besar harus dilakukan," ujar dia.
Lebih lanjut, Sudirman mengatakan Indonesia nantinya akan belajar dengan negara-negara anggota OPEC dalam mekanisme pengadaan minyak. Pasalnya saat ini, pembeli dan penjual minyak di Indonesia memiliki gap yang cukup jauh sehingga tidak ada keuntungan yang didapat.
"Nanti akan jadi one of the biggest buyer. Kalau kita sebagai pembeli jauh-jauh dari penjual kita tidak akan bisa ambil benefit. Tapi kalau kita bergaul dengan mereka. Kalau ada event kita ikuti diskusi mereka kan, 'oh arah pasar begini'. Jadi makin dekat dengan market makin baik," jelas dia.
Kemudian, dia memberi contoh, India membeli minyak dari Iran dengan cara tukar barang. "Kemarin, saya belajar dari India yang membeli minyak dari Iran dengan cara tukar barang," pungkas dia.
AHL
Sumber: http://ekonomi.metrotvnews.com/read/...ninjau-di-opec
Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said akan mengunjungi sejumlah negara-negara penghasil minyak dalam waktu dekat ini. Kunjungan itu dilakukan bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan Direktur Utama PT Pertamina (persero) Dwi Soejipto. Sudirman mengatakan pihaknya akan menawarkan kerjasama antar pemerintah (government to government / G to G) terkait suplai minyak.
Mekanisme pembelian langsung itu guna mencegah aksi pemburu rente dalam pengadaan minyak untuk dalam negeri. Adapun sejumlah negara yang dituju seperti Kuwait, Irak, Iran, Azerbaijan serta Rusia."Kami akan berkunjung mengelilingi beberapa negara menawarkan suplai langsung secara G to G," kata Sudirman di Jakarta, Kamis (7/5).
Sudirman menuturkan Indonesia belajar dari India dalam mendapatkan suplai minyak langsung dari negara penghasil. Dia mengatakan India membeli minyak dari Iran melalui mekanisme barter alias tukar barang. Pasalnya, Iran sedang dalam kondisi embargo ekonomi. "India bisa melakukan cara itu. Ini untuk meningkatkan keamanan pasokan (security of supply)," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja menambahkan Duta Besar Indonesia di Iran sudah melakukan komunikasi dengan Pemerintah Iran terkait rencana pemerintah tersebut. Menurutnya, Iran memiliki suplai minyak yang banyak dengan harga relatif baik. "Secara internasional Iran masih diembargo. Jadi belum bisa direct (beli langsung). Kalau dengan Irak sudah bisa," ujarnya.
Wiratmaja menuturkan pemerintah Irak sudah membuka peluang kerja sama suplai minyak tersebut. Rencananya Irak akan mensuplai minyak mentah sebanyak 300.000 barel per hari selama kurun waktu 20-30 tahun. "Irak kan enggak diembargo. Dubes kita untuk Irak juga sudah bolak-balik," ujarnya. Kerja sama pembelian minyak langsung dengan negara penghasil sudah dilakukan Presiden Joko Widodo pada Oktober kemarin. Indonesia menjalin kerja sama dengan Sonangol terkait hal tersebut.
Rangga Prakoso/FEB
Lah, manfaatnya apa dong kalo Indonesia gabung ke OPEC lagi?
Quote:
Original Posted By mbahmomon►Manpaatnya apaan nih??
Ane copas dari website resmi OPEC langsung gan:
In accordance with its Statute, the mission of the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) is to coordinate and unify the petroleum policies of its Member Countries and ensure the stabilization of oil markets in order to secure an efficient, economic and regular supply of petroleum to consumers, a steady income to producers and a fair return on capital for those investing in the petroleum industry.
Sumber: http://www.opec.org/opec_web/en/about_us/23.htm
PRIBUMINEWS ─ Ambisi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menjadikan Indonesia kembali sebagai anggota pengekspor minyak, OPEC, dinilai tidak masuk akal. Bahkan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmi Radi bilang, Indonesia tidak layak menjadi anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries itu. Fahmi juga khawatir Indonesia akan jadi bahan tertawaan, jika memaksakan diri bergabung menjadi anggota OPEC.
“Sejak 2005 Indonesia sudah dianggap sebagai importir bersih (net importer) minyak. Meski masih melakukan ekspor, tapi impor minyaknya lebih besar. Padahal, syarat menjadi anggota OPEC, jelas-jelas adalah negara eksportir bersih (net exporter), sehingga tidak layak masuk OPEC,” tandas Fahmi di Jakarta, Jumat (8/5).
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan keinginannya agar Indonesia kembali aktif di OPEC. Alasannya, Indonesia bisa lebih mudah mengikuti dinamika dalam industri migas, jika bergabung di organisasi tersebut. Dengan demikian Indonesia akan semakin mudah mendapatkan minyak untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Keinginan untuk kembali masuk dalam keanggotaan organisasi penghasil minyak ini akan disampaikan pemerintah dalam pertemuan OPEC yang berlangsung pada 3 dan 4 Juni mendatang. Meski tidak langsung menjadi anggota, Indonesia paling tidak bisa menjadi negara peninjau terlebih dulu.
Asal tahu saja, Indonesia pernah menjadi anggota OPEC sejak 1961. Menurut mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia, Maizar Rahman, sewaktu masih berstatus sebagai anggota OPEC, Indonesia wajib membayar iuran sebesar US$ 2 juta per tahun. Angka itu cukup besar, sebab pada 2008 tengah terjadi ancaman krisis ekonomi, yang bermuara di Amerika Serikat.
“Tapi, Indonesia membekukan status keanggotaannya pada tahun 2008 bukan karena iuran tersebut, namun karena ketidakcocokan Indonesia sebagai negara importir minyak dengan apa yang diharapkan negara eksportir minyak,” tandas Maizar. Pengamat perminyakan ini pun menjelaskan bahwa status Indonesia pada 2008 bukan keluar dari OPEC, melainkan berstatus disuspensi.
Berdasarkan data Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), produksi minyak mentah Indonesia sejak 1996 hingga 2006 terus mengalami penurunan rata-rata sebesar 10 persen sampai 12 persen. Kemudian sejak 2006 hingga 2011, penurunan rata-rata produksi minyak mentah nasional sebesar 2 persen sampai 3 persen. Kondisi ini berbanding terbalik dengan laju konsumsi minyak di dalam negeri yang rata-rata tumbuh sebesar 5,8 persen.
Kepala Divisi Pengendalian Program dan Anggaran Bidang Pengendalian Perencanaan SKK Migas yang juga Analisis Kebijakan Fiskal OPEC Benny Lubiantara, mengatakan, Indonesia sangat sulit bergabung dengan OPEC. Untuk menjadi negara peninjau pun syaratnya harus net exporter.
Alasan untuk mendapatkan minyak lebih mudah pun tidak tepat. Menurut dia untuk mendapatkan minyak tidak harus menjadi OPEC. Menurut dia, hal itu bisa didapatkan dengan meningkatkan hubungan bilateral dengan negara-negara penghasil minyak. “Malaysia tidak pernah jadi anggota OPEC, tapi bisa mendapatkan minyak dengan mudah karena interaksi dengan negara penghasil minyak berjalan baik,” ujar dia. [IBA]
Quote:
Original Posted By j.thefool►kalo soal pengelolaan wk migas di indo yg dikelola asing sbnernya ga jauh2 dari resiko. usaha hulu migas itu hi capital, hi tech, hi risk apalagi di indonesia sebenernya kalo dilihat dari resiko eksplorasi msh cukup tinggi. kalo mulai dari eksplorasi udh di handle negara sendiri terlalu besar resikonya. ntar malah bnyak yg protes pula kalo dana apbn dipake buat eksplor migas terus ga berhasil pula. makanya di indo dipake skema psc alias kontrak bagi hasil. kalo ekonomis hasilnya dibagi dengan prosentase split tertentu kalo ga ekonomis semua biaya yg keluar jadi resiko si kontraktor. nah untuk wk yg udh produksi yg habis kontraknya ada kebijakan untuk mengutamakan pertamina. pertamina punya privilege buat minta wk ini yg tentunya udh kecil resiko kegagalan eksplorasinya