mcnugraha
TS
mcnugraha
Backpangineeran 5 Hari ke Banyuwangi – Baluran – Menjangan – Bromo
Cerita Pembuka
Banyak yang bertanya – tanya ketika ane berencana kembali ke Banyuwangi pada long weekend kali ini, wajar saja, karena bukankah 1 bulan yang lalu ane sudah ke sana ? memang, tapi apa yang ane dapat ketika itu tidaklah banyak, hanya 2 tempat saja yaitu Ijen dan Pantai Rajegwesi. Tempat – tempat wisata lainnya seperti Teluk Ijo dan Pantai Pulau Merah terpaksa tidak dapat kami kunjungi karena keterbatasan waktu yang ada.

Bayang – bayang tentang Teluk Ijo dan Pantai Pulau Merah selalu menari – nari di benak ku seolah – olah mengajak ku untuk kesana melihatnya dari dekat. Di sela – sela kesibukan pekerjaan, ku lihat ada sebuah tanggal merah di hari Kamis tepatnya tanggal 14 Mei 2015, ah rasanya tepat sekali jika ane memanfaatkan hari kejepit itu. Lantas segera ane memesan tiket, tidak tanggung – tanggung untuk trip kali ini, ane membeli tiket pesawat Jakarta – Surabaya PP dan tiket kereta kelas eksekutif Surabaya – Banyuwangi PP, walau harus mengeluarkan budget yang tidak sedikit namun setidaknya ane bisa menghemat waktu perjalanan mengingat jatah cuti yang tersisa tidaklah banyak (nabung cuti buat lebaran di Padang)

Ane hanya seorang diri merencanakan trip ini, ku ajak teman – teman kantor tidak ada yang mau, ada yang mau tapi hanya PHP alias mengundurkan diri saat menjelang trip tiba. Ane buat thread ajakan atau mencari teman di berbagai forum jalan – jalan, tidak ada yang menyambut. Tapi akhirnya ane bertemu dengan kelompok lain yang juga berencana menjelajahi Banyuwangi juga Menjangan, mereka membutuhkan 1 orang lagi untuk memenuhi kuotanya sehingga pas untuk patungan sewa kapal, elf dan motor saat jelajah nantinya. Jadilah ane bergabung sama mereka.

Hari H tiba, di hari Rabu itu dari rumah menuju kantor ane sudah siap dengan membawa tas ransel berserta isinya yang terdiri dari baju ganti, segala macam charger dan sedikit bekal. Sampai kantor langsung mengerjakan tugas dari Pak. Alhamdulillah, ane bisa menyelesaikan itu tepat sebelum jam istirahat lalu ku serahkan hasilnya sembari meminta izin meninggalkan kantor karena sebelumnya ane sudah apply cuti untuk trip ini satu bulan sebelumnya, bos ku pun mengizinkan segera ane tinggalkan kantor karena penerbangan ku adalah jam 14.50

Awalnya ane ingin naik angkot untuk mengantarkan ku hingga perempatan Fatwamati tapi saat itu di Jalan TB Simatupang sedang ada proyek pengerjaan pipa yang menyebabkan kemacetan panjang. Ane urungkan naik angkot dan memilih berjalan kaki hingga simpang Fatmawati setelah itu ane naik angkot berwarna putih sampai Lebak Bulus.

Ane segera menuju tempat bus Damri tujuan Bandara Soekarno – Hatta menunggu penumpang, beruntung sekali karena ada 1 saat itu, ane naik lalu bus berangkat kemudian masuk ke dalam tol JORR hingga akhirnya ane sampai di Terminal 3. Ane segera masuk ke dalam, melewati proses pemeriksaan identitas dan bawaan. Karena waktu berangkat ane belum shalat jadi sebelum ke boarding lounge ane sempatkan untuk shalat terlebih dahulu, saat salam terdengar dari pengeras suara jika para penumpang pesawat dengan nomor penerbangan QZ 7682 diharapkan segera masuk ke dalam ruang tunggu. Lantas ane segera menuju ruang tunggu, nampak banyak sekali penumpang yang akan bepergian ada yang ke Bali, Yogya dan daerah – daerah lain yang memiliki destinasi cantik dan menawan.

Tak lama menunggu, terdengar lagi suara perintah agar segera memasuki pesawat dan ane pun terbang meninggalkan Jakarta menuju Kota Pahlawan, Surabaya. 1,5 jam terbang di udara lalu sampailah ane di Surabaya. Ternyata terminal yang digunakan oleh pesawat yang ku tumpangi ini berada di Terminal 2, ane sedikit kebingungan karena tidak pernah turun maupun naik dari terminal ini. Perjalanan selanjutnya adalah Terminal Bungurasih untuk mencapai kesana ane naik bus Damri dengan ongkos 25 ribu, karena ane sampai saat jam pulang kerja menyebabkan perjalanan menuju Bungurasih cukup lama karena kemacetan panjang.

Sampai di Bungurasih ane terlebih dulu shalat maghrib setelah itu lanjut lagi dengan naik ojek menuju Plaza Surabaya untuk mencari makan, sengaja ane memilih tempat ini karena lokasinya berdekatan dengan Stasiun Gubeng. Menjelang jam 10 ane langkahkan kaki menuju Stasiun Gubeng, sebuah stasiun yang memiliki makna di kehidupan ku, karena ia adalah bagian Surabaya yang pertama kalinya ane pijaki saat ane ke Surabaya untuk mendaftarkan diri di ITS 7 tahun yang lalu. Tepat jam 10 malam, kereta Mutiara Timur Malam meninggalkan Surabaya menuju Banyuwangi. Karena lelah dari perjalanan Jakarta menuju Surabaya ane mengantuk dan tertidur hingga saat kereta memasuki wilayah Banyuwangi ane tidak bisa tertidur lagi karena di setiap stasiun kereta selalu berhenti dan sebelum berhenti selalu ada pemberitahuan oleh petugas melalui pengeras suara.

Tepat jam 04.30, kereta sampai di Stasiun Karang Asem Banyuwangi, ane segera keluar dan melangkahkan kaki menuju Rumah Singgah Backpacker Banyuwangi. Tidak ada orang disini, lalu ane menelpon Mas Rahmat, pengelola rumah singgah ini, beruntung, meski saat itu adalah waktunya yang enak untuk tidur, Mas Rahmat menjawab telpon ku lalu ia keluar dan menyapa ku. Kemudian ia mempersilahkan ku untuk masuk ke dalam rumah singgahnya. Kami mengobrol santai, lalu setelah itu karena memang sudah masuk waktu shubuh ane shalat dulu kemudian ngobrol lagi namun mas Rahmat nampaknya tau betul kalo ane kelelahan jadinya ia mempersilahkan ku untuk tidur sekaligus memulihkan tenaga.

Ane tidur dengan lelap sampai ada suara yang membangunkan ku “hei.. bangun tur, kon ke Banyuwangi mau dalan – dalan opo turu hah?” rupanya itu adalah suara dari Andri, seseorang yang ane kenal waktu mendaki Gunung Arjuno 1 tahun yang lalu, saat ini ia membantu Mas Rahmat mengurus rumah singgah. Saat itu Andri baru saja menjadi guide ke Kawah Ijen, kami ngobrol – ngobrol sebentar lalu gantian kini gilirannya yang tidur, dari posisi tidurnya nampak ia seperti lelah sekali.


Air Terjun Jaghir dan Kethegan
Jam 10.00, mas Rahmat mengantar ku menuju Air Terjun Jagir yang dari rumah singgah hanya membutuhkan waktu 15 menit berkendara, disini ane bertemu dengan Romi, anak muda asal Semarang yang baru saja dari Ijen, kami janjian di hari itu untuk menjelajah bersama dengan menyewa sepeda motor. Karena perut masih kosong belum sarapan sebelum ekplore Air Terjun Jagir, ane sarapan terlebih dahulu, menu sarapan ku di pagi itu adalah Rujak Soto yang merupakan salah satu makanan khas Banyuwangi, ia berupa lontong yang diberi kuah soto serta sayuran lalu diatasnya ditaburi dengan kuah bumbu kacang. Rasanya enak sebagai sarapan karena porsinya yang tidak banyak, harga seporsi rujak soto hanya Rp 7.500, setelah kenyang barulah ane menuruni anak tangga menuju air terjun.

Spoiler for rujak soto Banyuwangi:


Air Terjun Jagir ini memiliki 3 pancuran yang dua saling bersebelahan sedangkan yang satunya terpisah namun masih berdekatan. Air Terjun Jagir terbilang unik karena sumber airnya bukan berasal dari sungai melainkan dari sumber air yang muncul di balik tebing. Air terjun ini berasal dari sumber mata air jagir, pawon dan buyut ijah.

Bentuk air terjun yang juga disebut air terjun kembar ini terlihat menarik, ia memiliki lebar yang cukup panjang dan dibawahnya terdapat kolam yang bisa dijadikan tempat berenang atau berendam, banyak sekali para pengunjung yang menghabiskan waktu di kolam tersebut.

Spoiler for Air Terjun Jagir:


Oh iya, selain air terjun jagir ternyata di lokasi yang sama masih ada air terjun lainnya yaitu Air Terjun Kethegan dari petunjuk arah yang ada ane mengikutinya, kira – kira 300 meter jaraknya dari air terjun jagir,saat menuju air terjun Kethagen ane dibuat takjub karena panoramanya yang berupa tebin – tebing tinggi yang menjulang, dipepohon yang terdapat di tebing itu nampak monyet – monyet yang sedang bercengkerama. Untuk sampai ke Kethegan ane harus melewati beberapa bagian sungai namun sudah ada susunan batu yang memudahkan pengunjung untung melewatinya.

Spoiler for Air Terjun Kethegan:


Akhirnya sampai juga ane di Air Terjun Kethegan, tempatnya disini lebih sepi, saat itu hanya ada ane dan 1 keluarga saja yang terdiri dari ayah ibu dan 2 anaknya. Air terjun Kethegan memiliki aliran air lebih deras dibanding air terjun jagir, tingginya pun demikian. Puas melihat air terjun Kethegan ane kembali ke warung tempat ane sarapan tadi.

Rumah Apung Bansring
Setelah membayar Rujak Soto serta parkir motor, ane dan Romi berencana menuju Rumah Apung Bansring. Dari Air Terjun Jagir kami menuju jalan raya ke arah Situbondo ditengah jalan dikagetkan oleh razia yang diadakan oleh pihak kepolisian setempat, heran, kenapa setiap kali ketemu razia polisi selalu deg – degan ya? Apakah ini yang namanya cinta?

Kami terus melaju mengikuti jalan raya arah situbondo ini namun karena tidak ada petunjuk yang jelas mengenai rumah apun ini membuat kami harus berhenti dan bertanya kepada warga sekitar. Akhirnya ketemu juga jalan masuknya, melewati jalan perkampungan yang dikanan kirinya berupa perkebunan tebu. Lalu sampailah kami di tepi pantai tempat dimana rumah apung berada, Untuk ke rumah apung harus daftar terlebih dahulu lalu membayar sebesar Rp 5.000 per orangnya nanti tiap pengunjung akan diantarkan dengan sebuah, hemm.. sebuah apa ya, ya sebuah perahu yang berbentuk seperti banana boat yang dimodifikasi, terdapat juga satu cadik di perahu ini, berapu pun penumpangnya akan diantarkan senang hati oleh para nelayan yang bergabung dalam komunitas Bunder alias Bansring Underwater.

Kami pun sampai di Rumah Apung ini, disini terdapat balai – balai atau gazebo yang bisa kita jadikan sebagai tempat untuk beristirahat selain itu di sisi kanan dan kiri rumah apung ini terdapat tempat penangkaran ikan yang paling menarik adalah di sisi kanan dimana terdapat penangkaran ikan hiu, totalnya kalo gag salah ada 6 ekor.

Kalo mau lebih asik lagi disini kita bisa sewa alat snorkeling yang sangat murah, hanya Rp 25.000 saja lalu cobain deh nyelam melihat terumbu karang buatan. Namun, karena keterbatasan waktu hal tersebut tidak kami lakukan. Kami hanya menikmati rumah apung saja eh tapi motion pada rumah apung ini tergolong sangat besar, ane tidak tahan lama – lama berada diatasnya lalu kami kembali ke pantai kemudian ke parkiran dan melanjutkan perjalanan menuju Taman Nasional Baluran.

Spoiler for Rumah Apung Bansring:


Taman Nasional Baluran
30 menit berkendara dari Rumah Apung Bansring sampailah kami di pintu masuk Taman Nasional Baluran, kami berhenti terlebih dahulu untuk membeli tiket sebesar Rp 43.000 (untuk mereka yang ke TN Baluran dengan menggunakan sepeda motor dihari libur). Karena belum makan siang kami memesan mie instan terlebih dahulu sebelum menuju ke Savana dan Pantai Bama yang menjadi icon dari taman nasional ini.

Setelah makan kami lanjut menuju Savana Bekol yang kata penjelasan sang penjaga masih sekitar 15 Km jaraknya dari pintu masuk dan membutuhka waktu sekitar 45 menit hingga 1 jam untuk sampai kesana. Di awal perjalanan kami disambut oleh belasan ekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) atau monyet yang biasa kita jumpai di pentas topeng monyet.

Perjalanan menuju savanna bukanlah hal yang mudah, kawan. Kondisi jalan yang rusak dan berbatu membuat laju motor yang kami kendarai hanya memiliki kecepatan maksimal 20 km/jam saja. Ditengah jalan nampak ayam hutan berukuran besar dan berwarna – warni, saat ane berhenti hendak mengambil gambar ia kembali ke hutan dan menghilang dari pandangan. Lanjut lagi kemudian masuklah kami ke tempat yang disebut zona evergreen atau selalu hijau sepanjang masa, disini ane berhenti lagi untuk mengambil gambar, karena sering berhenti Romi meminta ia saja yang membawa motor. Hehe.. sorry mas bro, namanya juga pejalan penulis.

Akhirnya sampai juga kami di Savana Bekol, banyak orang yang berhenti disini untuk mengabadikan diri di sebuah tulisan bertuliskan Bekol (ya iyalah) dan juga pohon yang disebut pohon jomblo karena ia menjadi pohon tunggal diluasnya savana ini. Puas berfoto disini kami lanjut lagi menuju Pantai Bama namun berhenti lagi di tempat dimana ada kerangka – kerangka yang entah itu kerangka banteng atau sapi yang dipajang dan seringkali dijadikan obyek foto oleh pengunjung. Disini banyak sekali monyet ekor panjang, dan perlu kalian tau jangan sekali – kali meninggalkan barang apapun di motor saat kamu sedang asik berfoto disini, lengah sedikit saja maka barang kalian akan dicuri, 2 botol minuman ku pun tak luput dari aksi nakalnya, pengunjung yang lain dicuri tasnya. Ah parah deh monyet – monyet nakal ini. Yang membuat mereka menjadi seperti itu adalah karena kesalahan pengunjung sendiri, memberi makan satwa dialam bebas merupakan tindakan yang salah karena itu akan merubah kebiasaan dari hewan itu sendiri, contohnya monyet – monyet ini yang kini menjadi bergantung pada manusia yang berkunjung, tiap kali ada mobil yang berhenti maka ia akan berkerumum berharap akan ada lemparan kue, kacang atau apapun itu kepada dirinya. Jadi ingat ya, kalo di alam bebas jangan sekali – kali memberi makan kepada satwa yang kamu jumpai.

Spoiler for Savana Bekol:



Lanjut lagi menuju Pantai Bama tapi berhenti lagi karena disebelah kiri ada pemandangan menarik yang sekelompok rusa yang sedang makan, rasanya asik banget bisa melihat satwa di tempat aslinya. Kami mengambil foto mereka dari jauh lalu setelah itu tak jauh dari tempat kami melihat rusa tadi sampailah kami di Pantai Bama, sebuah pantai eksotik dibalik Taman Nasional Baluran. Pantai Bama memiliki pasir putih dan karakteristik gelombang yang tenang membuat orang betah berada disini, namun tetap harus berhati – hati karena banyak monyet yang berkeliaran. Saat ane mengeksplore pantai ini, Romi memilih untuk tidur dibawah rindangnya pepohonan.

Hanya 30 menit saja kami berada di Pantai Bama, kami melewatkan kesempatan menyusuri mangrove trail untuk menyaksikan eksotika tumbuhan mangrove dari dekat, namun karena waktu sudah jam 5 sore kami harus segera keluar dari tempat eksotik ini karena gelap segera tiba dan karena posisi kami saat ini sedang berada di Timur Pulau Jawa membuat waktu datangnya gelap lebih cepat.

Spoiler for Pantai Bama:


Sekitar 1 jam akhirnya kami sampai di pintu masuk TN Baluran, ane berhenti dan meminta Romi yang membawakan motor karena tangan ku pegal sekali rasanya melewati jalan off road TN Baluran. Kali ini kendali di pegang oleh Romi. Saat dia yang membawakan motor jantung ini berdegup begitu kencang, betapa tidak? Ia mampu menyalip 3 – 4 truk atau bus berukuran besar sekali nyalip. Pengalamannya sebagai orang Semarang yang sering melintas di Jalan pantura membuat ia sangat lihai melakukan hal ini. Beda dengan ku yang hanya sehari – hari di jalanan Jakarta yang macet.

Kami berhenti dulu di sebuah masjid untuk shalat, kemudian Romi mencari petunjuk arah menuju Warung Nasi Tempong khas Banyuwangi untuk makan malam melalui aplikasi semacam google maps. Ane memegang smartphonenya untuk memberi tahu tiap kali berjumpa dengan simpang.

Saat melewati Pelabuhan Ketapang jalan sangat macet karena dipenuhi oleh bus – bus pariwisata dan truk yang membawa logistik ke pulau Bali. Lepas dari Pelabuhan Ketapang jalan menjadi lancar hingga sampailah kami di jalan Kertosari tempat dimana Warung Nasi Tempong Mbok Nah berada. Suasana Warung Mbok Nah ramai oleh pembeli baik yang makan di tempat maupun yang dibungkus. Untuk mengatasi antrian yang panjang ane menuju dapur dan meminta izin foto, alasan ku simpel, “buat tak masukan ke dalam blog dan internet bu” eh sang ibu langsung melayani kami tanpa harus antri. Heheh..

Nasi Tempong ini porsinya sangatlah besar, isinya berupa nasi, tahu, tempe lauk yang bisa kita pilih seperti daging, ayam, telur dadar, ikan dilengkapi dengan sayur yang diberi sambal yang memiliki cita rasa pedas manis. Untuk seporsi nasi tempong lauk ayam dan telur dadar serta minuman es teh ane hanya membayar Rp 16,000 aja. Murah banget. Oh iya, saat ane tanya mengapa diberi nama tempong katanya itu berasal dari kata tampar dalam bahasa Banyuwangi, “jadi kan disayurnya dikasih sambal, nah pedasnya sambal itu kan bikin pipi rasanya seperti ditampar, tampar itu dalam bahasa sini disebut tempong” ucap sang ibu pelayan dengan ramah.
Spoiler for Nasi Tempong Banyuwangi:


Segini dulu ya, gan.
Nanti ane lanjutin update-annya, jangan lupa beri komeng dan di rate biar ane semangat buat jelajah Indonesia dan menuliskannya dalam cerita.
0
4.4K
15
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan