Banyak korban terenggut akibat tsunami, alhasil kuburan massal pun bertebaran di banyak lokasi di Aceh. Kuburan massal paling terkenal adalah kuburan massal di kawasan Siron, Aceh Besar. Tempat ini diklaim sebagai kuburan massal tsunami Aceh paling besar. Ada ratusan ribu jenazah tanpa nama yang disemayamkan disana. Letaknya tepat di lintasan menuju Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda. Bersebab desainnya yang menarik dan jauh dari kesan angker, kuburan massal ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata di Aceh.



Selain kuburan massal di Siron, juga ada kuburan massal yang menjadi tujuan wisata, yaitu kuburan massal tsunami di Ulee Lheue. Seperti diketahui, Ulee Lheue adalah kawasan yang paling parah terkena tsunami di Banda Aceh. Dulunya daerah ini termasuk kawasan padat penduduknya. Namun air tinggi datang meratakan dan menghadirkan banyak korban jiwa. Korban-korban inilah yang akhirnya disemayamkan di sebuah kawasan yang tak jauh dari bibir pantai. Uniknya ia menempati di lokasi halaman rumah sakit yang luas, yang kini tak lagi berfungsi.

Kuburan ini berada di lahan yang lumayan luas sekiatr 15.800 m. Sebelum tsunami, disini berdiri Rumah Sakit Meuraxa, sebuah rumah sakit milik pemerintah kota Banda Aceh. Saat tsunami 2004 silam, air mencapai beberapa meter sehingga menghancurkan bangunan rumah sakit yang berlantai tiga. Bersebab terlalu banyak korban jiwa dan tak tahu harus dikebumikan dimana, halaman rumah sakit ini pun digunakan. Tercatat ada sekitar 14.800 jenazah yang bersemayam disini.



Sama seperti kuburan massal Siron, kuburan massal Ulee Lheue juga jauh dari kesan angker. Letaknya tepat di pinggir jalan menuju pelabuhan penyeberangan ke Sabang. Jaraknya hanya beberapa meter dari bibir pantai. Singgah kemari, pengunjung serasa di taman kota. Tidak ada batu nisan, hanya rumput hijau yang terbentang selayak karpet dengan batu berukuran besar berserakan. Di sudutnya pohon trembesi rindang tumbuh meneduhkan. Masuk kemari, pengunjung akan melewati pintu berdesain unik yang terbuat dari besi yang menjulang tinggi. Jalan tengah pemisah kuburan dewasa dan anak dilumuri batu koral putih. Di ujung jalannya terdapat balee, pondok kecil tempat berdoa. Di belakangnya ada area luas, disanalah puing Rumah sakit Meuraxa masih dipertahankan.

Hingga kini, kerusakan Rumah Sakit Meuraxa masih terlihat dan dipertahankan. Ada dua bangunan yang terpisah dengan halaman lebar. Bangunan utamanya berlantai tiga yang kini hanya berdiri separuh sebab bagian lainnya hancur karena tsunami. Masuk kemari, kita akan melihat ruang bangsal yang rusak parah; dinding yang retak, lantai keramik yang tercerabut, hingga bekas air yang melekat di dinding gedung. Tak bisa dibayangkan, bagaimana suasana Minggu pagi saat tsunami datang. Ketika pasien terbaring menunggu sarapan tiba, atau pemeriksaan dokter. Terlebih air di Ulee Lheue terbilang tinggi sebab bersisian dengan laut lepas.



Komplek kuburan massal ini juga berada dalam kawasan pusat mitigasi bencana tsunami TDMRC. Kantornya berada di area belakang, dan berdiri menjulang tinggi. Fungsinya bukan sekedar gedung kantor, tapi juga dijadikan bangunan penyelamatan ketika bencana datang lagi. Bangunannya didesain tahan gempa, dengan ruang kosong di bawahnya sehingga memudahkan air mengalir. Di samping gedung juga tersedia lintasan penyelamatan. Bentuknya berupa lantai landai yang terhubung hingga teras teratas serupa hall. Area itu juga disiapkan untuk pendaratan helikopter.

Dari atas sana, pengunjung bisa melihat Ulee Lheue dengan sempurna. Lautan biru terbentang luas. Di kejauhan samar terlihat Sabang. Dan dari atas pengunjung bisa melihat Masjid Baiturrahim, bangunan satu-satunya yang utuh saat tsunami datang.

KUBURAN MASSAL LAINNYA