stammeirAvatar border
TS
stammeir
(history) kisah tentara makan sepatu untuk bertahan hidup di papua
Kisah heroik tentara makan sepatu untuk hidup
di Papua
52 Tahun Infiltrasi PGT (1)
26 April 1962, tiga buah pesawat C-47 Dakota
milik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI)
terbang ke Kaimana, Irian Barat.
Mereka bertugas menerjunkan 23 pasukan
Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)
, 9 Pasukan Gerak Tjepat (PGT) AURI dan satu
perwira zeni AD.
Misi mereka menyusup ke belantara Papua dan
merusak radar milik Belanda. Operasi militer ini
dinamakan Operasi Banteng Merah. Salah satu
operasi penerjunan pertama dalam rangka Tri
Komando Rakyat, membebaskan Irian Barat dari
tangan Belanda.
Tak mudah menggelar operasi udara di Irian
Barat. Hutan lebat, pohon setinggi 50 meter,
hingga sulitnya makanan di dalam belantara
menjadi kendala tersendiri. Apalagi Belanda terus
menambah kekuatan di Irian. Sebagai catatan,
saat perang dunia II, tentara sekutu tak mau
menggelar operasi penerjunan di Irian. Mereka
memandang hal ini terlalu beresiko.
Tapi perintah Presiden Soekarno, penerjunan
harus dilaksanakan. Apapun resikonya. Buka
mata dunia, Indonesia mampu menggelar operasi
militer di Papua.
Hari menjelang subuh saat satu per satu
pasukan melompat dari pesawat. Malapetaka
menunggu begitu mereka membuka payung.
Rata-rata anggota pasukan mendarat di puncak
pohon yang tingginya lebih dari 50 meter.
Mereka menggantung di pohon dan kesulitan
mencapai tanah. Walau setiap pasukan
membawa tali yang panjangnya 30 meter, masih
kurang untuk mencapai tanah.
Beberapa orang patah tulang saat mendarat.
Mereka jatuh tersebar sehingga kekuatan pun
terpencar. Tentara Belanda langsung
mengerahkan pesawat pengintai dan pasukan
berkekuatan besar untuk memburu para
penerjun.
Puluhan tentara tentu bukan tandingan tentara
Belanda di Irian. Sebagian pasukan RI tewas
ditembak dan sebagian lagi tertangkap. Mereka
juga sadar penduduk di Irian Barat kebanyakan
sudah dibina Belanda. Setiap ada tentara
Indonesia, rakyat akan melapor pada tentara.
Pertolongan dari rakyat nyaris tak bisa
diharapkan.
Masalah makanan pun jadi hal utama. Di
belantara Papua sangat jarang ada tumbuhan
atau makanan bisa dimakan. Satu-satunya
harapan adalah makanan pemberian penduduk
kampung. Mereka juga berusaha membeli dari
penduduk, karena setiap orang dibekali uang
gulden.
Pasukan Indonesia sering kelaparan berhari-hari.
Jika berpapasan dengan penduduk yang
menjanjikan makanan, mereka sudah tak
percaya. Pasti di tempat yang ditunjuk sudah
ada tentara Belanda yang menunggu.
Salah satu kisah miris soal beratnya operasi
tersebut dikisahkan dalam buku 52 Tahun
Infiltrasi PGT di Irian Barat, Bertahan dan Diburu
di Belantara Irian. Buku Terbitan Majalah
Angkasa ini ditulis Beny Adrian dan diluncurkan
di Jakarta, Jumat (25/4) lalu di Jakarta.
Sarjono, salah satu anggota pasukan, harus
bertahan hidup dengan merebus dan memakan
sepatu bootnya yang terbuat dari kulit. Hal itu
dilakukannya karena sudah sangat kelaparan
dan sama sekali tak ada makanan.
Sarjono kemudian tertangkap tentara Belanda.
Dia ditahan di Biak lalu dibawa ke Wundi. Baru
pada akhir konfrontasi Sarjono dipulangkan ke
Indonesia.
Kelak, Pasukan Gerak Tjepat (PGT) ini berubah
nama Korps Pasukan Khas TNI AU (Korpaskhas).
Mantan Komandan Korpaskhas Marsma (Purn)
Nanok Soeratno menilai hanya orang-orang
'gendeng', pemberani dan bernyali besar, berani
terjun sebelum matahari terbit di tempat yang
sangat asing.
Nanok menyebut pengalaman operasi tempur
seperti ini langka bagi generasi muda TNI saat
ini.
"Walau tentu tak bisa dibedakan apple to apple.
Setiap generasi memiliki tantangan masing-
masing," kata Nanok.
Sesuai motto pasukan ini: Karmanye Vadikaraste
Mafelesu Kadatjana, kerjakan tugasmu tanpa
menghitung untung ruginya. ▪
♞ Merdeka

buat suhu dan sepuh dimari monggo ditambah ceritanya
0
8.6K
20
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan