thenawz
TS
thenawz
[CATPER + VIDEO] Menggapai Puncak Mahameru 3676 MDPL
Sebuah catatan perjalanan dari FajarLeksi.

Menatap langit tak bertepi , angkasa luas dalam kegelapan malam mencekam.
Deru tiupan angin yang sangat kuat yang menggetarkan hati.
Memaksa kami untuk tetap melangkah, merangkak, mencengkeram bebatuan dan pasir dalam ganasnya pendakian mahameru.
Melangkah dalam dahsyatnya medan berpasir dengan kemiringan sekitar 75-80 derajat, memiliki temperature suhu mendekati sekitar 1 derajat celcius, menghantam habis ciut nyali kami.
Dalam situasi sulit, kami menengadah kelangit meminta kekuatan kepada ilahi.
Berjuang mengatasi diri kami sendiri yang terpojok antara keyakinan dan keniscayaan.
Terisak menahan kengerian ditengah hamparan lautan langit biru serta awan yang berarak.
Berjuang menaklukan kesombongan.
Berjuang menembus asa.
Berjuang melawan takut dan menyerah.
Berjuang menghantam ngantuk dan lelah.
Terimakasih mahameru.
Engkau adalah salah satu guru ketabahan kami, guru kesabaran kami dan guru tekad kami

~summit attack mahameru, sabtu 17 mei 2014~


Puncak Mahameru

Udara dingin dengan temperature 10 derajat celcius mulai merambah tubuh kami selepas 15 menit melepas lelah dari jalan panjang yang sangat melelahkan dari posko pertama Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo.

Perjalanan yang memakan waktu sekitar 5-7 jam ( untuk pendaki pemula ), dengan medan yang berat dan sulit ditepian bukit pohon pinus dan cemara serta hutan jawawut berbatasan langsung dengan bibir jurang, mengharuskan kami untuk tetap focus selama dalam trek pendakian.

Ranu Kumbolo lembah indah nan mempesona dilereng semeru ibarat mahadewi yang turun dari khayangan. Memiliki ketinggian 2.400 meter dpl, Rakum (Ranu Kumbolo) sebuah lembah yang diapit dua bukit hijau yang cantik merupakan salah satu lembah terindah, tersembunyi dalam nyanyian sunyi antara bunga abadi edelweiss dan mekar indah bunga lavender dibalik bukit dengan deretan hutan pinus serta cemara yang sungguh menawan laksana untaian mutu manikam.

Ranu Kumbolo, Surga yang tersembunyi

Ranu Kumbolo sendiri adalah sebuah danau yang bersih dengan luas sekitar 14 ha, tempat para pendaki mendirikan tenda disekitarnya. Bagi pendaki yang ingin melanjutkan summit attack mahameru, lokasi ranu kumbolo merupakan tempat yang ideal untuk memulihkan kondisi dan menyiapkan stamina baru. Ditempat ini kami berkumpul, bercengkerama, memulihkan kondisi setelah melakukan perjalanan panjang yang kami tempuh dari ranu pani sampai ranu kumbolo.

Treking dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo tim Ekspedisi Mahameru-KFD PT. Danareksa, terbagi menjadi 2 kelompok grup. Kelompok Pertama terdiri dari personil yang memiliki kemampuan trekking yang cukup lumayan. Kelompok Pertama terdiri dari : Pak Antherus, Arul, Atung, Rusdi, Leksi, Steven dan ari sucip serta seorang pemandu Hary. Sedang Kelompok kedua terdiri dari : Mbak Tati, Mbak Merry, Mbak Yanti, Bang Choky, Ferry, Anto, Jarbot, udin, Joice dan Emil serta tenaga photographer professional Ray diikuti 3 orang pemandu Gufron, Ali dan Riky. Namun ditengah perjalanan, yang sangat mengejutkan adalah mbak Yanti justru masuk kedalam grup pertama yang notebene adalah grup yang cukup kuat dalam trekking pendakian. kemudian pada pos berikutnya, kembali keadaan berubah dan kelompok terbagi menjadi 3. Kelompok Pertama memasuki posko Ranu Kumbolo, kemudian diikuti Kelompok kedua yang sudah terpisah dengan kelompok dibelakangnya yaitu kelompok tiga yang finish masuk ke ranu kumbolo menjelang senja malam.

Kami menghabiskan waktu hari pertama di lokasi Ranu Kumbolo untuk menyaksikan sunrise yang muncul diantara celah dua bukit indah. Sayangnya pagi itu, cuaca kurang bersahabat dengan kami, kabut tipis menghalangi pandangan sunrise yang sudah kami tunggu sejak pukul 4.30 pagi. Padahal seluruh peralatan telah kami siapkan untuk merekam dan memotret keindahan fenomena tersebut di Ranu kumbolo, Kami tetap tak beranjak, mengeker, mengukur, mengambil tripod dan kamera lalu mencari spot angle untuk sabar menunggu momen dengan berharap cuaca berbaik hati pada kami dan membuka sedikit tabir kabut yang menutupi pandangan. Alhasil fenomena sunrise itu terlewati dengan tidak sempurna dari yang kami harapkan. Tapi kami tetap bersyukur masih dapat mengabadikan peristiwa tersebut dengan kamera yang sudah siapkan.



Setelah seharian melepas penat , menikmati keindahan alam, dan bercumbu rayu dengan dinginnya hutan pinus yang temperature suhu dinginannya akhirnya mencapai 5 derajat celcius dilembah ranu kumbolo, memaksa kami untuk beradaptasi dengan cepat dalam proses aklimatisasi ditempat yang baru.

Walau begitu, tetap saja kami harus menggunakan pakaian tebal, jaket, sarung tangan, kaos kaki sebagai pelindung tubuh kami dari hawa dingin yang menyengat. Gigi gemeretek, badan menggigil, tangan kaku kedinginan, perut lapar, hidung bersin menjadi pemandangan yang umum ditengah ditengah kami. Bahkan, -maaf- jika dikantor buang angin (kentut) dan ngorok atau mendengkur saat tidur tidak populer maka digunung membalikkan keadaan itu.

Jika malam tiba ditengah kesunyian lembah, maka dalam tenda akan didapati suara dengkuran yang keras, suara buang angin (kentut) yang bertubi tubi datangnya dari tenda ke tenda, memiliki suara dan bunyi yang beragam. Dari bunyi suara yang halus sampai suara bunyi angin yang sarkasme, yang mungkin jika dipadu padankan, akan menjadi orchestra yang merdu dan indah apabila bunyinya terpola.

Selepas beraktifitas melakukan pemotretan sunrise, kami menikmati kopi hangat dan sarapan pagi. Berkelakar, bercengkerama, bercanda sampai kami melupakan kepenatan sesaat kehidupan kami dalam rutinitas kantor.

Tongkat narsis (tongsis) adalah sahabat kami disela sela waktu yang terindah dalam kebersamaan. Suatu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya, foto foto menggunakan tongsis dengan senyum ceria ala anak gunung. Sulit rasanya menghapus kenangan indah ini dalam suasana dan situasi apapun. Momen indah ini begitu mahal yang tak dapat tergantikan oleh nilai dan uang. Berbagi rasa, saling membantu, saling menjaga dan saling melindungi, adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan ketika kita berada dihutan belantara seperti Gunung Semeru ini.



Setelah menyelesaikan makan pagi dan menikmati hangatnya secangkir kopi, kami bersih bersih diri. Jangan tanyakan apakah kita mandi atau tidak? Untuk pup / bab saja butuh perjuangan. Udara dingin yang menusuk sumsum dan sendi sendi tulang seringkali menghentikan langkah untuk buang hajat. Namun, jika sudah tidak tahan, kami berburu semak belukar, mencangkul menggunakan skop, lalu jongkok diantara ilalang yang berayun ayun, alang alang tembelekan, haredong diterpa angin menutupi sedikit bagian wajah kami disaat kami jongkok melepas dengan perlahan hajat yang mulai bergemuruh untuk dikeluarkan.

Ada satu cerita lucu dari seorang teman, dimana pada saat buang hajat, posisi jongkok sudah siap eksekusi, namun gagal keluar, dicoba lagi, gagal lagi. Sebagaimana aklimatisasi suhu tubuh pada tempat atau cuaca yang baru, ternyata, buang hajatpun memerlukan adaptasi.

Inilah hal yang pasti akan kita lakukan dalam kehidupan berkemah dihutan belantara. Jangan berharap menemukan air bersih dengan mudah dan WC layaknya kita berada di mall atau di Hotel berbintang. Mulailah membiasakan menyatu dengan alam, menyatu dengan bumi, menatap langit dan tersenyum, menyatu dengan kesederhanaan dan sedikit merenung dengan apa yang sudah kita miliki saat ini , dengan segala kemudahannya.

Bergegas, packing carrier dan daypack kami melanjutkan perjalanan ke Pos berikutnya yaitu posko Kalimati. Dalam perjalanan menuju Kalimati dari Ranu Kumbolo, kami disuguhi rintangan pertama, jalanan yang menanjak dengan kemiringan cukup terjal, yang sering disebut orang Tanjakan Cinta. Tanjakan yang membelah dua bukit ini, merupakan pintu gerbang pertama menuju puncak Mahameru.



Kami mendaki dan menulusuri tanjakan tersebut dengan perlahan, sesekali nafas berdegup cepat dan kami hentikan langkah kaki yang mulai melemah. Lalu kami lanjutkan kembali untuk mencapai puncak tanjakan cinta dan selepasnya, kami terkejut menatap tak percaya….

Didepan terbentang padang yang luas dengan seluruh sisinya berunduk bukit bukit indah berwarna hijau, mempesona dan eksotik. Inilah yang disebut Oro Oro Ombo. Padang luas yang berada tepat didepan kami, tumbuh bunga bunga lebat berwarna ungu. Bunga yang lebat nan rimbun berwarna ungu itu adalah bunga lavender. Ditengah padang luas lavender terdapat jalan yang membelah ladang lavender. Kami tidak ingin melawati daerah itu tanpa pendokumentasian. Potret sana , potret sini, senyum sana, senyum sini, kami narsis sesaat. Sungguh Indah Alam ini..



Melanjutkan perjalanan, setelah padang lavender oro oro ombo, kami istirahat sejenak di pintu masuk hutan cemara. Posko tersebut dinamakan Cemoro Kandang, dinamakan Cemoro Kandang, dikarenakan medan yang akan dilalui adalah hutan cemara. Cemoro Kandang memiliki ketinggian sekitar 2.500 mdpl dengan suhu terendah menembus -6 derajat celcius. Perjalanan mendaki dihutan cemara tidak terlalu panas oleh terik mentari, karna seluruh perjalanan berada dalam hutan lebat cemara. Dalam situs website gunung semeru, hutan cemara ini masih terdapat spesies hewan seperti Kijang , luwak, kancil bahkan macan kumbang. Alhamdulillah kami melewatinya dengan aman sampai ke posko berikutnya Jambangan.

Sesaat sebelum memasuki posko Jambangan, kami dapat menyaksikan begitu dekatnya mahameru. Kami menatap sejenak ketinggian tersebut, terucap dengan lirih dihati ..Subhanallah… Maha Suci Allah dengan segala ciptaanNya yang begitu besar dan megahnya. Semeru menatap kami, tetap berdiri tegak menantang para pendaki.

Setelah 2 jam lebih kami berjalan sampailah kami di posko terakhir Kalimati. Disinilah biasanya para pendaki puncak Mahameru mendirikan tenda terakhir. Sebelum batas vegetasi, sebenarnya masih ada posko terakhir , yaitu arcopodo. Dikarenakan kontur tanahnya yang gempur dan lokasinya dalam kemiringan yang curam rentan dari longsor, tempat ini sekarang tidak direkomendasikan sebagai titik sentral untuk mendirikan tenda terakhir.

Arcopodo lebih banyak digunakan untuk mempersiapkan diri para pendaki puncak gunung semeru untuk persiapan terakhir sebelum summit attack. Sampai Posko Kalimati, kami mendirikan tenda. Istirahat sejenak, mengambil air dari mata air sumber mani, memasak mi Instan dan menghirup lezatnya susu coklat hangat. Tim Pemandu mengingatkan kami untuk benar benar memanfaatkan waktu yang sedikit ini untuk istirahat tidur sebelum berjuang mendaki puncak semeru.

Summit Attack Puncak Mahameru.

Tepat Jam 10 Malam kami bangun dari tidur , mengangkat dan mengeluarkan badan dalam selimut hangat sleeping bag serta mempersiapkan diri untuk summit attack mahameru. Personil yang menyatakan siap melakukan pendakian terdapat 14 orang. Selebihnya memilih tetap tinggal ditenda dikarenakan hal lain.

Inilah babak awal dari drama menegangkan summit attack puncak Mahameru. ***

Kami semua berkumpul ditengah tenda, pada saat itu jam menunjukan 22.30 wib, dengan udara sangat dingin menembus pakaian kami yang sudah tebal. Pemandu memberi arahan dan sedikit informasi tentang summit attack puncak mahameru. Intinya, pada saat summit attack kami tidak diperbolehkan tertidur sekalipun ngantuk dan lelah menyerang. Kemudian, membawa air minum yang cukup dan selalu berdoa. Kemudian setelah arahan oleh pemandu, dilanjutkan dengan doa yang dipandu oleh ustadz arul yang pada malam itu sangat kami perhatikan seluruh isi bacaan doanya.

Setelah berdoa selesai, perlahan namun pasti, kami bergerak meninggalkan tenda kami berjalan menyeruak kedalam hutan yang gelap. Berjalan berbaris tanpa kami ketahui dimana dan seperti apa medan yang akan kami lalui. Sungguh semuanya kami lakukan hanya karena sebuah tekad. Rintangann demi rintangan kami lalui untuk mencapai batas vegetasi dekat posko arcopodo. Jalan mendaki nan curam dalam kegelapan malam membuat hati kami semakin nelangsa.

Sejengkal dari kami adalah jurang yang dalam, berjalan dengan kewaspadaan tinggi, membuat rasa haus mulai menggerogoti tenggorokan kami, padahal perjalanan masih sangat jauh. Sesekali kami berisitirahat untuk sekedar mengumpulkan tenaga dan keyakinan. Sejam telah kami lalui tapi kami belum mencapai posko terakhir, rasa lelah dan ngantuk mulai menyerang dengan hebatnya, kami mencoba atasi dengan bercengkerama dan menyantap sedikit perbekalan yang kami bawa untuk menjaga stamina. Akhirnya, kami sampai di posko arcopodo.

Posko ini adalah titik awal pendakian. Batas antara ruang hijau dan kaki gunung semeru yang berpasir disebut batas vegetasi. Satu persatu dari kami mulai mendaki langit. Dari bawah masih di kaki gunung semeru, kami menengadah kelangit, nampak barisan titik titik terang berbaris yang merupakan barisan manusia yang sedang mendaki langit. Saat itu waktu menunjukan pukul 01.30 dini hari.***

Geither atau pelindung kaki sangat membantu kami dalam pendakian, kami merasakan pasir yang mulai memasuki celah sepatu. Terasa semakin berat kaki untuk melangkah, terhujam dalam lautan pasir, kaki kami paksa untuk tetap melangkah dan melangkah. Udara dingin dan gelap sangat menusuk tubuh , bibir kami mulai bergetar kedinginan bahkan kulitnya sedikit terkelupas. Mahameru dengan ketinggian 3.676 MDPL adalah salah satu dari tujuh puncak tertinggi di Indonesia dan merupakan puncak tertinggi ditanah Jawa. Kami tak menemui ujung dari puncak mahameru, kami mulai dijangkiti rasa frustasi yang hebat.

Kami semakin kehausan disaat persediaan air mulai menipis. Kami mulai dirasuki distorsi, phobia ketinggian dan kesulitan bernafas, namun kami tidak terserang hypothermia. Kaki semakin sulit untuk digerakkan maju selangkah, jika kaki kami angkat selangkah, maka kaki akan mundur dua langkah, begitu seterusnya sampai kami tersadar hari mulai sedikit pagi.



Mata mata yang sembab melawan ngantuk yang hebat dan raut wajah yang semakin kelelahan mulai terlihat jelas pada pendakian yang ganas ini. Kami mencoba tetap bertahan, tertunduk menyimpan sisa tenaga dan sesekali menengadah kelangit memohon pertolongan Allah untuk memberi kekuatan dan keyakinan serta tekad kami yang kuat. Darah mulai sulit berkontraksi dengan tubuh, kaki dan tangan kami mulai lelah, kami berusaha menahan tubuh kami agar tidak tertidur dalam situasi seperti ini.

Kami mencoba merangkak, dan kami tak lagi memikirkan cara seperti ini. Kami lemas dan lelah hingga wajah kami menyentuh pasir lembab mahameru, berbaring menahan lelah di kemiringan 75-80 derajat. Mata kami mulai sulit diajak terbuka, ngantuk hebat menyerang dan kami paksa untuk tidak tertidur. Kami baru menginjak punggung mahameru belum lagi mencapai puncak.



Kami bergetar ketika matahari mulai menyeruak menerangi mahameru, kami mulai ciut ketika mulai menyadari bahwa kami sedang dalam ketinggian yang luar biasa. Kami mencoba melihat kebawah, hati bergetar, jantung berdebar, betapa tingginya kami mendaki langit. Saat melihat kesamping, hamparan langit biru nan luas serta sekumpulan awan tepat berada disisi kami. Kaki mulai gemetar, hati makin ciut, frustasi mulai menjangkit. Kami mulai dihinggapi rasa tidak percaya akan sampai puncak mahameru.

Saat itulah seorang kawan terisak menahan tangis. Akupun tak tau apa yang menyebabkan dia menahan isak tangis, yang kurasakan dan mungkin yang dia rasakan, betapa dahsyatnya pendakian ini. Air persediaan sudah habis, meminta sedikit kebaikan kepada pendaki lain untuk membagi minuman, itulah yang dilakukan kawan kami saat bercerita kepadaku.

Disini ujian dan motivasi serta tekad kami mulai terseleksi oleh alam. Satu persatu kelompok kami mulai berguguran, mundur turun meninggalkan perut semeru. Ada yang masih bertahan dengan segala sisa tenaga dan tekad yang kuat. Modal dan perbekalan kami sekarang hanya tinggal keyakinan. Melawan ketakutan, mengubur kelelahan serta menahan kehausan yang hebat. Mental yang kuat menjadi benteng terakhir kami mencapai puncak mahameru.



Terus berdoa sambil menyemangati diri yang mungkin kami rasakan saat itu bahwa keyakinan itu adalah keniscayaan. Ditengah pendakian kami sempat terdiam , kami teringat seluruh riuh rendah kehidupan kami di Jakarta, teringat akan keluarga kami dirumah, teringat teman teman kami yang sedang tertidur lelap, teringat akan pesan orang tua kami saat kami izin kepadanya untuk berangkat ke semeru. Perasaan mulai bercampur aduk, asa mulai tergoyah, dan ketakutan kehilangan nyawa mulai menyelimuti hati.

Yaa Rabb hamba adalah manusia lemah, hamba tidak berdaya dalam situasi seperti ini. Hanya satu pinta kami kepadaMu yaa Rabb berilah kekuatan yang tersisa pada diri kami. Ajari kami tabah, letakan tanganMu yaa rabb di punggung kami untuk mengerti arti sabar dan pasrah. Kuatkan tekad kami untuk menggapai ridhoMu mencapai puncak mahameru.

Perjalanan kepuncak Mahameru adalah bukan untuk menunjukkan kesombongan, bukan untuk kebanggaan semu, kami hanya belajar sedikit dari sebagian kehidupan yang keras dibawah sana. Belajar arti dari semua hidup yang akan kami ambil hikmahnya. Ini adalah tetes keringat kami yang terakhir dari kerasnya puncak mahameru. Dari Kelelahan yang amat sangat dan kengerian yang melemahkan niat kami dari ketakutan ketinggian yang mengharu biru. Jika di puncak sana, kami dapat mengambil pelajaran hidup. Angkat kami ke puncak Mahameru yaa Rabb.





0
6.5K
16
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan