- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Cerita Pejalan Domestik
(Catper) Bandung-Bali 18-20 Mei 2014
TS
cikalpratama
(Catper) Bandung-Bali 18-20 Mei 2014
Quote:
Quote:
Hari Pertama - 18 Mei 2014
Setelah memesan tiket dari setahun yang lalu, Akhirnya minggu sore ini kami berangkat dari Bandung menuju Pulau Dewata, menggunakan pesawat A** A**a.
Udara tampaknya sedang sangat mendukung sehingga hanya dalam 1 jam 15 menit terbang, kami pun sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Setelah mengurus Bagasi kami melanjutkan perjalanan menuju Hotel menggunakan taksi bandara dengan ongkos Rp.75.000, hotel yang akan kami tempati selama 2 malam ini, berada kurang lebih 400 m dari pantai Kuta, dekat pula dengan jalan Legian, lokasi yang cukup strategis
Check-in hotel kami langsung menuju kamar masing-masing, saya menempati kamar no 241 bersama Om Pepeng dan Zen Blunt, Kamar dengan konsep minimalis modern namun cukup nyaman untuk ditempati, dengan dua Single bed plus 1 sofa Bed, dilengkapi dengan Kamar mandi yang unik bentuknya, dan LCD 32 Inch.
20.30
Kami berjalan kaki menuju Hard Rock cafe, menghabiskan waktu dengan menikmati Live Music Di cafe ini kami menemukan beberapa kegilaan dari beberapa orang wisatawan asing, begitu kita masuk, kita sudah bertemu dengan lima orang cabe-cabean, ini cabe2an bule lho mereka terlihat sangat menikmati sekali malam itu. tak lama berselang ada satu lagi bule gila, kali ini ada si mister yang kegilaannya cukup membuat para pengunjung cafe “terhibur”, si mister ini naik keatas meja bar dan menari meliuk-liukan tubuhnya seperti penari striptease saja. aah coba kalau bukan mister......... di cafe ini kami memesan minum, entah jus apa yang saya pesan, sampai sekarang gak inget apa namanya, panjang sih namanya, yang pasti non alkohol dan harganya 21 kali lipat dari harga es teh manis di Warung Pecel Ibu Tinuk
Ada hal menarik, ketika saya ke toilet, saya melewati sebuah lorong yang di dindingnya terpajang sekitar sepuluh gitar yang ditandatangani oleh Band dalam dan luar negeri, seperti The SIGIT , SLANK, GIGI, FIRE HOUSE , The WAILERS , dll.Sepertinya mereka pernah perform disitu,diantara deretan gitar tersebut, mata saya berhasil menangkap gitar yang ditandatangani oleh The-Changcuters, Band asal Bandung,saya jadi ingat kepada adik pertama saya Rai Agung Ananda yang seorang Changcut Rangers. akhirnya saya minta tolong kepada Ivan untuk mengambil foto gitar tersebut, foto ini akan saya jadikan Oleh-oleh untuknya , oleh-oleh Murah, mudah-mudahan Rai suka resent
Kurang lebih 00.00 pertunjukan musik selesai, kami pun segera kembali ke Hotel untuk istirahat
Setelah memesan tiket dari setahun yang lalu, Akhirnya minggu sore ini kami berangkat dari Bandung menuju Pulau Dewata, menggunakan pesawat A** A**a.
Udara tampaknya sedang sangat mendukung sehingga hanya dalam 1 jam 15 menit terbang, kami pun sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Setelah mengurus Bagasi kami melanjutkan perjalanan menuju Hotel menggunakan taksi bandara dengan ongkos Rp.75.000, hotel yang akan kami tempati selama 2 malam ini, berada kurang lebih 400 m dari pantai Kuta, dekat pula dengan jalan Legian, lokasi yang cukup strategis
Check-in hotel kami langsung menuju kamar masing-masing, saya menempati kamar no 241 bersama Om Pepeng dan Zen Blunt, Kamar dengan konsep minimalis modern namun cukup nyaman untuk ditempati, dengan dua Single bed plus 1 sofa Bed, dilengkapi dengan Kamar mandi yang unik bentuknya, dan LCD 32 Inch.
20.30
Kami berjalan kaki menuju Hard Rock cafe, menghabiskan waktu dengan menikmati Live Music Di cafe ini kami menemukan beberapa kegilaan dari beberapa orang wisatawan asing, begitu kita masuk, kita sudah bertemu dengan lima orang cabe-cabean, ini cabe2an bule lho mereka terlihat sangat menikmati sekali malam itu. tak lama berselang ada satu lagi bule gila, kali ini ada si mister yang kegilaannya cukup membuat para pengunjung cafe “terhibur”, si mister ini naik keatas meja bar dan menari meliuk-liukan tubuhnya seperti penari striptease saja. aah coba kalau bukan mister......... di cafe ini kami memesan minum, entah jus apa yang saya pesan, sampai sekarang gak inget apa namanya, panjang sih namanya, yang pasti non alkohol dan harganya 21 kali lipat dari harga es teh manis di Warung Pecel Ibu Tinuk
Ada hal menarik, ketika saya ke toilet, saya melewati sebuah lorong yang di dindingnya terpajang sekitar sepuluh gitar yang ditandatangani oleh Band dalam dan luar negeri, seperti The SIGIT , SLANK, GIGI, FIRE HOUSE , The WAILERS , dll.Sepertinya mereka pernah perform disitu,diantara deretan gitar tersebut, mata saya berhasil menangkap gitar yang ditandatangani oleh The-Changcuters, Band asal Bandung,saya jadi ingat kepada adik pertama saya Rai Agung Ananda yang seorang Changcut Rangers. akhirnya saya minta tolong kepada Ivan untuk mengambil foto gitar tersebut, foto ini akan saya jadikan Oleh-oleh untuknya , oleh-oleh Murah, mudah-mudahan Rai suka resent
Kurang lebih 00.00 pertunjukan musik selesai, kami pun segera kembali ke Hotel untuk istirahat
Quote:
Hari Kedua - 19 Mei 2014
08.00
Setidaknya ada dua pilihan menu sarapan yang disediakan oleh Pihak hotel siapkan, yaitu nasi hijau dan nasi Jenggo, namun nasi hijaulah yang berhasil saya santap habis, bukan karena saya tidak suka nasi jenggo, tapi karena saya ga kebagian, oh mungkin saya turun terlalu siang
Sejam kemudian Bli Gusti dengan Toyota Hiace putihnya sudah menjemput kami di Hotel. Hari ini kita akan bergerak menuju utara, Objek yang akan kami tuju adalah Taman ayun, dan Danau Bedugul. Di perjalanan menuju taman Ayun, mata saya disuguhi dengan kesibukan warga menjelang Hari Raya Galungan yang akan mereka rayakan lusa (21 Mei 2014). Penjor ini mirip dengan Janur di Jawa barat, keduanya sama sama dipasang sehari sebelum, Penjor Galungan dipasang sehari sebelum Galungan, yaitu selasa wage wuku dungulan, yang disebut Penampahan Galungan. Sementara janur dipasang satu hari sebelum pesta perkimpoian digelar
10.02
Kita mampir untuk membeli minum disebuah minimarket di Jl. Raya Kapal, perjalanan dilanjutkan, tak lama kemudian saya melihat sebuah papan petunjuk menuju Pura Sada ingatan saya diajak kembali ke bulan Juni 2006 , waktu itu saya pergi Kuliah Lapangan bersama teman seangkatan di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI yaa.. salah satu Objek yang waktu itu kami singgahi adalah Pura Sada, itu adalah kali pertama saya menginjak Bali, saat itu saya langsung jatuh cinta kepada Bali, Cinta pada pandang......eeeh maksudnya Cinta pada Kunjungan Pertama
Seperti yang terdapat dalam salah satu lagunya SLANK, Terima kasih Baliku, untuk Budaya dan alammu, terima kasih untuk........... masyarakat Bali masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan warisan leluhurnya,hal inilah yang saya cintai dari pulau ini. Indonesia kaya !!!
Kita balik lagi....
Tak lama setelah Pura Sada, saya menemukan taman Rama Shinta. Taman ini hanya salah satu dari ratusan bahkan mungkin ribuan taman yang ada di Bali. tuh kan.. sekali lagi saya katakan, Bali sungguh sangat Berbudaya.
10.20
Akhirnya kita sampai di Taman Ayun. Mobil tidak diperbolehkan masuk, hal ini memaksa kami untuk berjalan kaki terlebih dulu sekitar 300 M, matahari lagi ceria-cerianya pula hmmmm….Okesip.
Taman Ayun adalah sebuah kompleks Pura yang sangat besar, terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, kurang lebih 18 km dari jantung Kota Denpasar.Taman Ayun diterjemahkan secara harfiah sebagai taman yang indah dan dianggap sebagai salah satu Pura yang paling menarik di Bali. Dibangun pada tahun 1634 oleh Raja Mengwi, I Gusti Putu Agung. Pura ini berbatasan dengan sungai yang lebar yang mengairi sawah-sawah disekitar lokasi. Pura ini dipersembahkan untuk para leluhur Kerajaan Mengwi dan dewa-dewa penting lainnya. Pura Taman Ayun dianggap sebagai "Pura Pusat" untuk Kerajaan Mengwi.
Aktivitas yang bisa kami lakukan disini hanya berjalan saja, mengelilingi komplek pura
10 .53
Setelah puas berkeliling di Taman Ayun, perjalanan kita lanjutkan menuju daerah Tabanan, Danau Bedugul. Mudah-mudahan masih seindah dulu. Delapan tahun yang lalu, saya mengunjungi Bedugul yang sedang cantik-cantiknya, waktu itu kabut tipis turun di danau Bedugul (Rumusnya: Dataran tinggi + danau + kabut = Awesome) aaah tidak…. Kali ini nampaknya Kabut enggan membelai Bedugul.
Kegiatan di Bedugul kami awali dengan makan siang, selama di perjalanan, Bu Shella sepertinya tergoda dengan Mie Ayam, yang dijual di sepanjang perjalanan menuju Bedugul, hal ini cukup membuat saya ikut tergoda, menyantap semangkok Mie ayam di pinggir danau yang cuacanya cukup dingin, boleh juga nih kayaknya, pikirku saat itu. Tapi ternyata begitu sampai bedugul, Bu Shella tidak memesan Mie ayam, Sepertinya tadi Bu Shella hanya lapar mata saja,hehe.Saya sebagai pengikut jamaahnya ingkar pula , karena tergoda oleh Ayam Goreng Lalapan , ooh iya lalapanbagi orang Bali adalah hal yang menurut saya Istimewa, terlihat dari daftar menu “lalapan” yang ditulis mengikuti “Ayamgoreng”, di Jawa Barat, belum pernah saya menemukan menu “Ayam Goreng Lalapan”, karena di Jawa Barat Lalapan itu otomatis disertakan ketika kita memesan ayamGoreng, sama seperti ketika kita memesan Es teh di Yogyakarta, maka yang akan kita dapatkan adalah Es Teh Manis, di Bandung kalau kita pesan Es Teh, yang kita dapatkan ya hanya es teh tawar saja, memesan Ayam goreng tanpa dikasih lalapan itu ya hanya di Restoran cepat saji saja seperti K**.
Selesai makan siang, kami menunaikan kewajiban Sholat dzuhur, tinggal menyeberang jalan kita bisa menemukan Mesjid Besar, sekedar mengingatkan, mayoritas masyarakat Bali adalah penganut Hindu Bali, ketika ngobrolin mayoritas, maka otomatis minoritas akan menyertai, Di Bedugul ini kita bisa menemukan si minoritas itu, disini kita bisa melihat ibu-ibu yang memakai kerudung, lalu seperti tadi saya bilang, di seberang jalan, kita bisa menemukan Mesjid yang secara ukuran termasuk luas, mungkin luasnya sama seperti At-Taufiq, Mesjid Jami yang letaknya persis di samping rumah Saya di Ciranjang. Dari plang yang saya baca, Mesjid ini Al-Hidayah namanya, secara geografis terletak di Baturiti Tabanan.
Solat dzuhur sudah ditunaikan. Kita kembali ke danau untuk kembali nyamperin oom Pepeng, kenapa harus ke oom Pepeng? karena Oom pepeng mempunyai skill Photografi tingkat dewa… lantas apa hubungannya? Begini saya jelaskan, “Sekeren Apapun Seorang Photografer takkan bisa menghasilkan karya yang hebat kalau dia tidak mempunyai Objek Yang menarik untuk diabadikan” Sampai sini ngerti? Baiklah kalau belum ngerti juga, baca nih lanjutannya………..oleh karena itu kami berniat untuk kerjasama dengannya, bentuk kerjasamanya sederhana, oom pepeng butuh karya, kita akan kolaborasikan dengan bakat narsis kita di depan kamera, Sederhana bukan? Kerjasama dengan beliau tidak perlu paketanda-tangan diatas kertas perjanjian segala apalagi harus memakai meterai, cukup acungkan telunjuk kita lalu bilang “cik ah foto didieu”. Maka oom pepeng akan segera memicingkan matanya di View Finder, memutar lensa dan menekan tombol Shutter, cekrek… Jadilah sebuah karya Fenomenal yang terlahir di Abad Ini,
15.29
Kita tiba di tanah lot, kerjasama yang kita sepakati dengan oom Pepeng di Bedugul tadi, ternyata masih berlaku. Kita sebagai pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut langsung bertugas sesuai dengan tugas masing – masing, sehingga disini kita habiskan waktu dengan bernarsis ria saja Di tanah lot ini ada Ular Suci, dalam kunjungan saya yang kedua ini, saya masih saja tidak tertarik untuk melihat ular tersebut.
16.39
Hari sudah mulai petang, saatnya kita beranjak dari tanah Lot untuk kembali ke Hotel. Tapi sebelum ke hotel kita berencana untuk menikmati Sunset Pantai Kuta terlebih dahulu.
Sayangnya sunset Kuta sore itu tidak terlalu bagus, meskipun begitu, hal ini tidak mengurangi semangat dan keceriaan kami, khususnya keceriaan pak Endang yang tampaknya sangat senang sekali main air, Pak Endang ini menurut ramalan Ki Joko Bodo memang cocok kerja di air, eits.. apaan ini, jadi nyambung ke Ki Joko Bodo Ah pokoknya kami sangat senang sekali menghabiskan senja di Pantai Kuta.
Setelah Matahari ditelan laut kuta, kami bergegas menuju Hotel, sebagian dari kami ada yang berjalan kaki menuju Hotel. Sesampainya di hotel kami tidak langsung menuju kamar masing-masing, kita nyebur dulu kekolam renang, awalnya hanya sekedar ingin membilas badan yang kuyup oleh air laut saja, tapi Berhubung Pak Ulle mengeluarkan Handphonenya yang Waterproof, otomatis kita gantian berpose didalam kolam, didalam kolam lhoyaa, bukan di permukaan kolam
Setelah masing-masing dari kami mendapatkan hasil Foto Underwater terbaiknya kami langsung naik ke kamar masing-masing.
20.13
Selepas Isya, kami kembali berkumpul di Lobby Hotel, masih ditemani Bli Gusti dan Hiace Putihnya, kami berangkat menuju rumah makan ayam betutu di Daerah Central parkir Kuta Ayam betutu merupakan makanan khas gilimanuk, ketika mendengar Gilimanuk, pikiran saya langsung terasosiasi kepada sebuah pelabuhan. Pelabuhan Gilimanuk adalah sebuah pelabuhan feri di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali yang menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Jawa via perhubungan laut (Selat Bali) .
Tampaknya Aktivitas siang tadi cukup menguras energi, hal ini berakibat langsung terhadap “kerakusan” kami di meja makan, 4 Ekor ayam beserta 15 Porsi nasi, habis malam itu oleh kami yang cuma sembilan orang
Perut kenyang, kami kembali ke hotel melalui Jalan Legian, di Jalan Legian, saya dan tiga orang teman saya turun, sementara sisanya langsung menuju Hotel. Kita berjalan sepanjang jalan legian, sampai akhirnya kita menemukan Monumen Bom Bali, Monumen ini dibangun dengan tujuan untuk mengenang para korban ledakan bom Sari Club dan Paddy’s Cafe pada tanggal 12 Okober 2002 , tercatat lebih dari 200 orang meninggal dalam peristiwa ini. Peristiwa ini tercatat sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah indonesia. Enison Sinaro seorang Sutradara lulusan Sinematografi IKJ mengangkat kisah dibalik peristiwa ini menjadi sebuah Film berjudul “Long Road To Heaven”.
08.00
Setidaknya ada dua pilihan menu sarapan yang disediakan oleh Pihak hotel siapkan, yaitu nasi hijau dan nasi Jenggo, namun nasi hijaulah yang berhasil saya santap habis, bukan karena saya tidak suka nasi jenggo, tapi karena saya ga kebagian, oh mungkin saya turun terlalu siang
Sejam kemudian Bli Gusti dengan Toyota Hiace putihnya sudah menjemput kami di Hotel. Hari ini kita akan bergerak menuju utara, Objek yang akan kami tuju adalah Taman ayun, dan Danau Bedugul. Di perjalanan menuju taman Ayun, mata saya disuguhi dengan kesibukan warga menjelang Hari Raya Galungan yang akan mereka rayakan lusa (21 Mei 2014). Penjor ini mirip dengan Janur di Jawa barat, keduanya sama sama dipasang sehari sebelum, Penjor Galungan dipasang sehari sebelum Galungan, yaitu selasa wage wuku dungulan, yang disebut Penampahan Galungan. Sementara janur dipasang satu hari sebelum pesta perkimpoian digelar
10.02
Kita mampir untuk membeli minum disebuah minimarket di Jl. Raya Kapal, perjalanan dilanjutkan, tak lama kemudian saya melihat sebuah papan petunjuk menuju Pura Sada ingatan saya diajak kembali ke bulan Juni 2006 , waktu itu saya pergi Kuliah Lapangan bersama teman seangkatan di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI yaa.. salah satu Objek yang waktu itu kami singgahi adalah Pura Sada, itu adalah kali pertama saya menginjak Bali, saat itu saya langsung jatuh cinta kepada Bali, Cinta pada pandang......eeeh maksudnya Cinta pada Kunjungan Pertama
Seperti yang terdapat dalam salah satu lagunya SLANK, Terima kasih Baliku, untuk Budaya dan alammu, terima kasih untuk........... masyarakat Bali masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan warisan leluhurnya,hal inilah yang saya cintai dari pulau ini. Indonesia kaya !!!
Kita balik lagi....
Tak lama setelah Pura Sada, saya menemukan taman Rama Shinta. Taman ini hanya salah satu dari ratusan bahkan mungkin ribuan taman yang ada di Bali. tuh kan.. sekali lagi saya katakan, Bali sungguh sangat Berbudaya.
10.20
Akhirnya kita sampai di Taman Ayun. Mobil tidak diperbolehkan masuk, hal ini memaksa kami untuk berjalan kaki terlebih dulu sekitar 300 M, matahari lagi ceria-cerianya pula hmmmm….Okesip.
Taman Ayun adalah sebuah kompleks Pura yang sangat besar, terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, kurang lebih 18 km dari jantung Kota Denpasar.Taman Ayun diterjemahkan secara harfiah sebagai taman yang indah dan dianggap sebagai salah satu Pura yang paling menarik di Bali. Dibangun pada tahun 1634 oleh Raja Mengwi, I Gusti Putu Agung. Pura ini berbatasan dengan sungai yang lebar yang mengairi sawah-sawah disekitar lokasi. Pura ini dipersembahkan untuk para leluhur Kerajaan Mengwi dan dewa-dewa penting lainnya. Pura Taman Ayun dianggap sebagai "Pura Pusat" untuk Kerajaan Mengwi.
Aktivitas yang bisa kami lakukan disini hanya berjalan saja, mengelilingi komplek pura
10 .53
Setelah puas berkeliling di Taman Ayun, perjalanan kita lanjutkan menuju daerah Tabanan, Danau Bedugul. Mudah-mudahan masih seindah dulu. Delapan tahun yang lalu, saya mengunjungi Bedugul yang sedang cantik-cantiknya, waktu itu kabut tipis turun di danau Bedugul (Rumusnya: Dataran tinggi + danau + kabut = Awesome) aaah tidak…. Kali ini nampaknya Kabut enggan membelai Bedugul.
Kegiatan di Bedugul kami awali dengan makan siang, selama di perjalanan, Bu Shella sepertinya tergoda dengan Mie Ayam, yang dijual di sepanjang perjalanan menuju Bedugul, hal ini cukup membuat saya ikut tergoda, menyantap semangkok Mie ayam di pinggir danau yang cuacanya cukup dingin, boleh juga nih kayaknya, pikirku saat itu. Tapi ternyata begitu sampai bedugul, Bu Shella tidak memesan Mie ayam, Sepertinya tadi Bu Shella hanya lapar mata saja,hehe.Saya sebagai pengikut jamaahnya ingkar pula , karena tergoda oleh Ayam Goreng Lalapan , ooh iya lalapanbagi orang Bali adalah hal yang menurut saya Istimewa, terlihat dari daftar menu “lalapan” yang ditulis mengikuti “Ayamgoreng”, di Jawa Barat, belum pernah saya menemukan menu “Ayam Goreng Lalapan”, karena di Jawa Barat Lalapan itu otomatis disertakan ketika kita memesan ayamGoreng, sama seperti ketika kita memesan Es teh di Yogyakarta, maka yang akan kita dapatkan adalah Es Teh Manis, di Bandung kalau kita pesan Es Teh, yang kita dapatkan ya hanya es teh tawar saja, memesan Ayam goreng tanpa dikasih lalapan itu ya hanya di Restoran cepat saji saja seperti K**.
Selesai makan siang, kami menunaikan kewajiban Sholat dzuhur, tinggal menyeberang jalan kita bisa menemukan Mesjid Besar, sekedar mengingatkan, mayoritas masyarakat Bali adalah penganut Hindu Bali, ketika ngobrolin mayoritas, maka otomatis minoritas akan menyertai, Di Bedugul ini kita bisa menemukan si minoritas itu, disini kita bisa melihat ibu-ibu yang memakai kerudung, lalu seperti tadi saya bilang, di seberang jalan, kita bisa menemukan Mesjid yang secara ukuran termasuk luas, mungkin luasnya sama seperti At-Taufiq, Mesjid Jami yang letaknya persis di samping rumah Saya di Ciranjang. Dari plang yang saya baca, Mesjid ini Al-Hidayah namanya, secara geografis terletak di Baturiti Tabanan.
Solat dzuhur sudah ditunaikan. Kita kembali ke danau untuk kembali nyamperin oom Pepeng, kenapa harus ke oom Pepeng? karena Oom pepeng mempunyai skill Photografi tingkat dewa… lantas apa hubungannya? Begini saya jelaskan, “Sekeren Apapun Seorang Photografer takkan bisa menghasilkan karya yang hebat kalau dia tidak mempunyai Objek Yang menarik untuk diabadikan” Sampai sini ngerti? Baiklah kalau belum ngerti juga, baca nih lanjutannya………..oleh karena itu kami berniat untuk kerjasama dengannya, bentuk kerjasamanya sederhana, oom pepeng butuh karya, kita akan kolaborasikan dengan bakat narsis kita di depan kamera, Sederhana bukan? Kerjasama dengan beliau tidak perlu paketanda-tangan diatas kertas perjanjian segala apalagi harus memakai meterai, cukup acungkan telunjuk kita lalu bilang “cik ah foto didieu”. Maka oom pepeng akan segera memicingkan matanya di View Finder, memutar lensa dan menekan tombol Shutter, cekrek… Jadilah sebuah karya Fenomenal yang terlahir di Abad Ini,
15.29
Kita tiba di tanah lot, kerjasama yang kita sepakati dengan oom Pepeng di Bedugul tadi, ternyata masih berlaku. Kita sebagai pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut langsung bertugas sesuai dengan tugas masing – masing, sehingga disini kita habiskan waktu dengan bernarsis ria saja Di tanah lot ini ada Ular Suci, dalam kunjungan saya yang kedua ini, saya masih saja tidak tertarik untuk melihat ular tersebut.
16.39
Hari sudah mulai petang, saatnya kita beranjak dari tanah Lot untuk kembali ke Hotel. Tapi sebelum ke hotel kita berencana untuk menikmati Sunset Pantai Kuta terlebih dahulu.
Sayangnya sunset Kuta sore itu tidak terlalu bagus, meskipun begitu, hal ini tidak mengurangi semangat dan keceriaan kami, khususnya keceriaan pak Endang yang tampaknya sangat senang sekali main air, Pak Endang ini menurut ramalan Ki Joko Bodo memang cocok kerja di air, eits.. apaan ini, jadi nyambung ke Ki Joko Bodo Ah pokoknya kami sangat senang sekali menghabiskan senja di Pantai Kuta.
Setelah Matahari ditelan laut kuta, kami bergegas menuju Hotel, sebagian dari kami ada yang berjalan kaki menuju Hotel. Sesampainya di hotel kami tidak langsung menuju kamar masing-masing, kita nyebur dulu kekolam renang, awalnya hanya sekedar ingin membilas badan yang kuyup oleh air laut saja, tapi Berhubung Pak Ulle mengeluarkan Handphonenya yang Waterproof, otomatis kita gantian berpose didalam kolam, didalam kolam lhoyaa, bukan di permukaan kolam
Setelah masing-masing dari kami mendapatkan hasil Foto Underwater terbaiknya kami langsung naik ke kamar masing-masing.
20.13
Selepas Isya, kami kembali berkumpul di Lobby Hotel, masih ditemani Bli Gusti dan Hiace Putihnya, kami berangkat menuju rumah makan ayam betutu di Daerah Central parkir Kuta Ayam betutu merupakan makanan khas gilimanuk, ketika mendengar Gilimanuk, pikiran saya langsung terasosiasi kepada sebuah pelabuhan. Pelabuhan Gilimanuk adalah sebuah pelabuhan feri di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali yang menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Jawa via perhubungan laut (Selat Bali) .
Tampaknya Aktivitas siang tadi cukup menguras energi, hal ini berakibat langsung terhadap “kerakusan” kami di meja makan, 4 Ekor ayam beserta 15 Porsi nasi, habis malam itu oleh kami yang cuma sembilan orang
Perut kenyang, kami kembali ke hotel melalui Jalan Legian, di Jalan Legian, saya dan tiga orang teman saya turun, sementara sisanya langsung menuju Hotel. Kita berjalan sepanjang jalan legian, sampai akhirnya kita menemukan Monumen Bom Bali, Monumen ini dibangun dengan tujuan untuk mengenang para korban ledakan bom Sari Club dan Paddy’s Cafe pada tanggal 12 Okober 2002 , tercatat lebih dari 200 orang meninggal dalam peristiwa ini. Peristiwa ini tercatat sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah indonesia. Enison Sinaro seorang Sutradara lulusan Sinematografi IKJ mengangkat kisah dibalik peristiwa ini menjadi sebuah Film berjudul “Long Road To Heaven”.
Quote:
Hari Ketiga - 20 Mei 2014
Selasa ini merupakan hari terakhir kami di Bali, maksud saya terakhir dalam kunjungan kita kali ini, bukan tidak mungkin besok atau lusa kami berkesempatan kembali menginjakan kaki di Bali. Saat kami check-out sayup-sayup terdengar seseorang yang bernyanyi, dari suaranya sepertinya saya kenal, yaap ternyata suara tersebut keluar dari mulut Ello, pagi itu Ello berhasil membuat saya ikut bersenandung... Ku akan pergi meninggalkan dirimu Menyusuri liku hidupku Janganlah kau bimbang dan janganlah kau ragu Berikanlah senyuman padaku.
09.00
Mendapatkan penerbangan sore, memberikan keuntungan bagi kami. setidaknya ada beberapa jam yang bisa kita manfaatkan untuk menyusuri Bali bagian Selatan, untuk sekedar menyampaikan ucapan perpisahan kepada Pulau seribu Pura..... yeeeee kok jadi lebay gini?
Bli Gusti mengantar kita "pamitan" ke oom Krisna. Oom Krisna punya empat rumah di Bali, kali ini kita akan singgahi rumahnya yang lumayan luas di Jl. Raya Tuban no 2X, Oom Krisna ini baik banget setiap kita yang berkunjung ke rumahnya, dijamin tidak akan pulang dengan tangan kosong. Seperti kali ini, Oom Krisna berhasil memaksa saya untuk pulang dengan menenteng Satu paper bag dan satu kantong plastik yang berisi 2 kaos, satu Polo Shirt, satu taplak meja motif kotak-kotak berukuran 2 x 3 Meter beserta tidak lupa Struknya.
Terima kasih Oom Kris, berkat oom lah saya menjadi semakin paham Ilmu Akuntansi, Ilmu yang semestinya perlu saya terapkan sepanjang hayat, bukan hanya di akhir bulan saja
13.26
Si Perut nge-PING!!! Ooh ternyata dari tadi BBM darinya yang berisi ajakan makan siang tidak saya hiraukan, karena keasyikan keliling di rumah oom Krisna yang luas itu. Maafkan saya rut kan sebentar lagi kita akan ke Bu Tinuk, Bu tinuk ini masih kakaknya Oom kris, beda ayah tapi tak seibu, lho kok.... jadi ngobrolin silsilah begini... baiklah saya akan hentikan. Lagian saya juga gak mau kalau akhirnya kalian tahu bahwa saya masih satu garis keturunan dengan Prabu Kian Santang .
Pecel, nama yang sudah tidak asing lagi bagi kita yang tinggal di Jawa. Pecel adalah menu utama yang disajikan di Warung Nasi Pecel Bu tinuk, Warung ini merupakan salah satu warung halal di Bali yang menyediakan menu masakan khas Jawa. Dalam konteks ini, Jawa menjalin “hubungan diplomatis” dengan Bali melalui Nasi pecel nya, inilah yang menurut William Wongso disebut dengan Culinary Diplomacy. Di warung Pecel bu Tinuk lah, akhirnya perut ini berhenti mengirimkan Broadcast Messagenya yang menyebalkan, setelah saya jejali dengan seporsi nasi pecel ditambah sepotong dadar telur kesukaannya.
Di sisa waktu yang tinggal beberapa jam ini, akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Di tengah perjalanan Bu Shella bertanya memberikan pilihan kepada kami,”Mau ke GWK atau Pantai Pandawa?” kalau saya tidak salah, waktu itu tidak ada yang menjawab, kecuali saya. Dengan suara pelan saya jawab, “Pandawa aja bu”. Mungkin jawaban saya akan berbeda, andai saja waktu itu “Sang Garuda sudah berhasil ditunggangi oleh Dewa Wisnu.”
Melewati sebuah Jalan aspal yang lebarnya mungkin hanya sepertiga jalan Soekarno Hatta di Bandung, diapit oleh tebing-tebing keras yang tinggi. tak lama setelah pos penjualan tiket masuk, di sebelah kiri dapat kita lihat ukiran patung yang menggambarkan Pandawa Lima. Tokoh pewayangan dalam kisah Mahabharata. Dharmawangsa (orang Sunda lebih mengenalnya dengan Yudhistira), Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa. Masing-masing berdiri tegak mengisi relung-relung Tebing menatap birunya Pantai Pandawa
Pantai yang terletak di Desa Kutuh, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, ini mungkin kurang populer dibanding pantai Kuta, Jimbaran, dan Dreamland. Namun keindahan pantai ini mulai santer terdengar dan memang membuat penasaran. Saat ini Pantai Pandawa mulai ramai dikunjungi wisatawan, meskipun begitu pesona pasir putih yang terhampar dengan air laut yang membiru cocok bagi anda yang menginginkan ketenangan
Aktivitas di Pantai pandawa kami akhiri dengan duduk santai di sebuah kedai sederhana, saya memesan secangkir kopi, sementara sebagian yang lainnya memesan kelapa muda.
Setelah minuman dihabiskan, kami melanjutkan perjalanan menuju Bandara. Bandara menjadi tempat perpisahan kami dengan Bli Gusti, terima kasih Bli, telah bersedia menemani kami selama di Bali.
Tepat 18.10 pesawat lepas landas meninggalkan Ngurah Rai.
Terima kasih baliku untuk budaya dan alammu……. . suara serak Kaka Slank menutup Perjalanan Kami. Dan kami pun bertekad kami akan kembali lagi dan kembali lagi ke Bali di kemudian hari karena masih banyaaaakk hal yang belum sempat kami explore di Bali di kunjungan sesingkat ini.. Malah mungkin daerah lain di Indonesia yang kami yakin sama “kaya” nya dengan Bali yang menanti untuk kami kunjungi.. yiiihhhhaaaaa.....
Selasa ini merupakan hari terakhir kami di Bali, maksud saya terakhir dalam kunjungan kita kali ini, bukan tidak mungkin besok atau lusa kami berkesempatan kembali menginjakan kaki di Bali. Saat kami check-out sayup-sayup terdengar seseorang yang bernyanyi, dari suaranya sepertinya saya kenal, yaap ternyata suara tersebut keluar dari mulut Ello, pagi itu Ello berhasil membuat saya ikut bersenandung... Ku akan pergi meninggalkan dirimu Menyusuri liku hidupku Janganlah kau bimbang dan janganlah kau ragu Berikanlah senyuman padaku.
09.00
Mendapatkan penerbangan sore, memberikan keuntungan bagi kami. setidaknya ada beberapa jam yang bisa kita manfaatkan untuk menyusuri Bali bagian Selatan, untuk sekedar menyampaikan ucapan perpisahan kepada Pulau seribu Pura..... yeeeee kok jadi lebay gini?
Bli Gusti mengantar kita "pamitan" ke oom Krisna. Oom Krisna punya empat rumah di Bali, kali ini kita akan singgahi rumahnya yang lumayan luas di Jl. Raya Tuban no 2X, Oom Krisna ini baik banget setiap kita yang berkunjung ke rumahnya, dijamin tidak akan pulang dengan tangan kosong. Seperti kali ini, Oom Krisna berhasil memaksa saya untuk pulang dengan menenteng Satu paper bag dan satu kantong plastik yang berisi 2 kaos, satu Polo Shirt, satu taplak meja motif kotak-kotak berukuran 2 x 3 Meter beserta tidak lupa Struknya.
Terima kasih Oom Kris, berkat oom lah saya menjadi semakin paham Ilmu Akuntansi, Ilmu yang semestinya perlu saya terapkan sepanjang hayat, bukan hanya di akhir bulan saja
13.26
Si Perut nge-PING!!! Ooh ternyata dari tadi BBM darinya yang berisi ajakan makan siang tidak saya hiraukan, karena keasyikan keliling di rumah oom Krisna yang luas itu. Maafkan saya rut kan sebentar lagi kita akan ke Bu Tinuk, Bu tinuk ini masih kakaknya Oom kris, beda ayah tapi tak seibu, lho kok.... jadi ngobrolin silsilah begini... baiklah saya akan hentikan. Lagian saya juga gak mau kalau akhirnya kalian tahu bahwa saya masih satu garis keturunan dengan Prabu Kian Santang .
Pecel, nama yang sudah tidak asing lagi bagi kita yang tinggal di Jawa. Pecel adalah menu utama yang disajikan di Warung Nasi Pecel Bu tinuk, Warung ini merupakan salah satu warung halal di Bali yang menyediakan menu masakan khas Jawa. Dalam konteks ini, Jawa menjalin “hubungan diplomatis” dengan Bali melalui Nasi pecel nya, inilah yang menurut William Wongso disebut dengan Culinary Diplomacy. Di warung Pecel bu Tinuk lah, akhirnya perut ini berhenti mengirimkan Broadcast Messagenya yang menyebalkan, setelah saya jejali dengan seporsi nasi pecel ditambah sepotong dadar telur kesukaannya.
Di sisa waktu yang tinggal beberapa jam ini, akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Di tengah perjalanan Bu Shella bertanya memberikan pilihan kepada kami,”Mau ke GWK atau Pantai Pandawa?” kalau saya tidak salah, waktu itu tidak ada yang menjawab, kecuali saya. Dengan suara pelan saya jawab, “Pandawa aja bu”. Mungkin jawaban saya akan berbeda, andai saja waktu itu “Sang Garuda sudah berhasil ditunggangi oleh Dewa Wisnu.”
Melewati sebuah Jalan aspal yang lebarnya mungkin hanya sepertiga jalan Soekarno Hatta di Bandung, diapit oleh tebing-tebing keras yang tinggi. tak lama setelah pos penjualan tiket masuk, di sebelah kiri dapat kita lihat ukiran patung yang menggambarkan Pandawa Lima. Tokoh pewayangan dalam kisah Mahabharata. Dharmawangsa (orang Sunda lebih mengenalnya dengan Yudhistira), Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa. Masing-masing berdiri tegak mengisi relung-relung Tebing menatap birunya Pantai Pandawa
Pantai yang terletak di Desa Kutuh, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, ini mungkin kurang populer dibanding pantai Kuta, Jimbaran, dan Dreamland. Namun keindahan pantai ini mulai santer terdengar dan memang membuat penasaran. Saat ini Pantai Pandawa mulai ramai dikunjungi wisatawan, meskipun begitu pesona pasir putih yang terhampar dengan air laut yang membiru cocok bagi anda yang menginginkan ketenangan
Aktivitas di Pantai pandawa kami akhiri dengan duduk santai di sebuah kedai sederhana, saya memesan secangkir kopi, sementara sebagian yang lainnya memesan kelapa muda.
Setelah minuman dihabiskan, kami melanjutkan perjalanan menuju Bandara. Bandara menjadi tempat perpisahan kami dengan Bli Gusti, terima kasih Bli, telah bersedia menemani kami selama di Bali.
Tepat 18.10 pesawat lepas landas meninggalkan Ngurah Rai.
Terima kasih baliku untuk budaya dan alammu……. . suara serak Kaka Slank menutup Perjalanan Kami. Dan kami pun bertekad kami akan kembali lagi dan kembali lagi ke Bali di kemudian hari karena masih banyaaaakk hal yang belum sempat kami explore di Bali di kunjungan sesingkat ini.. Malah mungkin daerah lain di Indonesia yang kami yakin sama “kaya” nya dengan Bali yang menanti untuk kami kunjungi.. yiiihhhhaaaaa.....
Spoiler for Penampakan:
Hasil Kerja sama Kami Dengan Oom Pepeng
Spoiler for LORONG MENUJU HOTEL:
Spoiler for HARD ROCK:
Spoiler for HOTEL:
Spoiler for HIACE:
Spoiler for TAMAN AYUN:
Spoiler for BEDUGUL:
Spoiler for TANAH LOT:
Spoiler for Monumen Ground Zero:
Spoiler for PANDAWA:
Spoiler for SIAPA YA?:
Spoiler for PANDAWA BEACH:
Spoiler for NARSIS:
Spoiler for Hanya Lewat:
Spoiler for DISCLAIMER:
Jika Agan terhibur
Diubah oleh cikalpratama 03-11-2014 10:44
0
3.7K
Kutip
9
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan