ini dari dosen ane gan Pak Titah Yudhistira (https://www.facebook.com/titah.yudhistira), ngga ada tendensi kemana2 jadi ini pure academic
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Question 1: Dapatkah hasil QC digunakan untuk memastikan pemenang pemilu?
Spoiler for Jawab 1:
Answer 1: Quick count (QC) merupakan proses mengestimasi hasil akhir pemilu dengan hanya menggunakan sampel sekian ribu TPS dari total ratusan ribu TPS yang ada. Sebagaimana proses estimasi secara umum, kita hanya mendapat nilai estimasi yang pastinya mengandung error. Dalam statistika, error estimasi bisa sama dengan nol JIKA DAN HANYA JIKA proses estimasi menggunakan data seluruh populasi (tapi kalau menggunakan data populasi ini bukan estimasi/QC lagi tetapi sensus/real count). Real count, ini yang nantinya dilakukan oleh KPU dan hasilnya akan diumumkan tanggal 22 Juli2014.
Question 2: Apakah hasil real count KPU pasti benar?
Spoiler for Jawab 2:
Answer 2: Error dalam statistika ada dua: sampling error dan non-sampling error. Real count bisa dipastikan sampling errornya nol (karena menggunakan data seluruh populasi, bukan hanya sample) tetapi tidak dijamin non-sampling errornya nol. Apa yang menyebabkan non-sampling error tidak sama dengan nol? Adanya salah input data, salah menjumlah, dll yang bisa jadi disengaja atau tidak disengaja.
Question 3: Saya dengar (di Facebook sih) ada institusi yang sudah melakukan real count dan hasilnya menurut mereka kandidat A menang. Jadi, bisakah saya percaya kandidat A sudah pasti menang?
Spoiler for Jawab 3:
Answer 3: Yang namanya real count HARUS menggunakan data seluruh populasi TPS. Jika dalam 5 jam sudah ada orang atau institusi yang mengklaim sudah mendapatkan hasil real count, pertanyaannya apakah orang atau institusi ini memiliki data hasil perhitungan di SELURUH TPS di seluruh Indonesia, termasuk pedalaman Kalimantan, pedalaman Papua, pulau-pulau terluar, seluruh TPS luar negeri termasuk yang lewat pos dan melakukan rekapitulasinya dalam hitungan jam? Jika tidak, klaim ini tidak benar dan secara statistika klaim ini tidak dapat dipercaya. (ps: hebat juga jika ada orang/institusi yang bisa melakukan hal ini. Berarti KPU sangat tidak efisien dong butuh waktu lebih dari 10 hari. Ke depannya KPU harus belajar banyak dari orang/institusi ini)
Question 4: Jika hasil QC tertentu menunjukkan kandidat A unggul 52,5 persen (vs 47,5 persen) dengan margin error 1 persen, bukankah kita bisa yakin sudah pasti kandidat A menang karena kalaupun meleset sejauh 2 kali margin error, kandidiat A masih unggul 1 persen dari kandidat B (50,5 vs 49,5 persen)?
Spoiler for Jawab 4:
Answer 4: Oke kalau kita pakai +/- 2x margin error (itu pun masih ada probabilitas salah), tapi bagaimana kalau pakai +/- 3x margin error? Kalau pakai +/- 4x margin error? Memang kalau kita pakai +/- 4x margin error, probabilitas hasil QC menunjukkan kandidat A unggul 52,5 persen tapi nantinya real count menghasilkan kandidat B yang unggul adalah kecil sekali (mungkin probabilitasnya 0,0001). Tapi, angka ini meskipun sangat kecil, tetap tidak sama dengan nol. Sesuatu kejadian mustahil (baca: mustahil QC salah) terjadi jika probabilitas terjadinya kejadian ini sama dengan nol mutlak. Dan selama menggunakan sampel, probabilitas QC salah tidak mungkin sama dengan nol (karena selalu ada sampling error, lihat pertanyaan 1 di atas)
Question 5: Jadi, kalau begitu hasil QC tidak ada gunanya dong?
Spoiler for Jawab 5:
Answer 5: Hasil QC adalah indikator dan yang namanya indikator pasti ada gunanya. Jika dilakukan dengan metodologi yang benar dan pada pelaksanaan dilakukan dengan integritas tinggi, karena QC didasari ilmu statistika maka kita dapat meyakini hasilnya. Contoh: kalau dalam QC XYZ +/- 2x margin error kandidat A masih unggul, ada probabilitas real count menghasilkan Kandidat B sebagai pemenang adalah kurang lebih 0,05 (technically speaking, tergantung juga asumsi distribusi dan sifat estimator yang dipakai, tapi secara umum tidak akan jauh dari angka ini). Jadi, ada kemungkinan QC XYZ salah sebesar kurang lebih 5 persen dalam margin error ini. Tetapi, jika ada 5 QC lainnya yang menggunakan metodologi yang benar dan mereka independen, kredibel dan integritasnya dapat , probabilitas kelima-limanya salah sekaligus adalah 0,05 pangkat 5 atau sama dengan 0.0000003. Artinya, hal ini (kelima quick count yang kredibel itu semuanya salah) meskipun dapat terjadi, hanya akan terjadi sekali dalam 3 juta pemilu (saya rasa sampai kiamat mungkin tidak akan ada 3 juta pemilu di seluruh dunia). NAMUN INGAT, karena probabilitasnya tidak sama dengan nol, ini bisa saja terjadi . Kesimpulannya, kita bisa yakin tetapi, ingat bahwa yang namanya keyakinan bisa salah.
Question 6: Sudahlah saya pusing nih, jadi apa kesimpulannya?
Spoiler for Kesimpulan:
Answer 6: QC adalah indikator. Konsekuensi pentingnya, mengacu ke ilmu statistika, hasil QC tidak dapat membatalkan hasil real count. Tetapi, pada kasus pilpres sekarang, jika ada 5 (atau lebih) lembaga survei yang kredibel , yang independen, yang menggunakan metodologi yang benar, yang integritasnya dapat dipercaya, yang proses mengumpulkan dan mengolah datanya dilakukan dengan teliti dan benar, maka kita dapat yakin (dengan tingkat keyakinan lebih dari 99,999999%, tetapi tetap di bawah 100%) bahwa kandidat yang menurut QC kelima lembaga kredibel tersebut menang, nantinya di real count juga menang.
Untuk itu, SANGAT SANGAT SANGAT penting mengawal hasil perhitungan KPU sebab tidak hanya secara hukum, secara statistika juga, hanyalah hasil perhitungan KPU yang sah digunakan untuk menentukan pemenang pemilu yang baru saja kita lalui dengan damai.
Buat kedua belah pihak yang sama-sama mengklaim kemenangan, kawallah perhitungan KPU dengan sekuat tenaga sampai tetes keringat terakhir. Gunakan seluruh sumberdaya yang ada, karena seluruh argumen yang menyatakan hasil perhitungan KPU salah dan hasil quick count yang benar sama sekali tidak dapat dibenarkan secara ilmiah.