mothdemonAvatar border
TS
mothdemon
Selamatkan Rinjani! Save Rinjani!
I. Pengalaman Pribadi

Awal September 2014 kemarin, saya berkesempatan mendaki gunung Rinjani yang ditetapkan pemerintah sebagai Taman Geologi Nasional pada Oktober 2013 lalu. Bersama dengan teman Eropa saya, saya berkeinginan untuk memperkenalkan alam Indonesia kepada teman saya. Tidak mengecewakan sama sekali. Alam yang sungguh sangat indah yang bisa dibandingkan dengan Selandia Baru.

Tetapi alam yang indah tersebut harus kami nikmati bersama dengan pemandangan sampah dimana mana.

Sebelum mendaki gunung Rinjani, saya pernah menjalani Routeburn Track di Selandia Baru selama tiga hari dengan ketinggian tidak sampai hanya sepertiga dari puncak Rinjani. Setidaknya saya ada gambaran apa yang akan saya harapkan dengan gunung tertinggi kedua di Indonesia ini.

Dengan menggunakan salah satu organisasi trekking yang menyediakan paket mendaki selama tiga hari dua malam, kami membayar Rp 2.300.000 / orang. Sudah termasuk di dalamnya semua peralatan berkemah, makanan, minuman, guide dan porters yang mengangkut semua logistik untuk tiga hari. Pendakian kami mulai pukul 9 pagi dari Sembalun.



Dari awal pendakian sampai menuju tempat perkemahan Plawangan Sembalun, hampir sepanjang jalan pendakian ditemui sampah di mana mana. Tercatat ada tiga pos peristirahatan sebelum Plawangan Sembalun dan setiap pos dipenuhi sampah. Terutama pos yang dijadikan tempat memasak makan siang. Yang paling parah adalah Plawangan Sembalun dimana menjadi pusat perkemahan sebelum mendaki ke puncak Rinjani keesokan harinya sebelum matahari terbit. Sungguh memprihatinkan bagaimana ketidakteraturannya pendakian dan tidak diikutinya peraturan yang ada.















Keesokan harinya setelah turun dari puncak Rinjani, kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Segara Anak. Dari Plawangan Sembalun turun ke danau selama perjalanan ditemui banyak sampah seperti bungkusan permen, kantong plastik biskuit dan makanan ringan, botol dll. Tiba di danau, sampah baru memuncak di beberapa tempat di sekitar danau. Ada yang sudah dibakar, ada yang ditumpuk menjadi satu. Semua porter sibuk menyiapkan makan siang untuk tamu-tamu nya, mencuci peralatan di danau, juga ditemui penduduk lokal yang sibuk memancing. Ada sebagian pendaki yang berkemah di danau.









Setelah makan siang, kami melanjutkan ke Plawangan Senaru. Dari danau ke Plawangan Senaru sampah masih ditemui meskipun tidak separah area sebelumnya. Sampah di area perkemahan Plawangan Senaru juga sama parahnya dengan area perkemahan sebelumnya.



Hari terakhir, perjalanan turun ke Senaru kami memasuki hutan. Sepanjangan perjalanan sampah masih ada walaupun sudah berkurang.

II. Permasalahan

Saya menemukan artikel tentang sekelumit permasalahan sekitar penanggulangan sampah di Rinjani:

Kompas

National Geographic

Tribun News

Suara Komunitas

Bisa dilihat bahwa ini bukan masalah yang gampang diatasi. Mengingat tidak ada kesadarannya dari pendaki yang membuang sampah sembarangan dan tidak membawa kembali sampahnya. Jadi hanya bisa berharap pada pemerintah untuk menerapkan sistem pembersihan yang efektif.

III. Alternatif Solusi

Dengan pengalaman pendakian di Selandia Baru selama tiga hari, saya menemui banyak celah dari sistem pendakian di Rinjani yang memberikan kesempatan untuk memberikan kontribusi sampah.

1. Makanan & Minuman
Selama tiga hari di Rinjani, kami disuguhi makanan yang sangat lengkap termasuk buah, teh/kopi, makanan ringan seperti pisang goreng. Setiap kali makanan disajikan, pasti ada sampah. Dari makanan yang disajikan, bisa dipertanyakan apa tujuan sebenarnya dari pendakian. Apakah untuk berpesta atau menikmati keindahan alam?

Dari segi makanan, sebenarnya bisa ditekan untuk mengurangi sampah yang dihasilkan dan juga beban bawaan porter:

- Makan siang di pos tiga sebelum Plawangan Sembalun. Sebenarnya makan siang bisa disiapkan pagi hari sebelum berangkat. Jadi hanya beristirahat untuk makan, porter tidak perlu berhenti untuk memasak.
- Semua makanan ringan sebelum makan malam bisa dihilangkan.
Air putih sudah lebih dari cukup untuk keperluan mendaki.
- Makanan yang disiapkan tidak perlu lengkap dan mewah. Makanan sederhana yang membuat perut kenyang sudah cukup untuk menambah energi.
- Minuman kaleng, permen, minuman sachet dan sejenisnya perlu dilarang untuk dibawa.
- Perlu dibatasi jumlah bungkusan biskuit atau mie instant yang bisa dibawa.

2. Danau Segara Anak



Sangat memprihatinkan sekali melihat kondisi sekitar danau. Saya
melihat perlu tindakan tegas dari pemerintah untuk menjaga danau tetap lestari dan tidak bertambah buruk, seperti:

- Larangan berkemah di area danau. Jangan memberikan kesempatan untuk berkemah kepada siapapun.
- Hilangkan semua fasilitas kemah seperti toilet atau pos di sekitar danau.
- Larangan memancing di area danau.
- Dilarang memasak/berpiknik di sekitar danau
- Kembalikan keasrian danau

Dari danau ke tempat perkemahan berikutnya hanya dua sampai tiga jam perjalanan. Saya melihat tidak ada alasan yang kuat kenapa harus berkemah di area danau. Melihat kondisi sampah yang memprihatinkan, perlu dibatasi cara menikmati keindahan alam Rinjani. Karena kalau diberikan kebebasan, maka sampah seperti kondisi sekarang pasti akan berulang lagi.

3. Tempat perkemahan (Plawangan Sembalun / Senaru)



Disini puncak penumpukan sampah karena sebagai tempat bermalam. Pengalaman mendaki di Selandia Baru, di sana ada yang namanya pondok peristirahatan (hutt). Disediakan tempat tidur seadanya dan toilet tanpa shower, dan ada penjaga pondok (ranger) yang bertugas menjaga ketertiban dan kebersihan di area tersebut. Pondok tersebut juga dilengkapi dengan dapur. Pendaki harus booking tempat di muka dan harus bayar.

Hal ini perlu dijadikan pertimbangan pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani untuk mengurangi masalah sampah. Dengan membangun pondok perkemahan di dua tempat perkemahan Sembalun dan Senaru, maka pendaki tidak perlu lagi membangun tenda. Juga dibisa dikontrol sampah yang dibuang.

4. Kuota pendaki
Perbedaan paling mencolok antara mendaki di dalam dan luar negeri adalah adanya kuota pendaki. Di Selandia Baru, untuk mendapat tempat di pondok perkemahan, pendaki harus booking jauh hari karena kuota terbatas. Ini bisa dijadikan pertimbangan karena dengan membatasi berapa jumlah pendaki per hari, sampah juga bisa dibatasi. Sepertinya sudah ada sistemnya, tetapi mungkin aplikasinya masih belum maksimal : http://booking.tnrinjani.net/

5. Pengecekan barang bawaan sebelum mendaki
Walaupun memakan waktu, kalau bisa setiap bawaan pendaki termasuk porter harus dicek. Ini pengalaman sewaktu memasuki hutan di Taman Negara, Malaysia selama dua hari. Sebelum masuk, kami harus mencatat semua jumlah barang bawaan sedetil-detilnya, terutama plastik. Setelah kembali, semua jumlah plastik harus sama jumlahnya karena kalau berkurang berarti kita sudah membuang sampah sembarangan dan akan dikenakan denda.

Barang seperti cat/spidol yang bisa dijadikan alat grafiti juga bisa dicegah. Karena saya menemukan banyak batu-batu yang dicoret-coret.





IV. Taman Bumi Dunia
Ada rencana Rinjani akan diusulkan menjadi taman bumi dunia Oktober 2014 ke UNESCO Semoga dengan menjadi bagian dari UNESCO, Taman Nasional Gunung Rinjani bisa semakin terjaga.

Kepada semua pembaca yang berencana ke Rinjani, mari kita sama sama sadar akan bahayanya sampah dan menjaga kelestarian Rinjani. Diluar dari masalah sampah, Taman Nasional Gunung Rinjani tidak bisa dipungkiri sangat indah sekali. Terutama dari Plawangan Sembalun turun menuju danau dan naik lagi menuju Plawangan Senaru. Surga! Sangat mengingatkan saya akan indahnya Selandia Baru. Bahkan melihat matahari terbenam dari Plawangan Sembalun tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Mari Selamatkan Rinjani.




Usulan tambahan yang bisa dijadikan pertimbangan:
Quote:

Diubah oleh mothdemon 29-09-2014 15:57
tata604Avatar border
nona212Avatar border
nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
16.8K
95
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan