erwin.parikesitAvatar border
TS
erwin.parikesit
OPS. PASOEPATI : Penumpasan RMS dan Gugurnya Ign. Slamet Rijadi.


Thread hasil daripada kumpulan beberapa buku, artikel, journal, catatan, dan arsip-arsip lama, mengenai apa dan bagaimana jalannya Operasi Senopati I dan II di bawah komando Kol. Alex Kawilarang. Thread ini juga akan secara gamblang menjelaskan dengan rinci tragedi gugurnya salah seorang perwira bangsa, yang gugur dalam usia 24 tahun di medan laga. Terinspirasi dari buku Julius Pour : IGN SLAMET RIJADI Dari Mengusir Kempetai sampai Menumpas RMS terbitan Gramedia 2008. Sekali lagi, ini cuma ringkasan daripada banyaknya buku-buku dan arsip yang tidak mungkin bisa dituangkan semua dalam thread ini. Juga, tidak jemu-jemu TS mengingatkan, untuk medapat kan bukunya di toko-toko buku, Gramedia, jika masih ada, dan mudah-mudah masih tersedia. Kisah yang sarat dengan perjuangan dan pengorbanan, patriotisme, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, melebihi segala-galanya. Selamat membaca........





DIHADANG SNIPER RMS


Tulehu, Kamis 2 Oktober 1950. Pukul 0500.
Letkol Inf. Ignatius Slamet Rijadi ( Brigjen TNI Anumerta ) memacu jeep nya meninggalkan Tulehu, sebuah kota kecil di pantai timur Ambon, Maluku. Regu jaga di Markas Komando Pasukan Maluku Selatan ( KOPAS Malsel ) langsung berdiri tegak menghormat begitu melihat kenderaan yang dipacu oleh komandan mereka, melaju dengan cepat melintas pintu gerbang.

Dalam hati, para petugas jaga tersebut saling saling bertanya, komandan mau pergi kemana? Mengapa harus berangkat sepagi ini? Mengapa komandan pergi sendirian, tidak menggunakan sopir, tidak mengajak ajudan, dan tanpa pengawal?

Sementara itu, semua sudah tahu bahwa situasi keamanan setempat pada waktu itu sama sekali belum kondusif. Pasukan mereka baru seminggu sebelumnya berhasil melakukan pendaratan di Tulehu.Pertempuran masih belum reda sepenuhnya, karena pasukan TNI pada saat itu baru berhasil mencapai daerah Suli, dalam perjalanan merebut Ibukota Republik Maluku Selatan ( RMS ), Ambon. Lawan bahkan masih menguasai sebagian besar Pulau Ambon dan telah menempatkan banya sekali sniper, penembak jitu yang selalu siap menghadang di sejumlah lokasi strategis antara Tulehu dan Suli.

Luas wilayah Maluku sekitar 851.000 km persegi, tetapi hanya sekitar 10 persen dari wilayah tersebut berupa daratan, yakni pulau-pulau besar dan kecil yang bertebaran mulai dari Pulau Halmahera di pinggir Lautan Pasifik nun jauh di utara, sampai Pulau Wetar di selatan, berbatasan dengan wilayah Nusa Tenggara Timur.


Proklamasi Republik Maluku Selatan ( RMS )

24 April 1950
Mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur ( NIT ), Dr. C.S.R Soumokil bersama rekan-rekanya memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan, sbuah negara yang terpisah dari Republik Indonesia Serikat ( RIS ), dan menetapkan Ambon sebagai pusat pemerintahan mereka. Proklamasi RMS ini didukung oleh banyak sisa-sisa pasukan KNIL, terutamanya bekas anggota Korps Speciale Troepen ( KST ) yang secara tegas menyatakan menolak untuk bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS ), sekaligus menolak perintah untuk demobilisasi. Mereka tadinya sangat berharap bisa ikut ke Negeri Belanda sebagaimana rekan mereka dari pasukan Koniklijke Leger ( KL ). Mereka tidak sadar bahwa secara organisator KL dan KNIL tidak sama.

Meski selama 5 tahun terakhir pasukan KNIL bahu membahu bertempur bersama KL melawan pemerintah Republik, setelah persetujuan KMB ditandatangani, apa yang diebut Hindia Belanda sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, para anggota KNIL tersebut lantas bagaikan anak ayam yang sedang kehilangan induknya, tak tahu harus lari kemana. Didera oleh perasaan putus asa, sebab mereka menolak bergabung dalam TNI, sebagai dari mereka pun kemudian menjadi pendukung RMS.

Pada awalnya, walau menyadari bahwa Proklamasi RMS merupakan suatu pembangkangan yang harus ditumpas, RIS masih mencoba untuk membujuk dan mengusahakan jalan damai. Sejumlah tokoh masyarakat asal Maluku, dipimpin oleh Dr. J. Leimena dan dibantu oleh Mr. Putuhena, Mr. Pellaupessy, dam Mr. Rehatta dikirim ke Ambon untuk menemui Soumokil dan teman-temannya. Namun misi mencapai jalan buntu dan mengalami kegagalan. Pemerintah Pusat tidak punya pilihan lain, melainkan menggunakan cara-cara militer.

Karena itu, lahirlah surat keputusan dari pimpinan APRIS untuk membentuk sebuah operasi militer gabungan dengan nama Komando Pasukan Maluku Selatan, dibawah pimpinan Kolonel Alex Evert Kawilarang, yang pada masa itu menjabat Panglima Komando Tentara dan Teritorium Indonesia Timur, dengan bermarkas di Makassar. Sebagai Komandan Operasi, ditetapkan Letnan Kolonel Ign. Slamet Rijadi, Komandan Brigade V/Panembahan Senopati yang berkedudukan di Solo - Jawa Tengah.

Keputusan dengan menunjuk Kawilarang sebagai Panglima dan Slamet Rijadi sebagai komandan operasi merupakan suatu kombinasi yang menarik. Alex Kawilarang, keturunan Minahasa kelahiran Jatinegara - Jakarta, pada waktu itu berusia 30 tahun, merupakan Alumnus Akademi Militer Kerajaan Belanda di Bandung, yang lulusannya dikenal dengan sebutan Corps Reserve Officieren, Korps Perwira Cadangan. Alex, nama panggilannya, adalah salah satu dari tujuh orang Indonesia yang dipersiapkan pada masa-masa akhir pemerintahan Hindia Belanda untuk menjadi perwira infanteri pertama pribumi, meski kemudian mereka itu : Alex Kawilarang bersama rekan-rekannya, GPH. Djatikusumo, Abdul Kadir, AH. Nasution, TB. Simatupang, Adolf Lembong, dan A.J. Mokoginta, semuanya malahan menjadi tentara Republik begitu Perang Kemerdekaan dimulai. Terbukti mereka kemudiannya sangat berperan besar dalam TNI dan menduduki berbagai jabatan yang strategis.

Sedangkan Slamet Rijadi, putra asli Solo, pada masa itu usianya belum genap 24 tahun. Dia adalah seorang bekas pelaut semasa pendudukan Jepang, kemudiannya menjadi perwira militer sejak hari pertama revolusi memanggilnya. Ketika penunjukannya sebagai komandan Operasi KOPAS MALSEL, Slamet Rijadi dan pasukannya masih sibuk di wilayah Jawa Barat menumpas Gerombolan DI/TII nya Kartosuwiryo. Sebelumnya, dari Solo Brigade V/Senopati masuk ke Jawa Barat untuk mengejar sisa-sisa gerombolan APRA di Bandung.

Ketika perintah penumpasan turun, Brigade V/Senopati langsung dialihkan dan embarkasi sekaligus persiapan di Makassar. Di Makassar, persiapan dilakukan sambila menunggu batalyon-batalyon lainnya yang akan ikut serta dalam operasi, seperti Yon Worang dan Yon 3 Mei dari Manado. Karena singgah di Makassar, Slamet Rijadi sempat ketemu dengan Letkol Soeharto, Komandan Brigade Mataram yang ditugaskan disana untuk menumpas pembangkangan Kapten Andi Azis. Slamet Rijadi tidak sempat bertemu dengan Kawilarang, karena sudah berangkat duluan ke garis depan. Briefing awal dari Panglima Kawilarang baru bisa dilakukan pada tanggal 17 Juli 1950 di atas KRI Pati Unus, di lepas pantai Namlea, Pulau Buru.
Diubah oleh erwin.parikesit 05-06-2013 09:13
0
97.2K
83
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan