pp6Avatar border
TS
pp6
‘MAU SEHAT’ ANTARA INVESTASI ATAU MENYIA-NYIAKAN HIDUP?



‘MAU SEHAT’ ANTARA INVESTASI ATAU MENYIA-NYIAKAN HIDUP?




Kadang kita bingung bagaimana cara menikmati hidup??

“Ribet amat sih hidup? Makan aja pake diatur-atur. Kalo sakit ya tinggal ke dokter dan minum obat” (terkait Food Combining)

“Udah gak usah repot-repot hidup sehat! Mati ya mati aja, yang penting nikmati hidup, makan yang enak!”



Mau tertawa rasanya. Dulu mungkin saya akan menjawab dengan jawaban njelimet atau dengan napsu tinggi untuk membuat sang penanya tersudut dan menunduk malu atau berpikir panjang bahwa komentarnya tadi salah total. Tapi pasti fase tersebut harus melalui serangkaian diskusi panjang yang melelahkan dan membuang waktu. Kadang melibatkan emosi dan membuat sedikit patah hati. Waktu yang bertanya cuma satu dua sih, boleh-boleh saja membuang waktu untuk mengurusi orang seperti ini. Tapi sekarang?

Mendingan invest pengetahuan kita kepada mereka yang membutuhkan, toh jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang skeptis seperti ini.





VISI JANGKA PENDEK

Menikmati hidup memang sayangnya selalu identik dengan faktor kekinian. Berapa jumlah uang yang sekarang kita miliki? Seberapa bagus kendaraan yang kita kendarai? Seberapa bagus tubuh yang kita miliki? Apa merek barang-barang yang melekat di badan dan lain sebagainya.

Lebih sedikit orang yang menilik kenikmatan hidup dari sisi ‘proses yang sedang berjalan’

Boleh saja gayanya sederhana saat ini, tapi iamenginvestasikan dirinya di banyak sektor yang akan membuatnya hidup luar biasa sejahtera di kemudian hari. Kesederhanaan tersebut bisa jadi proses menuju posisi yang lebih baik.

Proses hidup sehat juga begitu, mungkin ada batasan-batasan yang ‘membelenggu’ atau memberi rem ekstra pada kenikmatan yang berlebihan. Bisa jadi eksplorasi yang ingin dilakukan untuk memanjakan lidah misalnya, tidak sebebas mereka yang tidak terlalu peduli terhadap kesehatan.

Repotnya tidak menikmati di masa kini, jarang dianggap sebagai upaya menikmati hidup, terutama bagi mereka yang berorientasi pendek dan tidak memiliki visi ke depan. Mereka sering lebih memilih untuk hidup lewat ‘jalan pintas instan’ yang sepintas terlihat mudah namun menyesatkan!





TIDAK SULIT MENIKMATI PROSES

Khusus untuk hidup sehat, sebenarnya tidak sesulit dan seberat yang dibayangkan. Menempatkan tujuan akhir kesehatan memang kadang tidak terbayang, tapi di tengah jalan pun saat proses terjadi, sudah banyak hal-hal yang bisa dinikmati.



Beberapa contoh proses hidup sehat dan imbasnya :

1. Berolahraga

Menempatkan upaya olahraga sebagai bagian integral dari kehidupan, memberi banyak efek positif dalam perjalanan disadari atau tidak disadari. Saat kita rajin melakukan rutinitas kardiovaskuler (Jalan cepat, lari, bersepeda, berenang) 30 menit nonstop x 4 hari perminggu misalnya, tanpa disadari dalam 2-3 minggu kita akan memiliki kapasitas paru-paru dan jantung yang lebih sehat.

Rajin mengangkat beban dan kardiovaskuler juga sebagai contoh lainnya, 60 menit x 3 hari perminggu, tanpa disadari kita perlahan-lahan memiliki kebugaran fisik yang meningkat dari hari ke hari. Dipadu dengan gaya hidup yang tepat, kadang kita malah mendapat bonus ekstra berupa bentuk badan ideal dan pakaian lama yang ‘mendadak’ muat kembali.



2. Menjaga Pola Makan

Kendati tergolong paling mudah dilakukan dan paling memberikan efek buat tubuh, banyak orang enggan melakukan tindakan ini sebagai upaya menjaga kesehatan atau penyembuhan. Karena kesalah pahaman informasi, menjaga pola makan sering diidentikkan dengan membatasi porsi atau diet ketat yang menyiksa dan membuat lapar pelakunya.

Sedihnya lagi, karena ilmu kedokteran konvensional memandang sebelah mata terhadap keberadaan terapi pola makanan yang sebenarnya (kini terbukti) sangat efektif. Konsep penyembuhan lewat makanan yang sebenarnya mudah serta murah ini banyak terlewatkan.

Memiliki sistem pencernaan yang bekerja baik akan banyak menghemat energi tubuh, sehingga bisa dipergunakan untuk menjaga fitalitas secara keseluruhan. Sementara sistem pencernaan baru bisa menjadi baik apabila makanan yang masuk bersifat mudah dicerna serta memiliki kandungan enzim, mineral, vitamin, zat substansial lain yang masih lengkap juga bisa langsung diserap oleh tubuh.

Mengkonsumsi makanan tinggi proses, perasa artifisial, atau makanan yang diklaim sehat tapi diragukan proses pembuatannya jelas akan bersifat lebih membebani pencernaan ketimbang makanan natural buatan langsung dari alam. Seperti buah dan sayuran segar misalnya. Namun dua pilihan terakhir biasanya memang kalah dari sisi urusan ‘rasa’ ketimbang opsi pertama.

Akhirnya banyak orang memilih mengorbankan kesehatannya demi kepentingan indera perasa yang berjarak hanya beberapa centimeter ketimbang kepentingan organ tubuh yang bersifat lebih jangka panjang.



3. Menjaga Gaya Hidup

Pola seimbang adalah gaya hidup yang ideal tentunya. Karena hidup memang sudah didisain oleh sang Pencipta untuk berlaku demikian. Saat bekerja tentu akan ada saat beristirahat, saat bersenang-senang tentu akan hadir saat untuk prihatin, saat untuk menikmati makanan enak tentu akan hadir saat di mana kita mengkonsumsi makanan yang tidak terlalu enak dan lain sebagainya.

Sejatinya kita tentu akan lebih mengkonsentrasikan diri pada hal-hal yang sepintas terlihat menyenangkan dalam visi pendek. Akibatnya semua upaya dilakukan untuk menikmati hal-hal menyenangkan tadi. Demi mengejar imbalan yang memuaskan, kerja dilakukan tanpa henti dan menisbikan waktu istirahat, demikian pula saat bersenang-senang. Makan enak tanpa henti, lebih fokus untuk bersantai sehingga enggan menghabiskan waktu untuk berolahraga dan lain sebagainya.

Padahal keseimbangan dalam menjaga gaya hidup adalah kunci mutlak menuju kesehatan. Dan sebenarnya hal itu bukanlah merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan.




MELAKUKAN JALAN PINTAS???
Kembali ke statement sinis di atas. Sesuatu yang sudah berlaku mapan bisa jadi bukan sesuatu yang sebenarnya baik untuk diaplikasikan dalam jangka panjang. Apabila selama ini obat-obatan konvensional bisa bekerja dengan baik dalam menjaga kesehatan, saat dipergunakan secara sembarangan dan melupakan hal mendasar untuk menjaga kesehatan itu sendiri, pasti suatu saat akan berbalik menjadi bumerang.

Seorang sahabat terbiasa mengkonsumsi obat penahan sakit kepala saat migrainenya menyerang. Awalnya ia hanya perlu minum satu obat saat pusing tersebut menyerang, lama kelamaan karena merasa telah memiliki senjata ampuh ia mempergunakan obat itu sebagai jalan keluar pamungkas bagi migrainenya. Tanpa sedikitpun memikirkan mengapa migraine itu menyerang?

Walhasil lama kelamaan ia bergantung pada obat sakit kepala tadi. Akibatnya saat dirasanya kurang manjur, ia meningkatkan dosis intake obatnya secara sembarangan. Tidak jarang ia ‘mengambil jalan pintas’ minum 2-3 butir obat sekaligus untuk menangani migrainenya. Sebuah langkah buruk, karena lama kelamaan ia merasa bahwa kemampuan obat andalannya dalam menangani migraine menjadi makin terbatas.

Secara pasti, apabila ia terus menerus meningkatkan dosis intake obatnya, organ liver akan menjadi organ tubuh yang paling menderita karena tugas utamanya adalah mengantisipasi zat asing yang masuk dan menetralkannya dari berubah menjadi racun yang berbahaya untuk tubuh. Memperbanyak dosis obat-obatan hanya akan membuat kemampuan liver menjadi menurun dan kemudian ‘ngambek’ bekerja sehingga menjadi penyakit baru. Jangan heran kalau kita melihat orang yang menjalanin pengobatan intensif terhadap satu penyakit misalnya, ia kemudian meninggal bukan karena penyakitnya tapi lebih karena livernya menyerah terhadap ekspose tinggi dari beragam obat-obatan tadi.





INVESTASI
Pengobatan modern telah lama meninggalkan konsep konvensional yang selama ini mendominasi kehidupan kita. Di negara maju telah dikenal konsep holistik sebagai sebuah cara pengobatan menyeluruh yang mempergunakan elemen medis konvensional serta upaya di luar medis yang terukur dan ilmiah. Bedanya upaya luar medis ini tidak dilihat sebagai upaya ‘alternatif’ seperti yang biasa disebut (dengan nada sinis) oleh oknum medis konvensional, tapi dilihat sebagai bagian integral dari penyembuhan pasien.

Upaya kesembuhan juga kini tidak dilihat sebagai upaya pencegatan di hilir dalam konteks mengobati semata. Tapi pengobatan kini telah diupayakan mencegat ke hulu di mana penyebab dari masalah biasanya datang. Dari sini, kesembuhan secara hakiki biasanya akan lebih mudah dicapai.

Operasi HNP misalnya (Herniated Nucleus Pulposus) di sepanjang tulang punggung misalnya (klik http://www.facebook.com/note.php?not...id=58925310973untuk lebih jelas), tidak akan memberi manfaat banyak. Karena begitu dioperasi (yang faktor kesembuhan hanya 50-60%) sang pasien akan kembali ke habit lamanya yang membuat masalah HNP itu hadir dari pertama. Jauh lebih mudah (serta murah) untuk mengajarkan pasien bagaimana cara berdiri atau duduk yang sempurna agar ia tidak terkena masalah tersebut. Kadang dengan program latihan fisik yang benar, HNP malah bisa sembuh sendiri.

Hampir semua masalah kesehatan terkait dengan kondisi ini, problem yang datang dari hulu. Nah ketimbang berusaha mencegatnya di hilir kemudian terlambat, upaya pencegahan tentu lebih mudah dilakukan. Hanya tentu, butuh usaha dan kerja keras untuk mewujudkannya, tetapi saat kita tahu betapa menyenangkan hidup kita saat kesehatan berada dalam genggaman, bukankah kerja keras tersebut layak disebut sebagai ‘investasi’?

Terkait penyakit ada juga fakta yang dilupakan banyak orang. Kalau dianggap bahwa sakit berat akan segera tereliminir begitu kita ‘meninggalkan dunia fana’, harus diingat bahwa mereka yang meninggal mendadak akibat penyakit itu kalah banyak jumlahnya dibanding mereka yang meninggal setelah menderita bertahun-tahun akibat menderita sebuah penyakit. Bukan cuma menderita, tapi tersiksa.

Terkena penyakit terkait masalah gula semisal, Anda harus bersiap menjalani hari dengan kehilangan energi hidup, lemah, daya tahan tubuh menurun, di level awal. Saat memburuk, Anda akan mendapati tubuh sulit menyembuhkan diri dari luka paling sederhana sekalipun. Lalu perlahan mengalami kehilangan penglihatan, sebelum buta total. Lumpuh sedikit demi sedikit. Jangan dilupakan, kadar gula tinggi membuat sel kanker mudah sekali mengambil alih struktur tubuh. Seram? Tolong diingat akan nasib keluarga yang juga menjadi korban berikutnya. Saat mereka harus mengurusi Anda yang bisa dibilang sudah tidak memiliki kemampuan merawat diri sendiri. Kehilangan tenaga, waktu, tersiksa secara batin. Yang paling menyedihkan adalah kehancuran finansial, karena sakit itu tidak murah.



Masih berani bilang jaga kesehatan itu menyia-nyiakan hidup?

- See more at:http://www.erykar.com/


Quote:
Diubah oleh pp6 16-12-2013 01:05
0
9.5K
46
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan