nawapAvatar border
TS
nawap
Sejarah Lanud Iswahjudi
Sejarah Singkat
Spoiler for Pesawat Kawak:


Lanud Iswahjudi dibangun Belanda pada tahun 1939 digunakan untuk keperluan Militer (Militaire Luchvaart) dengan nama Pangkalan Udara Maospati. Pada saat pecah perang pasifik tahun 1941 dijadikan basis kekuatan tentara sekutu di Pulau Jawa.

Ketika Belanda menyerah kepada Jepang Tanggal 8-3-1942 Pangkalan Udara Maospati dikuasai Angkatan Laut Jepang (Kaigun Kokusho). Disamping Angkatan Laut ditempatkan pula Batalyon Angkatan Darat (Rikugun) yang bertugas sebagai Pasukan Pertahanan Pangkalan. Pangkalan ini juga digunakan untuk menyimpan segala jenis motor pesawat buatan Jepang. Jika pangkalan lain memerlukan mesin pesawat maka dipasok dari Pangkalan Maospati.

Setelah Jepang menyerah kapada sekutu dan Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Pangkalan Udara Maospati dikuasai oleh laskar-laskar perjuangan saat itu. Perubahan nama Pangkalan Udara Maospati menjadi Pangkalan TNI AU Iswahjudi berdasarkan Surat Keputusan Menteri / Panglima Angkatan Udara Nomor : 564 Tanggal 4 Nopember1960.

Dengan berkembangnya peran Lanud Iswahjudi dalam perebutan Irian Jaya, menjadi Pangkalan Udara Utama (Lanuma). Saat ini Pangakalan TNI AU Iswahjudi merupakan Lanud tipe A dengan sebutan Lanud Iswahjudi.


Geografis

Pangkalan TNI AU Iswahjudi (Lanud Iswahjudi) terletak pada koordinat 111. 26'.8" BT dan 07.38'.0" LS. Tepatnya di Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Maospati berada di pertigaan Jalan Raya yang menghubungkan Kota Madiun, Magetan dan Ngawi. Sebelah Barat terdapat Gunung Lawu dengan ketinggian 10.712 kaki, sebelah Timur terdapat Pegunungan Wilis dengan puncak 8.400 kaki, sebelah Selatan membentang tanah Pegunungan sampai Laut Selatan dan sebelah Utara merupakan dataran rendah.

Skadron Udara 3
Spoiler for Skadron Udara:

Skadron Udara (Skadud) tempur tertua yang paling banyak terlibat dalam operasi tempur ini dibentuk pada tanggal 9 April 1951 di Pangkalan Udara Cililitan (sekarang Lanud Halim Perdanakusuma), Jakarta. Lambang yang digunakan berupa perisai merah dan hitam dengan lukisan panah dan api melukiskan kemampuan tinggi dengan gerakan yang cepat dalam pertempuran. Pesawat tempur pertama yang mengisi Skadud 3 adalah 50 pesawat P-51 Mustang sumbangan dari AU Belanda (Militaire Luchvaart) pada tahun 1950. Pada bulan Desember 1951, Skadud 3 dipindahkan dari Pangkalan Udara Cililitan ke Pangkalan Udara Bugis (sekarang Lanud Abd. Saleh).

Skadud 3 mulai terjun kedalam kancah pertempuran tahun 1953. Operasi-operasi yang diikuti pada saat itu adalah operasi menumpas pemberontakan separatis seperti penumpasan DI/TII di Jawa Barat , Permesta di Sulawesi Selatan/Utara, PRRI di Sumatra Barat dan Operasi Sorong hingga tahun 1960. Pada tahun yang sama, Skadud 3 diterjunkan dalam operasi pembebasan Irian Barat dan konfrontasi dengan Malysia dalam operasi Trikora dan Dwikora hingga tahun 1967. Dalam rangka menumpas pemberontakan PKI Skadud Udara 3 dilibatkan dalam Operasi Trisula di Blitar Selatan dan Operasi Sabre Kilat. Pada tahun 1973 diadakan penambahan pesawat dan suku cadang melalui program "Peace Phonix".

Pesawat OV-10 Bronco menjadi tulang punggung Skadud 3 mulai tanggal 28 September 1976. Setelah pesawat P-51 Mustang dinyatakan grounded pada tanggal 25 Juli 1975 dan seluruhnya berjumlah 16 pesawat. Selain itu Skadud 3 juga memiliki empat pesawat Cessna T-41D, dua pesawat Cessna L-180 dan tiga pesawat AT-16 Harvard.

OV-10F Bronco banyak ikut andil dalam operasi-operasi yang digelar oleh TNI AU seperti Operasi Seroja di Timtim (1976/1979/1981/1983-89), Oprasi Tumpas (1977/1978) di Irian Jaya, Operasi Halilintar di Tanjung Pinang, Operasi Guruh di Maluku, Operasi Tumpas III (1981) dan Operasi Halau di Ranai (1985-1987) serta latihan bersama yang dilaksanakan bersama dengan Thailand dalam Elang Thainesia tanggal 18 Agustus 1989. Antara tahun 1982-1983, seluruh Skadud 3 pernah dipindahkan ke Pekanbaru.

Mulai akhir 1989 nama Skadud 3 digunakan sebagai nama skadron pesawat tempur F-16A/B yang baru memasuki jajaran alat utama sistem senjata (alut sista) TNI AU. Skadud ini berpangkalan di Lanud Iswahjudi menggunakan bekas hanggar Skadron Udara 11 yang telah dipindahkan ke Ujung Pandang, sedangkan pesawat OV-10 Bronco dimasukkan ke dalam Skadud 1 yang sebelumnya adalah aSkadron Pembom Taktis.

Skadud 3 F-16A/B dibentuk bersamaan dengan program pengadaan pesawat F-16A/B melalui program "Peace Bima Sena" yang diikuti dengan pengiriman 67 personel teknisi pesawat terbang dan empat penerbang ke Amerika Serikat untuk melaksanakan pelatihan pengoperasian dan perawatan pesawat F-16. Dua pesawat F-16 pertama mendarat di Runway Lanud Iswahjudi pada tanggal 5 Desember 1989 setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan pabrik pembuatnya di Forth Worth, Dallas. Total jumlah pesawat F-16A/B blok 15 Operational Capabilities Upgrade (OCU) yang di miliki oleh TNI AU adalah 12 pesawat.

Konversi penerbang pertama dibuka lima bulan kemudian pada bulan April 1990 dan hingga tahun 1999, Skadud 3 telah mencetak 31 penerbang F-16. Skadud 3 ikut andil dalam berbagai operasi pertahanan udara, latihan tingkat komando operasi, latihan tingkat angkatan, latihan gabungan dan latihan bersama. Latihan bersama yang pernah dilaksanakan adalah Elang Thainesia, Elang Ausindo Cope West dan Elang Indopura serta kunjungan ke negara sahabat seperti Thailand dan Singapura.

Team Aerobatik "Elang Biru" terbentuk pada tahun 1996 dalam rangka memeriahkan Indonesia Air Show (IAS) '96 di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Untuk meningkatkan kemampuan dan variasi aerobatik, TNI AU pernah mengundang tim aerobatik USAF "Thunderbirds" untuk menularkan kemampuannya kepada para penerbang F-16 "Elang Biru".

Saat ini warna pesawat F-16 TNI AU tidak lagi berwarna biru terang dengan strip kuning, tetapi berwarna hijau tua abu-abu millenium dengan lambang Wing Operasional 300 warna merah menyala pada vertical stabilizer-nya. Skadud 3 mempunyai tugas pokok sebagai alut sista pertahanan udara dengan tugas tambahan sebagai pesawat tempur taktis dan strategis.
Spoiler for F16:

Spoiler for Official Sumber:


Skadron Udara 14

Spoiler for Skadron 14:

Skadron Udara (Skadud) 14 dibentuk pada tanggal 1 Juli 1962. Skadron ini sejak awal sudah menyandang predikat sebagai skadron tempur sergap (striker interceptor) pada jajaran Wing Operasional (Wing Ops) 300 di bawah Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). Pesawat mutakhir yang saat itu digunakan adalah Mig-21 Fishbed yang ikut andil dalam operasi Trikora, Dwikora dan Tumpas.

Dengan tidak terbangnya Mig-21 menyusul kekurangan suku cadang pada akhir 1970-an memaksa Departemen Pertahanan dan Keamanan untuk menoleh ke barat untuk mengaktifkan kembali unsur pertahanan udara ini. Sebagai penggantinya adalah F-86 Sabre yanag dibeli melalui proyek "Garuda Bangkit" pada tahun 1973. Tanggal 19 Pebruari 1973 rombongan pertama sebanyak 16 pesawat F-86 Sabre tiba di Lanud Iswahjudi. Tanggal 10 Mei 1974 Skadud 14 menjadu unsur organik Komando Satuan Buru Sergap (Kosatsergap) yang disebut dengan Satuan Buru Sergap F-86 (Satsergap-86).

Tanggal 21 April 1980 TNI AU menerima beberapa pesawat F-5E/F Tiger II buatan Northrop, AS yang diangkut oleh pesawat C-5A Galaxi dalam bentuk rakitan. Rakitan pesawat tersebut kemudian dibentuk kembali oleh para teknisi TNI AU dibawah supervisi Northrop. Pesawat-pesawat F-5E/F selanjutnya ditempatkan pada Skadud 14 pada tanggal 5 Mei 1980 sebagai pesawat buru sergap untuk menggantikan pesawat-pesawat F-86 Sabre yang telah dinyatakan habis jam terbangnya.

Dengan kedatangan pesawat-pesawat F-5E/F yang mampu terbang dengan kecepatan 1,6 Mach (kecepatan suara) tersebut membawa TNI AU kembali lagi ke era supersonik seperti pada masa MIG-21. Operasi Udara yang sering dilaksanakan adalah operasi pertahanan Udara. Latihan bersama yang pernah diikuti adalah Elang Malindo, Elang Indopura, Elang Thainesia, Elang Ausindo dan Cope West. F-5 TNI AU juga pernah melakukan lawatan persahabatan ke Thailand, Malaysia dan Australia.

Dalam rangka meningkatkan unjuk kerja dan kemampuan pesawat-pesawat F-5E/F, TNI AU mengadakan program Modernization of Avionic Capability for Armament and Navigation (MACAN) dengan mengirimkan satu pesawat F-5E ke SABCA, Belgia untuk ditingkatkan kemampuan avionik untuk persenjataan dan navigasinya. Keberhasilan modifikasi kedua pesawat tersebut diteruskan dalam bentuk mass production terhadap pesawat-pesawat F-5E/F Skadud 14 lainnya.

Skadron Udara 15
Spoiler for Skadron 15:

Sejak tahun 1962 Skadron Pendidikan (Skadik) Latih Lanjut di Lanud Adi Sucipto telah mempunyai pesawat latih jet L-29 Dolphin buatan Czekoslovakia. Dalam rangka mengantisipasi datangnya pesawat-pesawat modern maka pada tanggal 24 pebruari 1981 Kepala Staf TNI AU menyerahkan secara resmi satu skadron pesawat Hawk MK-53 Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau) yang selanjutnya diamsukkan ke dalam Skadik 103 Wing Pendidikan (Wingdik) 1 Lanud Adisucipto, Jogjakarta.

Selain digunakan sebagai pesawat latih lanjut, pesawat buatan British Aerospace juga mempunyai kemampuan tempur serangan darat (ground attack). Pada tahun 1986 Skadik 103 dirubah menjadi Skadron Udara 15 dibawah Lanud Iswahjudi. Tetapi pada tahun 1995 Skadud 15 diubah lagi menjadi Skadik 103 dan dikembalikan ke jajaran lanud Adi Sucipto walaupun lokasinya masih berada di Lanud Iswahjudi.

Skadik 103 dikenal dengan tim aerobatiknya yang bernama Jupiter Aerobatic Team yang terdiri dari instruktur pesawat Hawk. Tim ini sering tampil dalamacara-acara TNI AU.

Berdasarkan Keputusan Kasau No. Kep/19/IX/1999 tanggal 6 September 1999, Skadik dikembalikan lagi Skadron Udara 15 tempur taktis yang bernaung dibawah Lanud Iswahjudi namun demikain hingga saat ini masih digunakan sebagai sarana penggododkan penerbang tempur baru dalam kegiatan KPPJ (Kursus Pengenalan Pesawat Jet).


Sejarah Pesawat F-16 Fighting Falcon Dan Su-27



Kalian tau pesawat F-16 Fighting Falcon buatan Amerika Serikat? atau tau pesawat Sukhoi Su-27 buatan Rusia. Ya memang pesawat-pesawat ini bisa diandalkan saat perang, katanya pesawat F-16 milik Amerika adalah pesawat tempur paling tangguh. Bener gak ya?, kalau dilihat-lihat pesawat tempur Sukhoi Su-27 buatan Rusia kayaknya juga gak kalah tangguh. Pesawat F-16 sudah sangat mendunia, nyatanya pesawat ini sudah diekspor dan digunakan 24 negara selain Amerika Serikat. sedangkan pesawat Sukhoi Su-27 keunggulannya adalah memiliki persenjataan berat dan termasuk pesawat tempur jenis penyerang jarak dekat. Mau tau lebih lanjut? mendingan lihat aja sejarah kedua pesawat ini. >>>
Spoiler for F 16 Falcon:

1. Sejarah Pesawat Tempur F-16 Fighting Falcon
Pada tahun 1960-an, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat menyimpulkan bahwa masa depan pertempuran udara akan ditentukan oleh peluru kendali yang semakin modern. Dan bahwa pesawat tempur masa depan akan digunakan untuk mengejaran jarak jauh, berkecepatan tinggi, dan menggunakan sistem radar yang sangat kuat untuk mendeteksi musuh dari kejauhan. Ini membuat desain pesawat tempur masa ini lebih seperti interseptor daripada pesawat tempur klasik. Pada saat itu, Amerika Serikat menganggap pesawat F-111 (yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan) dan F-4 Phantom akan cukup untuk kebutuhan pesawat tempur jarak jauh dan menengah, dan didukung oleh pesawat jarak dekat bermesin tunggal seperti F-100 Super Sabre, F-104 Starfighter, dan F-8 Crusader.
Pada Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka. Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.
Kolonel John Boyd mengembangkan teori tentang perawatan energi pada pertempuran pesawat tempur, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik. Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pembatalannya, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25 yang saat itu kemampuan dibesar-besarkan membuat Angkatan Udara Amerika Serikat memulai perancangan pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.
Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi besar dan berat seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras akan dibutuhkannya program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF).
Pada Mei 1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop yang sebelumnya sudah memulai perancangan dipilih untuk memproduksi prototip. Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini diubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari 1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17.

2. Sejarah Pesawat Tempur

F 5 Tiger II
.
Spoiler for F-5E TIGER II:


Tonggak sejarah F-5-E/F Tiger II di Indonesia dimulai ketika tanggal 21 April 1980 pesawat C-5A Galaxy yang membawa pesawat F-5E/F mendarat di Lanud Iswahjudi, Madiun. Dari mulut pesawat angkut itu keluarlah moncong pesawat F-5 yang panjang, khan, dan runcing seperti jarum. Satu per satu pesawat diturunkan. Dan akhirnya, pesawat yang dibeli dari pabrik Northrop Co, Amerika Serikat itu dijejerkan di tepi landasan. Hadirnya F-5E/F diharapkan mampu mengembalikan taring MiG-21F yang disegani era 1960-an.

Hadirnya “Si Harimau” memang seakan kembali membawa angin segar bagi terciptanya kekuatan udara TNI AU. Pesawat dengan kecepatan maksimum 1,6 kecepatan suara ini sekaligus juga memberikan wawasan baru dan transfer teknologi bagi para penerbang dan teknisi. Diharap kan F-5E/F Tiger II akan menjadi raja di udara karena is dilengkapi senjata berupa rudal udara ke udara AIM-9 P-2 Sidewinder yang juga merupakan salah satu rudal udara ke udara jarak pendek terbaik kala itu.

Setelah 31 tahun mengabdi untuk nusa dan bangsa, dalam beberapa tahun kedepan pesawat ini harus sudah punya penerusnya.

Delapan pesawat datang pada gelombang pertama. Pesawat kemudian dirakit di Madiun oleh para teknisi Northrop dibantu teknisi TNI AU dan setelah itu masuk ke jajaran Skadron Udara 14. Uji terbang pertama dijalani pesawat dengan nomor ekor TL-0514 (F-5F) yang diterbangkan pilot uji Kapten Bill Edward dan Kapten Tom Danielson (Golden Moment of Tiger, Djoko Suyanto, 2005). Peresmian menjadi kekuatan Skadron Udara 14 selanjutnya dilakukan oleh Menhankam/ Pangab Jenderal TNI M Yusuf pada 5 Mei 1980. F-5E/F “dibaptis” sebagai pesawat buru sergap menggantikan F-86 Avon Sabre. Melengkapi delapan pesawat batch pertama, delapan pesawat berikut nya datang pada gelombang kedua tanggal 5 Juli 1980.

Bagi Skadron Udara 14 yang didirikan pada 1 Juli 1962, F-5 menjadi kekuatan ketiga setelah mengoperasikan MiG-21F (19621970) dan F-86 Avon Sabre (19741980). Sabre sendiri di-grounded tahun 1980 melalui surat keputusan KSAU. Baik F-86 maupun F-5, kedua pesawat telah punya nama di medan peperangan. Bila F-86 pamornya terekspos dalam Perang Korea, maka F-5 banyak berkiprah di Perang Vietnam. Kehadiran Tiger di TNI AU membawa spirit yang besar. Terlebih, bila F-86 merupakan pesawat bekas pakai AU Australia (RAAF), maka F-5 dibeli dari AS secara brand new dari pabriknya.

Walau berbentuk panjang runcing, F-5 sejatinya lahir dari konsep pesawat tempur yang dirancang ringan, supersonik, dan relatif murah sebagaimana kebutunan negara-negara NATO dan SEATO kala itu. Rancangan awal F-5 didesain tahun 1954 dengan kode YJ85-1. Prototipe ini kemudian disempurnakan lagi dengan kode N-156F dan ditawarkan kepada AU Amerika (USAF) tahun 1956, Namun nyatanya USAF lebih membutuhkan pesawat latih pengganti T-33 Bird. Maka, lahirlah T-38 Talon sebagai model pesawat latih dan varian F-5.

Meski demikian, rancangan N-156F tak terbuang percuma begitu saja. Departemen Pertahanan AS kemudian memberikan bantuan modal dan menjadikan rancangan itu sebagai pesawat tempur ringan berharga murah yang kemudian bisa diekspor pula. Nama F-5A Freedom Fighter resmi disematkan tanggal 9 Agustus 1962. Berikutnya menyusul F-5B sebagai versi tandem seater yang bisa digunakan untuk kebutuhan latih juga.

USAF pada akhirnya turut menggunakan F-5. Ini terjadi pada tahun 1972 setelah beberapa prototipe peningkatan versi F-5-A/B yang menggunakan mesin afterburner dan perangkat radar AN/APQ-159 serta gun sight AN/ ASG-31, memuaskan pihak USAF. Maka muncullah seri F-5E dan F-5F double seater. F-5E/F Tiger II selanjutnya berhasil diproduksi hingga akhir tahun 1989 dengan jumlah 727 (F-5E) dan 140 F-5F, serta 12 RF-5E Tiger Eye. F-5 juga diproduksi di luar AS, yakni 90 F-5E/F di Swiss, 68 di Korea Selatan, dan 380 unit di Taiwan. Total, dalam catatan di situs Wikipedia, berhasil diproduksi tipe A/B/C sebanyak 847 unit, sementara tipe E/F sebanyak 1.399 unit


Spoiler for Tambah Sumber:

Spoiler for Gapuraning:

.
Diubah oleh nawap 06-01-2014 11:52
0
12.2K
12
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan