- Beranda
- Komunitas
- News
- Kepolisian
"Hoegeng" Kapolri Kebanggan kita!!!
TS
fir.ferdiansy
"Hoegeng" Kapolri Kebanggan kita!!!
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Dalam rangka menyambut Hari Bhayangkara ke-70 yang jatuh pada 01 Juli 2016
.
.
Quote:
Stigma buruk yang tersemat pada kepolisian kita sepertinya masih belum benar-benar bisa hilang dengan tuntas. Bahkan sekalipun mereka telah melaksanakan tugas dan aksi heroik, mulai dari kasus Bom Sarinah, kopi maut sampai operasi Tinombala Poso. Sebenarnya bukan salah masyarakat juga jika bersikap demikian. Oknum-oknum polisi yang kerap berbuat sebaliknya dari apa yang harusnya mereka lakukan, disinyalir masih tetap ada.
Namun, tidak selayaknya kita berprasangka buruk kepada semua polisi. Seragam boleh sama namun hati belum tentu sama. Pasalnya, masih banyak dari mereka yang benar-benar bekerja secara profesional, berdedikasi penuh untuk masyarakat, bahkan rela meninggalkan keluarga tercinta mengemban tugas ke daerah konflik tanpa ada jaminan pulang dengan selamat.
Namun, tidak selayaknya kita berprasangka buruk kepada semua polisi. Seragam boleh sama namun hati belum tentu sama. Pasalnya, masih banyak dari mereka yang benar-benar bekerja secara profesional, berdedikasi penuh untuk masyarakat, bahkan rela meninggalkan keluarga tercinta mengemban tugas ke daerah konflik tanpa ada jaminan pulang dengan selamat.
Dalam hal ini, saya akan mencoba agar masyarakat mulai bergerak dan menghilangkan stigma buruk kepada Kepolisian Indonesia.
Spoiler for Siapakah Dia???:
Hoegeng Imam Santoso
Pernahkah anda mendengar polisi Hoegeng? Yap Polisi yang sering disebut sebut sebagai Simbol Kejujuran Polisi Indonesia. Bahkan Presiden Abdurrahman Wahid bernah berkata bahwa ada 3 Polisi jujur. Patung Polisi, Polisi tidur, dan Polisi Hoegeng. Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921 – meninggal 14 Juli 2004 pada umur 82 tahun. Hoegeng yang terkenal keras dan lurus ini selalu mendapat godaan dan tak jarang tekanan dari rekan sesama polisi akibat keteguhannya menegakkan hukum. Memang Semenjak menggabungkan diri pada Djawatan Kepolisian Negara yang ditetapkan berdiri 1 Juli 1946, Hoegeng tak ketinggalan ikut makan “asam-garam” revolusi mempertahankan kemerdekaan republik ini.
Spoiler for Perjalanan Karier:
Dimasa Kepemimpinannya Beliau banyak melakukan perubahan-perubahan dan pembenahan di dalam struktur organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya struktur yang baru lebih terasa dinamis dan komunikatif. Peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional International Criminal Police Organization(ICPO) semakin aktif. Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.
Menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) bukanlah suatu hal yang mudah bagi seorang polisi jujur untuk menegakkan keadilan pada saat itu, apalagi berada di tengah tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa. Namun siapa sangka, di tengah-tengah karier menjabat sebagai Kapolri ada dua kasus menggemparkan masyarakat. Kasus heboh “Sum Kuning”, kasus pemerkosaan terhadap si penjual telur. Sumarijem yang di duga pelakunya adalah anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya Korban pemerkosaan malah di penjarakan oleh polisi, dengan tuduhan memberi keterangan palsu, kemudian merembet ke masalah PKI. Sumarijem di cap melakukan kegiatan Ilegal PKI. Nuansa rekayasa pun kian terlihat. Banyak keterangan-keterangan palsu untuk menjatuhkan tokoh sana tokoh sini.
Kasus yang kedua yang tak kalah menghebohkan adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby TjahJadi. Berkat jaminan "Orang Dalam", pengusaha ini hanya beberapa jam saja mendekam di tahanan Komdak. Sungguh berkuasanya si penjamin yang tak lain adalah petinggi kepolisian. Sampai Kejaksaan Jakarta Raya pun bertindak seakan-akan menutup sebelah mata kasus ini. Namun apa daya, sekelas Jenderal Hoegeng pun tak berdaya melawan para pelindung penyelundup muda ini.. Kala itu Hoegeng memang optimis membongkar sindikat penyelundup mobil mewah. Pada para wartawan, Hoegeng menjanjikan akan ada berita besar dari Tanjung Priok. Rupanya pernyataan Hoegeng membuat sejumlah pejabat yang biasa makan uang haram terusik. Alhasil, Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Presiden mecopot Hoegeng sebagai Kapolri pada tanggal 2 Oktober 1971. Baru tiga tahun, Hoegeng menjabat. Seharusnya masih ada dua tahun lagi. Ironinya dengan alasan penyegaran, justru pengganti Hoegeng, Jenderal M Hasan lebih tua satu tahun. Secara tersirat Soeharto berkata tak ada tempat untuk Hoegeng lagi.
Menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) bukanlah suatu hal yang mudah bagi seorang polisi jujur untuk menegakkan keadilan pada saat itu, apalagi berada di tengah tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa. Namun siapa sangka, di tengah-tengah karier menjabat sebagai Kapolri ada dua kasus menggemparkan masyarakat. Kasus heboh “Sum Kuning”, kasus pemerkosaan terhadap si penjual telur. Sumarijem yang di duga pelakunya adalah anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya Korban pemerkosaan malah di penjarakan oleh polisi, dengan tuduhan memberi keterangan palsu, kemudian merembet ke masalah PKI. Sumarijem di cap melakukan kegiatan Ilegal PKI. Nuansa rekayasa pun kian terlihat. Banyak keterangan-keterangan palsu untuk menjatuhkan tokoh sana tokoh sini.
Kasus yang kedua yang tak kalah menghebohkan adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby TjahJadi. Berkat jaminan "Orang Dalam", pengusaha ini hanya beberapa jam saja mendekam di tahanan Komdak. Sungguh berkuasanya si penjamin yang tak lain adalah petinggi kepolisian. Sampai Kejaksaan Jakarta Raya pun bertindak seakan-akan menutup sebelah mata kasus ini. Namun apa daya, sekelas Jenderal Hoegeng pun tak berdaya melawan para pelindung penyelundup muda ini.. Kala itu Hoegeng memang optimis membongkar sindikat penyelundup mobil mewah. Pada para wartawan, Hoegeng menjanjikan akan ada berita besar dari Tanjung Priok. Rupanya pernyataan Hoegeng membuat sejumlah pejabat yang biasa makan uang haram terusik. Alhasil, Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Presiden mecopot Hoegeng sebagai Kapolri pada tanggal 2 Oktober 1971. Baru tiga tahun, Hoegeng menjabat. Seharusnya masih ada dua tahun lagi. Ironinya dengan alasan penyegaran, justru pengganti Hoegeng, Jenderal M Hasan lebih tua satu tahun. Secara tersirat Soeharto berkata tak ada tempat untuk Hoegeng lagi.
Spoiler for Akhir Perjalanan :
Bayangan banyak orang memasuki masa pensiun orang pertama di Kepolisian pasti menyenangkan. Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, Kendaraan siap pakai dan lain-lain! Kenyataannya ? bagaimana dengan seorang Hoegeng? Di tengah-tengah kian memanasnya suhu politik Indonesia pada saat itu ,tak jarang para elit politik terjaring kasus-kasus korupsi. Ironis melihat atmosfir para tokoh-tokoh yang terlibat ,dari partai ke partai dari wakil rakyat hingga kaum Birokrat, dari kepemerintahan hingga ke badan-badan organisasi, dari jajaran Gubernuran sampai tingkat Bupati, dari camat sampai Lurah,dari daerah sampai pusat, dari hulu ke hilir, seakan Bola-bola panas terus menggelinding, melibas undang-undang yang mereka ciptakan sendiri , butiran-butiran pasal yang direka dari “A hingga Z” seakan hanya butiran-butiran kosong dan menjadi celah mainan pembelaan para pengacara ternama. Lepas dari jabatan Kapolri, Hoegeng lebih sering menyibukkan dirinya bermusik bareng Band The Hawaiian Seniors. Band ini sering tampil di televisi nasional TVRI yang sayangnya, diboikot pemerintah ketika Hoegeng ikut-ikutan Petisi 50. Seiring berjalannya waktu di saat Hoegeng berusia 82 tahun, Yang Maha Kuasa memanggilnya. 14 Juli 2004, Hoegeng tutup usia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo akibat penyakit stroke dan jantung. Sesuai wasiatnya, Hoegeng yang tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, akhirnya dikebumikan di Pemakaman Umum Giri Tama, Bogor.
Quote:
Hoegeng melakukan tiga hal kecil tetapi penting. Pertama, istilah AKRI diganti dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Panglima AKRI diganti menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Polri tetap bagian dari ABRI di bawah Menhankam, karena Hoegeng termasuk orang yang menolak kalau Polri dipisahkan dari ABRI. Kedua, menegakkan kembali citra polisi di masyarakat Indonesia sehingga masyarakat bersimpati. Ketiga, penegakkan Rule of Law oleh Polri.
Quote:
Sebuah jalanan yang dirawat dengan baik akan selalu menumbuhkan bunga-bunga wangi di sepanjang jalannya
Polisi jangan sampai menjadi momok bagi masyarakat
Sekian dan Terimakasih
Spoiler for Sum Kuning:
Spoiler for Robby Tjahjadi:
Spoiler for The Hawaiian Seniors:
0
3.7K
Kutip
8
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan