Hidup memang tak adil bagiku. Terlebih lagi setelah dokter memberitahu bahwa Aku mengidap kanker kulit. Wajahku yang semula putih dan bersih, berubah menjadi hitam. Muncul gelembung - gelmbung kasar di seluruh permukaannya, kata orang aku seperti batang pohon tua yang tak terawat. Aku jadi malu untuk pergi keluar rumah. Padahal biasanya setiap sore aku gemar menyirami tanaman peninggalan mendiang Ayahku.

Dalam kenanganku, Ayah adalah sosok yang religius. Kegemarannya adalah meminum jus lemon di sore hari sembari menyiram tanaman di pekarangan. Dulu Ayah sering bercerita, bahwa aku sering bertanya banyak hal yang baru aku jumpai.



Dialog itu sering datang ke mimpiku akhir - akhir ini. Kenangan indah bersama Ayah yang tidak mungkin kembali. Aku merasa Tuhan tidak adil, mengapa harus Aku ? Dari sekian juta manusia yang ada di muka bumi ini, mengapa Tuhan memberikanku penyakit menjijikan ini ? 

Disamping itu,  aku sendiri tak sadar bahwa sudah seminggu lamanya aku tertidur di ranjang rumah sakit. Suster mengatakan bahwa aku sendirilah yang memintanya untuk mengizinkanku tetap tinggal di rumah sakit. Aku benar - benar tidak ingat dengan apa yang terjadi. Kepalaku terasa begitu sakit. Seakan besok mungkin aku sudah pergi meninggalkan dunia ini. 



Jam menunjukkan pukul 5 sore. Lagi - lagi aku bermimpi tentang masa lalu. Sepertinya itu adalah kisah saat aku di perkuliahan. Jujur aku memang meragukan keberadaan-Nya. Seberapa keras aku mencoba untuk berdoa, satupun tiada yang terkabul. Aku lelah tuk berharap bahwa hidup semanis yang ku bayangkan. Tetapi kembali lagi , bahkan pertolongannya tidak pernah datang hingga keadaanku yang seperti sekarang.

Aku membuka mata dan ini sekarang sudah tengah malam. Lagi - lagi aku tertidur. Aku melihat di sebelah kanan ada sekeranjang buah - buahan yang dibungkus rapi. 





Tampak jelas di atas bungkusan buah itu ada secarik kertas bertuliskan, " Hey ! Kami Kangen ! "

Aku terlalu lelah untuk bangun dan memakan buah - buahan itu. Aku putuskan untuk tidur sampai besok. Mungkin dengan istirahat, aku bisa menjernihkan pikiranku yang sedang kacau. Tak lama aku memejamkan mata, seperti ada seseorang yang memaksaku untuk bangun.



Suasana di sekelilingku tampak tidak asing. Rupanya benar, ini adalah lantai depan mushola kampusku tercinta. Aku yang masih bingung, tanpa sengaja meng-iyakan ajakan Hudin untuk beribadah.

Mulai saat itu, Aku dan Hudin selalu beribadah bersama. Diantara rasa khawatir, ternyata aku hanya bermimpi saja. Bahkan aku menyempatkan diri untuk memeriksakan kesehatan di Rumah sakit Universitas, dan hasilnya aku baik - baik saja tanpa ada gejala ataupun riwayat penyakit kanker kulit.

Hari itu panas begitu terasa membakar kulit. Aku yang masih linglung mengajak Hudin untuk makan di kantin.



Kami memesan 2 porsi sate ayam lengkap dengan nasi dan jus lemon. Kenikmatan di hari itu benar - benar terasa, Jus lemon yang ku pesan benar - benar enak dan menyegarkan. Kemudian, aku sejenak teringat dengan segala mimpi yang datang menghampiri.