omboth
TS
omboth
JERITAN HATI YANG (SERING) TAK TERDENGAR


JERITAN HATI YANG (SERING) TAK TERDENGAR



Tak bisa dipungkiri lagi jika pada zaman ini kehidupan dalam rumah tangga dihadapkan kepada tantangan yang terkadang sulit untuk ditebak. Banyak sekali pasangan, siap atau tidak, harus menghadapi berbagai masalah yang mana di dalam pemecahannya membutuhkan rasa saling menghormati dan rasa pengertian yang tinggi satu dengan yang lain. Bagi mereka yang masih belum dewasa dalam menghadapi suatu masalah, akan muncul suatu sikap penolakan yang terkadang, dengan kejamnya, menyakiti bahkan sampai mengorbankan orang-orang yang seharusnya mereka lindungi. Sering kita dapatkan berita-berita kekerasan dalam rumah tangga yang memang lebih banyak dilakukan oleh kaum adam kepada kaum hawa. Mungkin masih segar dalam ingatan kita kasus hilangnya nyawa seorang istri yang di bunuh secara sadis oleh suaminya sendiri di daerah Bekasi di bulan Maret kemarin. (source)

Kenapa sering sekali wanita yang menjadi korban? Secara teori, korban kekerasan di dalam rumah tangga akan merasakan perasaan tertekan, selalu merasa tersakiti baik secara fisik maupun mental hanya karena kedudukan mereka yang lemah bila di bandingkan dengan pelaku yang jauh memiliki kedudukan yang lebih kuat. Dalam kehidupan rumah tangga, siapa pihak yang sering kali dianggap lemah? Tentu saja pihak wanita. Tapi tunggu dulu, kawan. Apakah lantas karena anggapan bahwa wanita itu mahluk yang lemah lalu seenak nya saja bisa mendapatkan perlakuan yang (terkadang) tidak manusiawi?

Tulisan ini di buat bukan untuk memojokan salah satu jenis gender. Seperti pepatah lama mengatakan, tak akan ada asap jika tak ada api. Mari bersama-sama kita kenali lebih dalam apa saja yang bisa mengakibatkan kekerasan di dalam rumah tangga. Sehingga kita bisa bercermin ke dalam, melihat jauh ke dalam diri masing-masing sebelum berteriak kencang akan kekerasan yang diterima di dalam rumah tangga. 

1. Tradisi atau Adat
Terlalu kuatnya pengaruh tradisi dalam kepribadian seseorang cenderung menjadi alasan utama di dalam menghaluskan jalan seorang pelaku kekerasan. Anggapan korban yang percaya bahwa suatu pernikahan adalah hal sakral sehingga di dalam kehidupan berumah tangga korban akan selalu berada pada posisi bertahan dan menganggap kekerasan yang ia terima adalah takdir, menganggap istri haruslah patuh kepada suami. Dan memang pada beberapa adat, kaum lelaki di anggap sebagai pihak yang paling berkuasa sehingga secara tidak langsung akan menempatkan kaum wanita pada posisi yang lebih rendah.

2. Tidak Mau Terbuka
Kurangnya pemahaman bahwa yang dialami oleh korban adalah salah satu bentuk kekerasan dan bisa di bawa ke ranah pengadilan juga bisa membuat kekerasan semakin sulit untuk di hentikan. Sehingga akan melahirkan sikap-sikap seperti menganggap apa yang korban terima adalah suatu hal yang biasa terjadi di dalam membina rumah tangga. Merasakan malu untuk menceritakan apa yang terjadi dalam rumah tangga, merasa bahwa aib keluarga harus di simpan dalam-dalam, yang justru akan semakin membuat hidup korban semakin menderita.

3. Sikap Korban Sendiri
Adapun sebab kenapa pelaku melakukan tindak kekerasan kepada korban terkadang tak jarang bersumber dari korban itu sendiri. Sikap korban yang baik secara sengaja ataupun tidak terus-menerus membuat pelaku marah, kurangnya rasa menghargai pelaku karena mungkin korban berasal dari keluarga yang jauh lebih tinggi tingkat sosialnya, terlalu banyak menuntut, melawan dengan kata-kata yang lebih kasar, terlalu pencemburu, terlalu bersikap posesif, adalah contoh-contoh sikap korban yang bisa memprovokasi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

4. Keuangan
Ekonomi juga sering menjadi pemicu terjadinya kekerasan di dalam rumah tangga. Sikap istri yang terlalu banyak maunya sedangkan suami tidak dapat memenuhi karena terkendala penghasilan yang tak mencukupi, bisa membuat suami merasa tertekan dan klimaksnya akan melakukan tindak kekerasan. Para istri yang terlalu bergantung kepada penghasilan suami karena tak memiliki kemampuan atau kemahiran yang bisa membuat mereka mandiri dalam masalah keuangan juga akan diam bertahan menerima segala perlakuan kasar suami.

5. Pihak Ketiga
Faktor eksternal yang juga sering menjadi penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga adalah hadirnya orang ketiga di tengah-tengah keluarga. Entah itu karena suami yang cemburu menganggap istri memiliki hubungan spesial dengan pria lain, atau istri yang dianggap sebagai suatu penghalang dalam memuluskan suatu hubungan terlarang suami. Tak jarang, penolakan istri terhadap kehadiran orang ketiga (baca: di madu) dalam suatu kehidupan rumah tangga akan berujung pada kekerasan.



Yang jelas, apapun bentuknya, apapun alasannya, kekerasan bukanlah solusi. Di sini kita akan semakin diminta untuk bersikap lebih peka, lebih mau terlibat untuk ikut mencegah, tidak lagi bersikap apatis terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Jangan biarkan tindakan-tindakan yang melawan hukum tersebut semakin merajalela.
Kalau anda sadar hukum, kalau anda tahu mana yang baik dan mana yang benar, kalau anda mau sedikit saja membuka telinga, jeritan-jeritan lemah itu akan terdengar. Jeritan-jeritan hati yang selama ini ada, tapi kita tak (mau) mendengarnya.




Diubah oleh omboth 01-04-2019 22:54
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
635
0
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan