Sumber gambar : Pixabay


Begitulah mulanya, saya terdampar di Planet Kaskus ini. Sebetulnya masih tidak saya mengerti apa parameter serius dan tidak serius sebuah tulisan menurut mereka. Anak muda sahabat saya yang menghangatkan hari hari obrolan dalam grup WA beberapa waktu lalu. Kami terhubung dalam satu grup Belajar Bersama Bisa. Grup yang isi obrolannya seputar dunia tulis menulis.

Rame banget di sana, Bekti Cahyo Purnomo, sang admin utama, di samping saya juga, konsisten memberikan pencerahan seputar tulisan. Sejak banyak anggota yang menjadi user Kaskus fokus obrolan ya seputar tulisan yang tayang di Kaskus. Mulai dari cara nulis sampai cara narik uangnya.

Grup semakin rame, saya rasakan begitu, seperti yang pernah saya ulas dalam thread,Ini Dia 3 Grup Medsos Yang Rame. Ada banyak penghuni di sana. Langganan HT, selain Bekti, Yeni Sue, pakde Iwan, Yuki Nura, Ida Al Faqih, Anna Harry, Surobledhek, Evy Wahyuni, Ickroom Lestari, Izta Lori, Mbakendut, Karla, Erina Purba, Masnukho, AnisMo, Tri Fatoya dan seterusnya yang tidak mungkin saya sebut semua, lebih dari seratus gitu loh anggotanya.

Pada mereka saya banyak belajar. Saya simak thread thread mereka, juga Kaskusers lainnya. Bervariasi, itu yang saya temukan. Ada yang ringan ada yang berat untuk dicerna. Tapi satu hal yang saya maknai, para penulis itu membuat thread dengan serius. Kalau tidak, mana mungkin mereka upload karya ke Kaskus. Baik ringan atau berat sebuah konten, tentu memerlukan pemikiran bukan? Itu tandanya mereka serius.

Saya beradaptasi, mencoba menulis dengan gaya bahasa Kaskus. Mungkin sebagian orang ada yang bilang kurang berhasil. Tapi setidaknya saya telah mencoba bukan?

Koplak bukan hal yang asing bagi saya. Novel perdana saya bertajuk " Asmara di Negeri Somplak." Kontennya full ngocok perut. Buku itu saya tulis dengan lawan main saya, Jun Ishaq. Lelaki dari daratan Aceh, yang sampai sekarang masih akrab dengan saya. Chemistry kekoplakan saya tuangkan lewat tulisan. Hasilnya, novel itu laris manis di pasaran.

Sumber gambar: BJ. Qolbi

Bagi saya, itu modal untuk menulis di Kaskus ini. Meskipun dengan bahasa gaul namun saya menilai konten yang disajikan di Kaskus ini tidaklah sembarangan. Terutama yang Hot Thread. Saya menilainya dari sisi penulisan dan konten. Angkat topi saya haturkan pada penulis threadnya. Juga admin tentu saja. Memilih sebuah HT diantara sekian banyak tulisan bagus bukanlah hal yang mudah.

Viewer, itu menjadi tolok ukur disukainya sebuah thread. Menyajikan sesuatu yang bermanfaat untuk viewer dan trending menjadi sebuah tantangan. Perlahan saya mencoba. Treadh saya berjudulTernyata Jadi Selingkuhan Itu, Gak Enak Banget. Mendulang viewer yang lumayan banyak. Pertama dalam sejarah penulisan saya di Kaskus.
Belajar dan terus belajar. Itu satu hal yang saya dapatkan selama di Kaskus ini. Belajar diterima viewer, belajar menulis rapi, belajar menyajikan thread yang bagus, Itu semua butuh keseriusan, bukan asal asalan.

Tulisan saya rerata serius, esai, puisi, fiksi, reportase saya mengikuti kaidah penulisan KBBI dan PUEBI. Bahasa yang saya gunakan juga bahasa baku. Ada yang bilang mendayu. Serasa membaca karya balai pustaka, katanya. Mungkin efek faktor usia. Karena saya pernah hidup di zaman yang mengharuskan karya Balai Pustaka menjadi kajian wajib. Di sekolah formal. Sehingga tanpa terasa tulisan-tulisan saya terpengaruh oleh penulis Balai Pustaka pula.

Kesan serius, itu yang viewer dapatkan ketika membaca karya saya. Di Kaskus ini pernah karya fiksi saya bertengger di HT. Pertarungan Melawan Tulisan. Kaget sebetulnya, itu saya tulis dengan bahasa yang serius. Ternyata bisa HT pula.

Jadi kesimpulan saya, Kaskus Wellcome untuk semua jenis tulisan. Tentang penyajian tergantung agan dan sista. Mau ringan atau berat terserah saja. Viewer dan admin yang akan menilainya. Asal memenuhi syarat, tulisan tersebut akan lolos review. Itu artinya poin didapatkan, uang bisa dicairkan.

Jadi, siapa bilang orang serius dilarang masuk Kaskus?