KokonataAvatar border
TS
Kokonata
Tidak Secantik Barbie, Namun Boneka Ini Mampu Ajarkan Toleransi

Pemilu di era media sosial membuat kita terpaksa menikmati konten yang berisi konflik sebagian orang akibat beda pilihan politik. Satu dari sekian penyebabnya adalah rendahnya kemampuan toleransi dari orang-orang yang berkonflik itu. Agar anak-anak kita mampu bertoleransi, ada boneka yang bisa digunakan sebagai media belajar. Diversity dollnamanya.   
 
Diversity doll memang tidak langsing dan cantik seperti boneka-boneka barbie. Bentuknya lebih sederhana, mirip boneka kain pada umumnya. Hanya saja karakteristik fisik boneka seperti warna kulit, tekstur dan warna rambut dibuat sedemikian rupa sehingga mewakili beragam ras manusia. .
 
Selain itu, tiap diversity doll memiliki 'kepribadian' sendiri, misalnya sejarah kehidupan, etnis, budaya keluarga, minat khusus dan lainnya. Boneka-boneka itu digunakan dalam satu latar cerita yang mengangkat tema keragaman sosial dan masalah kesetaraan. Anak-anak usia dini biasanya senang didongengkan dengan boneka-boneka seperti diversity doll.
 

Berbagai penelitian dan eksperimen sudah membuktikan, boneka karya pendidik anak usia dini Amerika Serikat bernama Kay Taus itu dapat menumbuhkan toleransi dan empati. Kay sendiri awalnya mengembangkan boneka itu dengan nama Anti-Bias Persona Dollspada akhir 1980-an. Kay adalah anggota Satuan Tugas Anti-Bias yang mengembangkan Kurikulum Anti-Bias pada anak-anak kecil.
 
Satu percobaan di Indonesia pernah dilakukan oleh Sekti Soraya, mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Semarang. Dia menggunakan diversity doll untuk studi eksperimen di taman kanak-kanak Raudhotul Athfal 02 Mangunsari, Semarang. Populasi penelitian adalah seluruh siswa- siswi Roudhotul Athfal 02 tahun ajaran 2012 yang berjumlah 105 siswa. Sementara itu sampel penelitian adalah siswa dan siswi TK B dari 2 kelas. Tiap kelas terdiri dari 16 orang.
 

Anak-anak TK B dibagi menjadi dua kelompok yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan materi tentang toleransi dengan media diversity doll, sedangkan kelompok kontrol diberikan materi toleransi dengan media gambar. Sebelumnya ada pretestuntuk mengetahui sejauh mana kemampuan sikap toleransi anak. Setelah pemberian materi ada posttest pada kedua kelompok. Dari hasil postestt akan diketahui seberapa besar hasil pemberian materi toleransi dengan media diversity doll dan media gambar.
 
Selama enam hari berturut-turut, satu jam sebelum pulang diberikan materi tentang tolernasi pada kedua kelompok. Hasilnya terdapat peningkatan kemampuan toleransi anak baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Namun kelompok eksperimen lebih mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
 
Penggunaan media diversity doll terbukti efektif untuk menanamkan toleransi pada anak usia 4-5 tahun. Penyampaian toleransi dapat dilakukan dengan bercerita yang bermuatan nilai-nilai toleransi. Anak-anak juga dapat memainkan diversity doll saat diceritakan. Sayangnya diversity doll masih jarang digunakan di taman kanak-kanak dalam proses pembelajaran.

Jadi Agan dan Sista dapat mencobanya di rumah pada anak-anak. Semoga anak-anak dapat tumbuh dengan sikap toleransi yang tinggi. Kelak dewasa mereka mampu menerima perbedaan pandangan politik, nggak julid dan nyinyir apalagi sampai jadi penyebar kampanye hoax.   


Sumber 1
Sumber 2
Diubah oleh Kokonata 13-03-2019 17:21
0
708
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan