RetnoirawanAvatar border
TS
Retnoirawan
Melodi Puisi Kalbu
      
Untuk tiap-tiap hati yang kini tersesat diantara kata pergi atau kembali semoga puisi ini dapat mewakili perasaan engkau saat ini.

Daun Di Antara Ranting Yang Patah

 
Aku adalah daun
Diantara ranting yang patah
Tak kan berarti walau kau siram setiap hari
Tak kan kembali walau kau rawat dengan kasih
 
Aku hanya sebuah sejarah
Pada pohon yang berdiri gagah
Yang menyulap gersang menjadi berwarna
Dan menepis hujan kala jatuh ke tanah
 
Tapi kau tahu
Aku hanya berada pada ranting yang rapuh
Hanya mengambil sedikit bagian untuk meneduhkanmu
Sementara disana banyak tempat untuk kau berteduh
 
Mungkin dulu aku adalah peneduhmu
Tapi kini aku adalah sendu di matamu
Daun tak lagi sama karena ranting yang telah patah
Baik kau cari peneduhmu yang baru


     
Tentang Malam

Aku ingin bercerita tentang malam
Tentang rasaku yang kau tinggalkan
Adakah aku seperti bintang
Yang menemani setiap sunyimu
Tapi setelah berlalu aku terlupakan
 
Adakah aku seperti bulan
Menyinarimu dikala kelam
Namun ketika matahari datang
Aku tak dianggap lagi
 
Adakah aku seperti kunang-kunang
Menghiburmu dikala suram
Namun ketika bahagia datang
Aku tak diharap lagi
 
Adakah aku seperti bunyi jangkrik
Menjadi tawamu dikala rindu
Namun ketika siulan burung tiba
Aku tak diingat lagi
 
Aku hanya menjadi ceritamu disaat malam
Namun tidak untuk pagimu yang lebih indah
Aku hanya sebatas pelarian ditengah kesendirianmu
Namun Ketika dia datang aku bukan siapa-siapa untukmu


  
Ramola

 
Aku terpanah melihat mu hadir dari arah selatanku
Kau tampak sangat cantik malam itu
Dengan gaun ungu dan hiasan kecil dirambutmu
Senyummu merekah dan terlihat sangan indah
Kau berjalan sangat anggun menghampiri ku
 
Ya, ini lah saatnya bisik dalam hatiku
Saat-saat indah yang kunantikan sekian lama akhirnya tiba
Pujaan hatiku inilah malam untuk kita berdua
Tak sabar ingin ku keluarkan cicin dalam kantongku
Dan ingin segera menggapai jemarimu
 
Tiba-tiba senyummu berubah keluh
Kakimu lunglai dan terjatuh dihadapku
Ku gapai tubuhmu dan ku topang kepalamu
Terlihatlah cucuran darah dari hidungmu
Air mataku jatuh mengenai pipimu
Jeritku lepas seakan tak merelakanmu
Tubuhku gemetar menyaksikan ajalmu
 
Oh,,Ramola
Mengapa bayangan kelam itu selalu berkunjung ke mimpiku
Lima tahun berlalu sejak kepergianmu namun serasa baru kemrin aku bersamamu
    

kepada hati yang pernah singgah

 
Kepada hati yang pernah singgah
Berlalu sejauh engkau mau
Karena ruang disini telah ditutup
Dan tak akan ku buka lagi untukmu
 
Kepada hati yang pernah singgah
Hati disini telah retak bahkan rusak
Maka jangan pernah mencoba untuk kembali
Karena sayatan ini masih sakit sekali
 
Kepada hati yang pernah singgah
Memori kita mungkin pernah indah
Namun dusta memboikot itu semua
Menyulam perih yang menyesakkan dada
 
Kepada hati yang pernah singgah
Ku tulis kata lewat puisi ini
Jangan pernah lagi singgah lalu pergi meninggalkan luka

      

Lamunan Sendu

 

Aku terdiam pada khayalku dalam ribuan bisu
Mencoba mengerti dan memahami hatiku
kau curang jauh sebelum kau menang
Walau ku akui aku memang pecundang
Yang berharap namun tak mampu berjuang
 
Aku tak pernah memintamu datang
Dan mengisi setiap ruang dalam hatiku
Kau terobos masuk tanpa pernah permisi
Kau jua yang mencoba bermain api
tapi justru aku yang sulit untuk memadami
 
Siapa dirimu sehingga kau begitu berani
Merangkai luka, membius hati
Mengkhianati cinta, mengingkari janji
Menabur benih, melupakan kasih
 
aku sangka dulu kau sandaran hati
nyatanya kau perih yang sembunyi
mengotak atik pikiran dan hati ini
Kian mengusik jiwa dikala sepi
sungguh sakit, jujur kuakui
 
 
Namun, ketika aku berharap engkau kembali
lalu mengapa justru kau menyuruh ku pergi
ketika tak ada lagi ruang kosong dihati ini
yang bisa ditempati untuk calon pengganti
 
bahkan kau enggan menoleh kearah ku
walau hanya untuk sekedar memberi tahu
bahwa kau benar-benar telah berlalu
agar aku mengerti akhir dari penantianku
 
Tak sadarkah yang kau sakiti ini adalah hati.
Bukan serpihan-serpihan kecil yang tak berarti.
Mengapa dulu datang sebagai penyapa hati
kalau kini berlari sebagai penjahat hati
 
Ku sangka kau nyata ternyata hanya ilusi
menyisahkan perih, menyesakkan hati
ku sangka kau rindu ternyata kau sendu
Seperti pilu yang menggores kalbu.

     

Usai

 

Pernah berfikir untuk kembali
Tapi robekan dinding hati tak cukup memaklumi
Mungkin pergi adalah jawaban saat ini
Biar sang waktu yang mengalihkan sedih
 
Harusnya aku tak erat menggenggam hatimu
Harusnya aku mengerti ada yang lain disenyummu
Bukan salahmu bila ada cinta yang baru
Mungkin aku yang terlalu lemah menjagamu
 
Lepaskan aku jika hati mu memilihnya
Jangan jadikan aku penghalang untukmu bahagia
Biar kini aku yang mencoba mengalah
Tak usah  pedulikan jiwaku yang lara
 
Anggap saja semua sandiwara cinta
Takdir kita yang mungkin berbeda
Namun jangan palingkan wajahmu dariku
Karna kuingin setia menjaga dari jauh
Walau raga tak kan mungkin untuk bertemu
Tapi do’a ku selalu menyertaimu
 
Melupakan mu adalah sebuah kemustahilan
Namun menunggu juga suatu ketidak pastian
Dimana aku harus mencari pelarian
Jika engkau adalah pelabuhan harapan
 
Mungkin awalnya akan sulit bagiku
Karna memang tak mudah untuk menjauh
Apalagi posisimu yang masih dihatiku
Tapi percayalah aku lebih tegar dari yang kau tau
 
Jika nanti aku masih tetap disini
Mohon jangan pernah menyuruhku pergi
Karna hati memang serumit ini
Bahkan aku sendiri sulit memahami
 

Wanita Dalam Malam

 
Kuakui pada ribuan cinta yang datang
Hanya engkau yang paling curang
Kau buat Sesak yang menjerit tiada henti
Merobek-robek setiap dinding dihati ini
 
Aku terjebak pada asmara rangkaian dusta
Tak tahu jalan keluar kurungan cinta
penipu hati ternyata kau mendua
Ketika aku mencoba untuk setia
 
Kau memang pengkhianat yang handal
Begitu lihai bermain hati
Menjejaki hati setiap jengkal
lalu pergi meninggalkan perih
 
Kau rampas setiap ruang dihati ini
Sehingga cintaku tersesat dilabirin hati
Kini kau pergi bersamanya yang kau pilih
Kau anggap hati serpihan yang tak berarti
 
Kau yang yang mencopa bermain api
Namun aku yang terbakar pengkhianatan ini
Kau yang memulai dan mengawalinya
Namun menyuruhku untuk mengakhirinya
 
Ternyata kau memang wanita dalam malam
kusangka membawa cinta dan ketentraman
Nyata nya sembunyi dibalik ribuan kelam
Kau lemparkan luka ketika terang datang
 
Harusnya aku mencari ketika senja
Agar tak kutemui sepertimu pengukir lara
Harusnya aku sadari kau bukan yang kucari
Tapi kau adalah perih yang sembunyi

Jarum Jam


Detik berganti menit
Menit menjemput jam
Jam menjelma hari
Hari digeser Bulan
Bulan disurutkan tahun
Aku mungkin bisa menghentikan jarum jam itu
Namun tidak untuk waktu
Waktu akan tetap berlalu sebagaimana mestinya
Semakin sering aku membaca jarum jam
Semakin yakin bahwa engkau benar-benar telah berlalu

Kata Siapa


Kata siapa
Aku merindu karenamu ?
Aku hanya menantang malam untuk berdamai dengan sepi
Bukan Karena aku yang sedang rindu tapi Karena hati yang sedang jemu

Kata siapa
Aku tak bisa hidup tanpamu?
Aku hanya sedang mencari celah untuk mengosongkan hatiku dari mu
karena kau sempat berada lama didalamnya

Kata siapa
Aku ingin kembali padamu?
Aku hanya bertanya pada hatiku, akan kah aku mengulang kisah yang sama
dan terluka oleh hati yang sama

Kata siapa
Luka dihatiku belum sembuh?
Aku hanya belum berdamai dengan masa lalu
Namun kupastikan padamu tak ada lagi robekan dihatiku

Kata siapa
Siapa yang bilang?

Kalimat Terakhirmu


Sayang aku pulang malam ini
Itu kalimat terakhir yang kau kirim lewat ponselmu
Sebelum kau berangkat untuk menemuiku
Akupun tak sabar untuk melepas rindu

Aku tahu arti dari kalimat terakhirmu
Kau ingin aku sabar menunggu
Namun hampir ribuan malam Aku menunggu
Kau tak jua sampai menemuiku

Tak ada lagi ujung dari kalimat terakhirmu
Malam-malamku dipenuhi teka-teki tentangmu


Terimakasih kepada seluruh sahabat pembaca......







 

Diubah oleh Retnoirawan 17-03-2019 07:27
0
2.2K
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan