kaniarfAvatar border
TS
kaniarf
Both of Them
Spoiler for Banner Kompetisi Cerpen Mantan:




“Aku suka sama kamu.”

Aku menatap gadis itu tanpa ekspresi. Seharusnya aku senang kan? Aku yang belum pernah pacaran, tiba-tiba saja ditembak oleh seorang gadis. Ya, bukan aku yang menyatakan perasaan, melainkan gadis itu. Tapi entah kenapa rasanya aku benar-benar tidak memiliki perasaan apapun padanya. Ini bukan karena aku tidak mengenalnya, justru karena aku tau betul siapa gadis ini.

Sebut saja dia Lili, kami saling mengenal karena kebetulan kami satu kelas di SMK. Jurusan yang kuambil memang didominasi oleh kaum hawa, jadi tidak heran kalau teman perempuan di kelasku lebih banyak jumlahnya dibandingkan teman laki-laki. Kebetulan dari sekian banyak teman perempuan, Lili adalah salah satu dari 5 teman yang masuk dalam lingkaran persahabatanku, 2 laki-laki dan 3 wanita.

Kami berenam seringkali pergi bersama dan menjadi kelompok saat ada tugas. Hal itu tentulah membuat kami sering bertemu, tidak hanya di sekolah. Tidak heran jika suatu saat ada perasaan saling menyukai. Itulah yang kini terjadi pada Lili yang menyukaiku. Dari 2 lelaki lainnya, aku tak habis pikir kenapa ia bisa menyukaiku yang sedikit kelam ini.

“Kenapa?”

Setelah kesunyian yang terjadi, hanya kata-kata itu yang terucap dari mulutku. Aku benar-benar ingin jawaban darinya. Kenapa harus aku? Apakah ini leluconnya? Atau lelucon mereka yang ingin mengerjaiku karena kebetulan ulang tahunku saat itu tinggal menghitung hari.

“Kenapa? Ya aku suka kamu aja. Gimana? Kita pacaran ya.”

Sejujurnya jawaban itu tidak memuaskan keingin tahuanku. Nada memaksa itu juga terdengar sedikit tidak nyaman di telingaku. Aku mulai bimbang memberi jawaban. Ini pertama kalinya ada seorang gadis yang mengutarakan perasaannya padaku. Sebenarnya aku ingin menolak, tapi rasanya tidak tega juga.

“Yaudah kita coba dulu aja ya.”Akhirnya aku menerima gadis itu atas dasar iba, bukan cinta. Aku merasa sangat buruk.

Sebenarnya, saat itu aku sudah menyukai gadis lain, salah satu gadis yang juga ada di dalam lingkaran pertemanan kami. Dia juga mengenal Lili, lebih tepatnya mereka bersahabat sejak SMP. Bersahabat, bahkan sebelum keduanya mengenalku. Tapi sepertinya gadis yang kusukai itu lebih menyukai teman lelaki lainnya. Aku sangat yakin kedua gadis yang bersahabat ini saling mengetahui siapa yang menyukai siapa.

Jangan mengharapkan hubungan percintaan romantis antara aku dan Lili. Di antara kami, sepertinya slogan “Cinta datang karena terbiasa” benar-benar tidak bekerja. Mungkin salahku juga, aku menutup pintu hatiku rapat-rapat untuk Lili seberapapun ia mencoba mendobraknya. Aku masih menyukai gadis lain, dan dia adalah Nila, sahabat Lili sedari SMP.

Memang awalnya aku bertahan karena tidak ingin melukai hati Lili, tapi nyatanya perasaan bersalah makin menghantui dan membuatku tidak nyaman. Akhirnya setelah sebulan lebih menjalin hubungan, aku memutuskan untuk jujur pada Lili tentang perasaanku selama ini. Aku ungkapkan padanya bahwa selama ini aku tidak menyukainya dan justru menyukai Nila. Mendengar itu, Lili menangis tersedu di hadapanku, lalu meminta untuk putus hubungan. Aku tau ini akan tejadi.

Setelah kejadian itu, Lili jadi sering menghidar jika diajak berkumpul. Aku tidak protes, mungkin memang itulah yang terbaik daripada berpura-pura ramah padahal sebenarnya Lili tidak ingin lagi melihat wajahku. Nila sepertinya bersimpati dengan putusnya hubunganku dengan Lili. Beberapa kali Nila berusaha menenangkanku saat tidak sengaja melihat Lili memasang raut benci padaku.

“Sabar, Lili nanti juga baik lagi sama kamu.” Begitu kata Nila, tanpa tau bahwa dirinya jadi alasan keretakan hubunganku dan Lili.

Suatu hari, Lili kembali seperti semula. Gadis itu mulai mau berkumpul lagi dengan senyum ceria menghias wajahnya. Aku sempat mengajaknya bicara untuk meminta maaf, tampaknya ia juga sudah ingin melupakan dan tidak ingin membahas hal itu lagi. Lili mencoba move on, itulah yang bisa aku simpulkan. Aku turut senang karena keceriaannya bisa kembali.

*****


“Aku gak tau dari kapan, tapi sekarang aku suka kamu.”

Aku terhenyak mendengar ucapan Nila. Perasaanku campur aduk. Bingung, sekaligus senang karena akhirnya selangkah lagi aku bisa memiliki gadis yang benar-benar aku sukai. Bahkan aku tidak perlu bersusah payah memikirkan cara bagaimana mengungkapkan perasaan ini padanya dan tidak khawatir dia akan menolak. Gadis itu sendiri yang bilang menyukaiku.

“Kok bisa? Bukannya kamu suka sama Robby?”

Meskipun senang, pikiranku masih jernih. Inilah kebingungan yang hinggap di kepalaku. Bukan rahasia lagi kalau Nila dan Robby selama ini sangat dekat. Apa kami semua tertipu dengan kedekatan keduanya?

“Oh itu, iya sih, dulu. Tapi semenjak kamu putus sama Lili, aku kan jadi sering ngobrol sama kamu. Ada banyak sifat kamu yang aku baru tau dan ternyata aku jadi suka.”

Kalau dipikir memang benar juga. Nila jadi sering mengajakku bicara semenjak kejadian itu. Aku paham maksud Nila adalah untuk menghiburku. Awalnya ia berusaha menyatukan aku dan Lili lagi. Tapi karena aku bersikap tegas menolak rencananya, sepertinya Nila mulai menyerah.

“Gitu ya? Sebenarnya aku juga suka sama kamu dari lama. Tapi karena aku lihat kamu sepertinya suka sama Robby, ya aku gak mau ngerusak kebahagiaan kamu.” Akhirnya perasaan yang kupendam selama ini tumpah juga.

Sekilas aku melihat Nila tersenyum mendengarnya. Kejadian setelah itu bisa ditebak kan? Aku dan Nila akhirnya berpacaran. Kali ini aku lebih aktif menunjukkan perhatian dan rasa cintaku dibandingkan saat aku dengan Lili dulu. Tentu saja begitu, ini benar-benar gadis yang kuinginkan. Lili juga sepertinya tidak mempermasalahkan saat tau aku dan Nila menjalin hubungan. Semuanya tampak baik-baik saja. Setidaknya itulah yang aku pikirkan hingga sampailah pada hari itu….

“By, maaf ya, aku harus ngelakuin ini buat bantu Lili. Kamu jangan cemburu ya, aku gak beneran suka sama dia kok.” Saat itu tanpa sengaja aku mencuri dengar percakapan antara Robby dan Nila.

“Ya sampe kapan? Kita tuh udah backstreethampir 3 bulan loh. Kamu juga mau aja disuruh Lili ngelakuin beginian.” Mendengar kata-kata Robby, aku mulai menghitung dalam kepala. Kalau memang benar, itu artinya mereka sudah jadian sekitar 2 setengah bulan sebelum Nila mengungkapkan perasaannya padaku.

“Apa-apaan?” Aku mengumpat dalam hati. Ingin sekali aku meninju dinding di sekitarku saat itu juga, tapi aku berusaha menahan amarah untuk mencuri dengar lebih jauh lagi.

“Ya Lili kan sahabatku dari SMP. Awalnya aku pengen rencanain sesuatu biar mereka balikan. Tapi gak lama Lili cerita alasannya sampai putus sama Ory. Denger itu, aku jadi males nyatuin mereka lagi. Aku kasian sama Lili. Terus Lili bilang mau balas dendam, yaudah aku iyain buat bantu.” Nila menjelaskan.

“Terus harus banget apa begini? Kasian juga loh si Ory. Suka sama orang tuh emang gak boleh dipaksain. Lagian mungkin si Ory nerima Lili itu karena gak enak nolak Lili, bukan mau bikin Lili sakit hati.” Robby sepertinya tidak memihak kedua gadis ‘busuk’ yang bersahabat ini.

“Jelaslah kamu bela si Ory, kamu kan cowok, gak ngerti perasaan cewek.” Nila bersikukuh.

Robby sepertinya tidak mau merusak hubungannya dengan Nila. Percakapaan mereka berakhir setelah Robby mengucapkan kata “terserah”. Aku ingin sekali menghajar Lili dan Nila tanpa peduli kalau mereka itu perempuan yang harus dijaga. Tapi syukurlah aku masih waras. Aku lebih memilih introspeksi diri. Mereka tidak akan begitu jika aku tidak menyakiti hati Lili duluan. Ya, ada kesalahanku juga sampai kejadiannya sekarang kacau seperti ini.

Aku masih berpura-pura tidak tau apa-apa sampai hari di mana Nila akhirnya memutuskan hubungan denganku. Aku tidak menyangka skenario yang mirip sinetron ini bisa benar-benar aku alami. Si pria kelam ini jadi aktor pemeran pria utama, lucu sekali. Lili dan Nila tampak sangat puas setelah itu. Mereka senang karena merasa aku berperan dengan baik sebagai lelaki bodoh yang berhasil mereka tipu. Jika memang dengan ini Lili bisa memaafkanku, aku hanya bisa menerimanya.

Tapi aku bukan lelaki yang tak punya hati. Kejadian itu sangat berdampak padaku. Aku jadi tidak bisa mempercayai orang lain terutama perempuan. Aku menutup hatiku rapat-rapat hingga bertahun-tahun lamanya. Aku trauma untuk mencintai lagi. Setidaknya begitu, sampai kemudian aku bertemu dengan seorang gadis baik yang menghilangkan rasa traumaku pada cinta.

-THE END-


Quote:
Diubah oleh kaniarf 20-03-2019 12:14
2
1.2K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan