zankzinkzunkAvatar border
TS
zankzinkzunk
Perjaka Vs Perawan
Foto: pixabay.com




Seperti tabu ketika harus diperbincangkan, namun pada akhirnya semua orang akan menanyakan itu paling tidak dalam hatinya terlebih saat seorang pria mencoba mencari tahu pasangan hidupnya. 

Ya, rasanya terdengar kurang sopan ketika mendengar dua kata tersebut. Hanya saja, di Indonesia dengan segala budaya ketimurannya keperjakaan dan keperawanan bernilai tinggi di masyarakat khususnya antara pasangan satu dengan yang lain. Meskipun di negara lain sudah dianggap biasa, seperti dilansir tribunnews.com(7/19) aktivitas seksual dilakukan di ruang publik, begitu juga penjualan alat-alat pendukung seks dijual secara terang-terangan. 

"Oh, jadi perlu ditiru gitu?" Mungkin beberapa pembaca mencoba menerka ke arah sana. Akan tetapi, bukan itu poinnya. Poinnya adalah setiap bangsa Indonesia memiliki kewajiban moral untuk menjaga kedua istilah tersebut.

'Piring Kaca' dan 'Piring Plastik'

Foto: pixabay.com


Mungkin GanSis pernah mendengar, wanita itu seperti barang pecah sedangkan pria seperti piring plastik. Ane yakin, maksudnya udah bisa GanSis tangkap bukan? Seorang pria mungkin hampir tak ada bedanya dalam kondisi fisik sebagai perjaka maupun tidak. Sayangnya, seorang wanita sedikit lebih riskan karena satu harga untuk selama-lamanya. Wajar, apabila terdapat banyak konsep agama memuliakan wanita dengan sekelumit cara berpakaian hingga cara bersikap di lingkungan sekitar. 

Semua itu semata-mata demi menjaga dan memuliakan satu-satunya manusia yang 'memiliki surga' di telapak kakinya.

Bukan berarti seorang pria bisa berlaku seenaknya dengan pergaulan bebas. Tentu saja, ia juga bisa menghadapi pertanyaan yang sama dari pasangannya. Dan bayangkan apabila itu adalah anak perempuan sendiri yang bertanya demikian pada pasangannya. Sungguh tak ada kesanggupan untuk mengatakannya. 

Tekad Menjadi Orang Baik Bisa Mendapatkan Pasangan yang Baik

Foto: pixabay.com


Benar adanya apabila dalam ajaran agama seorang yang baik akan mendapatkan pasangan yang baik pula. Paling tidak, ia akan mendapatkan orang yang telah bertekad menjadi lebih baik. Logikanya, seorang pria yang masih perjaka sangat sedikit kemungkinannya mendapatkan wanita yang sudah tak gadis lagi. Begitu juga seorang pria yang sudah tak perjaka mungkin ia lebih lapang dada menerima wanita yang bukan gadis lagi.

Iya, bisa juga seseorang itu menerima apa adanya. Namun perlu diingat, ketika ada kata 'bisa juga' dalam satu kalimat berarti selalu ada kemungkinan primer yang paling realistis terjadi.

Memang kebaikan seseorang tak semata-mata tergantung pada kedua istilah tersebut, terlebih keperawanan bisa saja terenggut karena kecelakaan atau insiden tak terduga lainnya. Terlepas dari itu, ada logika terbalik sebagai padanannya, "Apakah orang yang melepas keperjakaan ataupun keperawanannya sebelum ikatan pernikahan bisa disebut lebih baik?"

Lantas, bagaimana yang sudah terlanjur? Ya, jawaban terbaiknya adalah kembali menjadi lebih baik tak ada kata terlambat. Bertekad membangun keturunan yang lebih baik. Gak susah kok bertekad jadi lebih baik itu. Perbuatan apapun itu, tinggal tanyakan saja pada hati nurani, "Gimana suasana hati kalau anak sendiri melakukan apa yang akan dilakukan pribadi saat ini?"

Sumber: pendapat pribadi


Quote:
Diubah oleh zankzinkzunk 22-03-2019 08:29
1
2.8K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan