noviarini21Avatar border
TS
noviarini21
Ketika Seniman Kehilangan Sentuhannya
Semua orang tahu dan menyadari Copa America 2019 bisa menjadi kesempatan terakhir bagi Lionel Messi untuk memenangkan sesuatu bersama Argentina. Tetapi nyatanya ia gagal memenuhi impiannya.

Gambar: sportmole.co.uk

Di dunia sepakbola, Messi bisa dikatakan sebagai fenomena ajaib dan langka. Dia diciptakan dengan sepasang kaki super jenius yang mematahkan semua rekor gol tetapi semua itu malah membuatnya menderita dalam tragedi paling menyakitkan di sepanjang karirnya sebagai pesepakbola.

Gelontoran gol Messi sudah tak terhitung jumlah, tetapi layaknya sebuah pepatah sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh jua. Messi juga pada akhirnya kehilangan sengatannya yang menyakitkan bagi para musuh di depan gawang. Dan tahun ini, Copa Amerika menjadi puncak dari tragedi teranyar di antara Messi dan Argentina.



Akan sangat sulit untuk membuat daftar semua catatan rekor dan rentetan gol-gol yang dimiliki Messi dalam dekade terakhir karena ia melalui semua musim dengan cara yang sangat luar biasa. Tetapi ada garis pemisah bahwa siapapun yang mencintai Messi dan Argentina harus puas dengan kenyataan jika Messi belum memenangkan satu pun gelar juara bersama Argentina. Dan hebatnya lagi mereka kehilangan 4 laga final termasuk Piala Dunia 2014.



Ironis memang, sulit untuk memahami, mengapa seorang yang sangat jenius seperti Messi tidak bisa melakukan sesuatu untuk negaranya di turnamen dunia. Dan jika dikatakan bahwa keberuntungan adalah gigitan, itu mungkin adalah nasib Messi yang paling sial.





Gambar: cnnindonesia.com


Tetapi, ketika kita melihat ke pesaing terbesar Messi yakni Cristiano Ronaldo. Mega bintang milik Juventus itu berturut-turut mendapatkan gelar juara Euro 2016 dan National League 2019. Ternyata nasib tidak bisa sepenuhnya dipaksakan terutama bagi orang hebat seperti Messi.



Ronaldo menangis bersama para penggemarnya, sedangkan Messi terus dirundung oleh ketidakberuntungannya. Dan terpaksa menghibur diri sendiri bahwa Ronaldo tetaplah satu langkah di belakangnya. Namun, penggemar punya pendapat lain yang berbeda. Mereka menilai Ronaldo lebih berharga karena memiliki dua gelar bersama Portugal sedangkan Messi tidak pernah memenanginya untuk Argentina.



Di Argentina menjadi tempat untuk menghormati permainan sepakbola yang indah. Tuan rumah bagi penggemar paling gila untuk tim Tango. Dan sesaat sebelum Copa Amerika dimulai, di suatu tempat tersembunyi di Argentina, orang-orang merayakan kemenangan karena bintang Brazil, Neymar tidak dapat memperkuat negaranya karena cedera.



Meskipun Argentina adalah saingan terhebat bagi Brazil, tetapi jelas bahwa mereka lupa Brazil tidak hanya tentang Neymar. Pendukung Argentina lupa, Brazil adalah tempat begitu banyak pemain yang meraih gelar prestisius di Eropa dan Dunia.



Sekali lagi, Argentina salah.



Gambar: kompas.com


Fakta pertama memang menyatakan Brazil telah kehilangan Neymar tetapi bukan berarti mereka akan lemah. Bintang milik PSG itu selama beberapa bulan terakhir sering berjuang dengan cedera kambuhannya. Meski demikian secara tidak sengaja justru Neymar lah yang merupakan titik lemah Brasil.



Tidak adanya Neymar membuat Brasil sekarang bisa bermain kolektif dan membantu mereka menjadi lebih seimbang. Disisi lain Brasil juga diunggulkan karena bermain di kandang sendiri. Maka seluruh anggota tim lebih bertekad untuk berjuang demi menjadi raja di negeri sendiri. Dan untuk Neymar juga.



Kedua, alasan ketidakseimbangan yang pernah terjadi di Brasil pun adalah penyebab yang sama bagi kegagalan Argentina tidak hanya oleh saingan mereka tetapi juga pada diri mereka sendiri. Lionel Messi memang seorang superstar dunia tetapi Argentina masih masuk kedalam kelompok yang heterogen.



Terlalu banyak nama tenar dalam barisan penyerangan mereka dengan kehadiran Sergio Aguero, Paulo Dybala, maupun Martinez disekililing Messi. Namun, itu tidak berlaku pada area lain yang tidak semua penggemar sepakbola mengenal mereka. Intinya, Argentina tidak memiliki keseimbangan yang dibutuhkan dalam lineup mereka.



Gambar: sportbible.com

Dan itu menjadi poin yang membuat perbedaan antara Ronaldo dan Messi saat ini. Portugal bukanlah tim yang kuat bahkan mereka sering dijadikan lelucon bagi negara-negara kuat Eropa lainnya. Tetapi, meski mereka tidak kuat, Portugal memiliki pemain-pemain dengan kualitas setara dalam setiap posisi.



Ronaldo memang masih menjadi pusat akhir permainan Portugal tetapi disamping itu ia memainkan peran dengan dukungan spiritual yang membuat skuat Portugal benar-benar percaya pada kemampuan diri mereka sendiri. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh kapten Argentina, Messi.



Bukti dari dukungan spiritual Ronaldo yang memberikan impak positif adalah saat Final Euro 2016. Dia tidak dapat mencetak gol dan harus duduk karena cedera. Tetapi sesaat sebelum laga berakhir, Ronaldo memberi wejangan berharga bagi Eder yang akhirnya mencetak satu-satunya gol melawan Prancis.



Begitu pula yang terjadi ketika final National League 2019. Ronaldo lagi dan lagi gagal mencetak gol kemenangan, namun pendampingnya, Goncalo Guedes berhasil menceploskan bola untuk mengklaim kemenangan mereka. Tetapi sebelum laga itu, Ronaldo selalu terlihat sendirian untuk membawa Portugal melalui penyisihan grup Euro 2016. Dan dia juga adalah karakter utama ketika Portugal mampu menghempaskan Swiss di semifinal National League.



Artinya, ketika Ronaldo sedang kesulitan, ada individu lain yang tahu bagaimana caranya bersinar diantara kebintangan Ronaldo. Sementara di Argentina, Messi memang telah melakukan segalanya. Tetapi, dia bukanlah dewa. Dan begitu Messi diisolasi dari ritme permainan, Argentina selalu kalah.



Gambar: sepakbola.com


Lionel Messi adalah konduktor utama Argentina di lapangan. Orang-orang disekitarnya pun juga kebanyakan seorang seniman sejati. Tetapi bedanya dengan Portugal, pendamping Messi bermain dengan ketakutan dan segan hanya untuk menebus kegagalan masa lalu dan obsesi gelar untuk Messi. Kaki-kaki yang berbakat itu tidak dapat menunjukkan potensi terbaik mereka saat menjadi pendamping Messi.



Pesaing terbesar Argentina bukan lah Brasil. Begitu pun dengan Messi, Ronaldo bukanlah pesaing terberatnya di kancah sepakbola nasional. Musuh terbesar mereka adalah diri mereka sendiri. Ketika diciptakan sebuah obsesi tentang Ronaldo dan Messi. Maka kita mengetahui, bagaimana cara Messi dan Ronaldo mampu mengatasi tekanan diri mereka sendiri saat bersama klub masing-masing.



Meskipun saat ini semua orang selalu terluka ketika Messi hanya mampu menundukkan kepalanya terus melihat Chile, Jerman, ataupun Brasil untuk mengangkat piala. Atau menjadi tidak berdaya di malam penuh kengerian ketika Barcelona kalah dari Liverpool di Anfield.



Dan tragedi itu terulang kembali di Brasil musim panas ini!





Sumber Referensi:

Pendapat pribadi


Exress.co.uk

Thesun.co.uk, dl

0
1K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan