Evaluasi di Bulan Ramadhan buat Jadi Imam yang Baik

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Evaluasi di Bulan Ramadhan buat Jadi Imam yang Baik

zankzinkzunk

20-05-2019 13:29

Evaluasi di Bulan Ramadhan buat Jadi Imam yang Baik

Foto: pixabay.com

Sebelumnya, ane mau mengucapkan selamat buat GanSis yang masih bertahan di pertengahan bulan Ramadhan ini. Maksudnya masih tahan godaan buat gak makan, gak minum juga gak ngelakuin hal-hal lainnya yang bisa batalin puasa juga pahalanya. Trit kali ini mungkin sedikit mengkerucut bagi Agan Sista yang menjalankan puasa juga punya niat ataupun udah merit.

Setelah berkontemplasi dengan diri sendiri, khususnya buat ane sendiri di bulan Ramadhan ini kudu banget ada yang meningkat sekecil apapun itu. Yang penting bergerak maju, bukan diem di tempat apalagi malah mundur. Dalam trit kali ini akan masuk pada koridor kelayakan dan persiapan seorang pria -khususnya yang muslim- sebagai imam dan calon imam.

Berikut ini hal yang mungkin disepelekan banyak pria ketika berpikir untuk menikah.

Semua orang juga tahu kalau jadi imam rumah tangga pasti harus menafkahi dan hal-hal lain yang berbau materi yang paling sering dibicarakan. Ya, betul banget. Namun, menjadi pemimpin rumah tangga sendiri dituntut mampu membimbing semua anggota keluarganya mulai dari anak, istri, cucu, cicit dan keturunan sepanjangnya. Karena berumahtangga bukan masalah kerangka kehidupan aja, tetapi juga bagaimana seorang imam bisa membentangkan jalan ke surga bagi anggota keluarganya.

Bukan berarti mendahului Sang Penentu Takdir, tetapi memang Sang Pencipta sudah memberikan kerangka jelas bagaimana cara meraih ridla dan surga-Nya. Misalnya, gak usah muluk-muluk, tiap calon kepala keluarga memahami rukun sama batalnya shalat yang bener-bener kayak gimana. Batalnya puasa apa aja, zakat mesti gimana, wajib melaksanakan haji kalau harga udah segimana. Lha, kan bukan ustadz Gan?

Rukun Islam kan wajib tahu dan dipraktekkin sama semua orang yang beragama Islam. Lantas, gimana mau bimbing keluarga kalau sendiri aja belum ngerti batal shalat yang detil kayak gimana. Misalnya, bacaan fatihah sebagai rukun shalat masih belepotan ya kan kagak jadi shalatnya soalnya itu bacaan rukun.

Bayangin aja, seorang cowok berumahtangga ngimamin shalat keluarganya dengan bacaan fatihah (sebagai rukun shalat) masih belepotan. Shalatnya gak jadi, semuanya gak sah jika makmum tidak berniat mufaraqah (satu metode bagi makmum ketika mendengar bacaan imam yang cacat fatihahnya). Jadi imam malah memebawa bencana bagi orang-orang yang dipimpinnya. Bayangkan jika setiap shalat demikian? Setiap hari mengerjakan hal yang sia-sia, berharap surga tapi malah mendapat petaka. Pekerjaan yang melelahkan dan mencelakakan. Lha terus gimana donk?

Tentu saja tak ada hal lain kecuali setiap pria, khususnya beranjak ataupun tengah berkeluarga belajar mengenai hal-hal yang wajib dalam agama, seperti Shalat tersebut. Tak ada alasan bukan ahli agama, tak ada alasan bukan ustadz, tak ada alasan bukan anak kyai. Karena ridla dan surga-Nya tidak hanya untuk para kyai, para ustadz, tetapi juga buat orang-orang biasa yang memiliki tekad belajar dan mengamalkannya dengan konsisten. Selau ada seribu cara untuk mencari alasan, tetapi selalu ada sejuta alasan buat terus belajar.

TS bukanlah sok suci, tetapi berbagi renungan diri pribadi yang disemogakan bermanfaat jika dibagikan dengan orang lain. Jika Agan Sista juga merasa trit ini bermanfaat, tak ada salahnya untuk membagikannya untuk kesadaran bersama. Berbagi tak selalu harus materi, tetapi coretan sederahana juga semoga bisa mencoret segala kesalahan-kesalahan kecil. Mengutip pernyataan seorang ahli ilmu,

Quote:

"Jika kita tak mampu berlomba-lomba dengan orang-orang saleh, maka marilah kita berlomba-lomba dengan jejeran para pendosa yang tengah bertaubat memperbaiki segala kesalahannya."

Ane tahu, beberapa di antara Agan Sista ada yang tak suka membahas hal semacam gini. Tapi mau sampai kapan tidak dibahas? Mau sampai kapan pikiran tak senang dengan perkara seperti ini? Toh faktanya, semua hal di atas akan di hadapi, terkhusus adalah kematian. Mengutip imam al-Ghazali, "yang paling jauh adalah masa lalu, yang paling dekat adalah kematian."

Salam Ramadhan,
Maafin ane atas segala kesalahan....

emoticon-Maaf Agan