desoelAvatar border
TS
desoel
Komplek Perumahan Berdiri di Area Pesawahan


Sebuah Desa dimana saya dilahirkan yang tepatnya di Daerah Tasikmalaya Utara dulu masih sangat asri, masyarakat sekitar melakukan aktivitaas sehari hari seperti bertani dan beternak, adapun pertaniaan yang digarap seperti mengolah sawah, bercocok tanam lainnya seperti jagung, kacang tanah, sayuran lainnya seperti cabai, buncis dan sebagainya, sedangkan peternakan seperti sapi perah dan ayam pedaging, namun kebanyaakan masyarakat mengandalkan mata pencahariannya sebagai petani di sawah dengan mengolah sawah dan hasilnya aakan dijual untuk kebutuhan sehari hari, hal ini tentunya karena memang daerah kami masih sangat terjaga kelestarian airnya yaang masih seimbang untuk kebutuhan pengairan sawah waktu itu.

Masih ingat ketika masih duduk di bangku sekolah Dasar dan jika waktunyaa libur sering pergi ke sawah membawa urek (kail husus untuk mancing belut) dan seingat saya jika sekali pergi ngurek biasanya mendapat banyak belut dengan ukuran lumayan besar, namun beberapa waktu lalu (setelah beberapa tahun lamanya) sempat mengenang masa masa indah tersebut dengan pergi kesawah membawa bekal urek, dengan harapan akan memancing belut dan mendapatkannya dengan jumlah sangat banyak, namun yang terjadi adalah rasa heran campur bengong karena area pesawahan yang dulu sering menjadi tempat mancing belut, kini sudah menjadi sebuah komplek perumahan yang berjejer dengan megah, ya tidak semuanya karena masih ada beberapa area sawah yang masih tersisa, meskipun sedikit langsung di coba mancing dan hasilnya zonk tak dapat satupun belut.



Sempat merasa menyesal karena sebelum pergi ke sawah tak bertanya dulu kepada orang rumah terkait kondisi pesawahan saat ini, namun ya karena sudah terlanjur berada di lokasi bekas pesawahan akhirnyaa terus melanjutkan mencari sawah yang tersisa untuk maancing belut, yang menjadi pertanyaan waktu itu adalah bagaimana bisa lokasi yang dulunya banyaak terdapat belut kini mendapatkan satu pun tidak, sempat berfikir mungkin karena sudah lama taak mancing jadi lupa mencari lubang belutnya, lupa bentuk dan cara mancingnya, namun ya masa lupa sih?? karenaa jelas jelas dulu agk jago juga dalam hal mancing belut, yaa sudahlah kesimpulan dalam otak ane mungkin sudah habis belutnya jadi gak ada stupun yang mau makan umpan. Mungkin 4-6 tahun gak pergi kesawah di Desa karena memang kini tinggal di Luar kota.

Kejadian tersebut sempat menjadikan ane bengong, namun tak lama karena rasa jenuh tak dapat satu ekor belutpun maka ane putuskan untuk pulang saja ke rumah Orang Tua, sesampainya di rumah ane di tanyaa habis dari mana, habis ngaapain? ya jawab saja seadanya bahwa ane habis ngurek belut di sawaah namun ko sawahnya sudah jarang kebanyakan bangunan perumahan, jawaban tersebut membuat orang rumah tertawa terbahak bahak dengan nada sambil mengejek dan berkata : Ngapain ngurek di perumahan, emang ada belut di perumahan?? wkwkwk, ane terdiam dan sedikit kesal, kenapa ya mereka gak ngasih tau, tapi ane sadar karena emang pergiya gak bilang bilang sih jadi mereka gak tau apa yang akan dilakukan ane seharian.

Setelah kejadian tersebut maka tak disangka pengalaman ngurek zong tadi menjadi sebuah topik perbincangan antar keluarga, yang intinya kini kebanyakan masyarakat sekitar lebih mengandalkan mata pencahariannya sebagai pedagang dan peternak, hanya sedikit saja yang masih bertahan bertani dan punya kesempatan mengolah ladang dan sawah, hal ini menjadikan ane kebanyaakan bengong mendengarkaan cerita cerita tersebut, alasan kenapa lebih memilih beralih profesi dan menjual lahan garapan tani diantaranya adalah harga pupuk yang mahal, sulitnya mendapatkan harga hasil tani tinggi yang tak sebanding dengan biaya pengolahan lahan, kemudian ahir ahir ini katanya sebelum berhenti mengolah sawah, sempat mengalami kekeringan di sawah padahal dulu gak pernah tuh namana kering meskipun kemarau panjang, aneh ya, mungkin karena beberapa perubahan struktur alam dengan banyaknya bangunan atau hutan tidak bayak lagi ya.



Beberapa permasalahan di ataslah yang menurut ane merupakan awal mula perubahan area pesawahan menjadi komplek perumahan, dari hasil obrolan ane menyimpulkan bahwa mungkin karena awalnya ada satu dua pemilik sawah yang menjualnya untuk dijadikan area perumahan umum, yang akhirnya petani yang sedang dilanda kesulitan air dan permasalahan sulitnya menjual haasil panen dengan harga tinggi ditambah biaya pengolahan lahan yang mahal menjadi sebuah celah baru untuk lbih memilih menjual lahan dan sawah daripada harus melanjutkan mengolahnya, meskipun sempat ada beberapa orang yang bertahan tidak menjualnya, namun karena posisi tanah sudah terhimpit dikelilingi oleh lahan yang akan dibangun komplek maka aakhirnya mau tidak mau haarus menjualnya, karena jika dipertahankan sekalipun akan kesulitan akses ke lokasi sawah.



Masalah adanya kekurangan air untuk irigasi sawah ane rasa itu dakibaatkan karena sudah mulai dibangunnya beberapa bagunan komplek sehingga pasokan air yang bisanya lancar langsung ke sawah harus di bagi dengan resapan sumur di komlplek, masuk akal juga ya dan pemikiran lainnya mungkin saja kaarena banyak hutaan dan pohon yang dulu berjejer mengelilingi pesawahan kini sudah hampir punah, mungkin saja inilah salahsatu penyebabnya, namun apakaah ada penyebab lainnya ?? ah ane tak tau yang jelas mungkin hanya itu pendapat berdasarkan pemikiran ane yang serba tidak bisa ini.

Saat ini keadaan masyarakat di daerah ane sudah jarang yang masih melakukan penggarapan sawah dan ladang dan memilih mengambil profesi lain, ya wajar sih jika mengambil keputusan demikian karena memang sulit menjual hasil panen denggan haga mahal hanya akan menimbulkan kerugian di setiap musim panen, belum lagi ditambah mahalnya harga pupuk, kesulitan air dan sebagainya. Dari sini mungkin pemerintah harus memperhatikan kondisi ini karena jika semuanya tidak melakukan pertanian lalu dari siapa kita akan mendapat hasil tani, masa semuanya harus mendatangkan dari Negara lain, ironi sungguh nasib ini jika dulu bisa menjual beras dan padi dengan harga murah kini haarus membeli beras dengan harga mahal untuk makan.

Beberapa alasan di atas tak membuat ane merasa puas, kaarena yang di alami ketikaa maancin belut bukan haanya sudah berubah area saah menjadi komplek, tapi juga ko gak dapat satu ekorpun belut, padahal jika banyak belutnya atau populasi kehidupan di sawah menandakan bahwa air di pesawahan masih belum tercemar, namun dengan kejadian tersebut membuat ane berpikir apa mungkin banyak yang mengambil belut dengan cara meracunnyaa?? atau sungai yang mengairi sawah sudah banyak tercemar sehingga sulit untuk belut bertahan hidup disana, ah sudahlah.

Sekian, mohon maaf jika ada salah kata dan penulisan.

Sumber Gambar DISINI
Richy211Avatar border
anasabilaAvatar border
GrestaAvatar border
Gresta dan 3 lainnya memberi reputasi
4
382
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan