AdelineNordicaAvatar border
TS
AdelineNordica
Teror Wanita Penunggu Gunung Gosong. Ngeri!







Bau amis bercampur daging terbakar menyergap penciuman. Hawa dingin seketika menerpa tubuhku. Meremangkan bulu-bulu di sekitar tengkuk dan tangan. Derik jangkrik dan suara hewan malam seketika lenyap di telan gelap.  Suara serak menggelitik gendang telingaku.


Ia berbisik hampir seperti desau angin, "Ti-an, temani a-ku ...."


Kata-kata itu seketika menghentikan aliran darah. Degup jantung seakan berlomba dengan tarikan napas. Aku terdiam seketika meski otak memerintahkan kakiku untuk berlari. Keringat dingin mulai bercucuran. Penuh rasa takut kupalingkan wajah dan kusorotkan senter ke belakang.


Wajah pucat dengan rongga mata hitam pekat menatapku. Tidak! Kedua bola matanya sudah tercongkel dari sana. Separuh wajahnya dipenuhi belatung dengan nanah yang terus mengucur. Bibirnya robek hingga mendekati lubang hidung. Darah merembes dari sudut mulutnya. Rambutnya kusut masai. Bau busuk dan amis tadi berasal dari dua larik itu. Ia tersenyum ke arahku lebih tepatnya menyeringai.


Seketika kurasakan bumi berputar. Suaraku tercekat di kerongkongan. Kedua tangan gosongnya memelukku kuat. Sesak! Meronta pun percuma. Ia mendekap perlahan lalu semakin kuat. Hingga terdengar bunyi 'krak!' dari tulang punggungku. Mulut berdarah itu mendekati ujung telinga. Wanita bergaun merah sudah siap melahap leherku.





"Tolooong!"


Aku terbangun dengan napas ngos-ngosan. Keringat sudah membanjiri baju kausku. Gery, teman satu tenda ikut terbangun. Mungkin terkejut mendengengar teriakanku.


"Kamu kenapa, Tian? Mukamu pucat sekali?" tanyanya mengamati wajahku, tapi ia tidak beringsut dari pembaringan.


"Gak apa-apa, Ger." Aku lekas menggeleng. Besok saja kuceritakan kalau ada waktu. Lagipula ini hanya mimpi.


"Beneran? Gak apa-apa, tapi tadi pakai teriak segala."


"Serius!" jawabku berbohong seraya membenahi selimut. Aku pura-pura menguap berharap Gery percaya kalau aku akan kembali tidur.


"Ya, udah tidur lagi. Ini masih jam dua pagi. Siapkan tenaga untuk kegiatan kita selanjutnya." Pria berambut gondrong itu melihat arlojinya sekilas lalu menepuk bahuku. Ia kembali melanjutkan tidurnya yang tertunda.


Sementara aku bersusah payah memejamkan mata. Bayangan wanita di dalam mimpi tampak jelas. Bentuk wajahnya yang menyeramkan membuatku bergidik. Menggelengkan kepala berkali-kali agar sosoknya terlempar dari pikiran. Akhirnya kantuk itu datang dan aku tertidur.

***


Sehari sebelumnya. Pukul tujuh pagi kelompok Kuliah Lapangan Geologi (KLG) 3 sudah bersiap di depan tenda. Tim kami terdiri dari sembilan orang. Seorang dosen pembimbing, tujuh mahasiswa, dan seorang penduduk setempat.


Di sinilah aku bersama yang lainnya, Gunung Gosong. Dijuluki gosong karena beberapa puluh tahun silam di gunung ini pernah terjadi kebakaran hebat. Selain menyimpan pesona keindahan alamnya, ia juga menyimpan hal-hal mistis. Penduduk di sekitar lereng percaya kalau di tempat ini masih banyak penunggunya.






Aku sebenarnya tidak terlalu percaya hal demikian. Sebelum mendaki, kami sudah diwanti-wanti Pak Arman–pemandu perjalanan untuk tidak melakukan hal-hal aneh. Seperti tidak membakar terasi, berkata kasar dan kotor, membuang sampah sembarangan, bersiul nyaring, menyenter saat malam hari ke atas pepohonan, dan pantangan lainnya. Jika melanggar akan ada kejadian aneh yang dialami pendaki.


Ok, untuk hal lain masih bisa masuk di akal, tapi untul bersiul yang sudah menjadi kegemaranku apa hubungannya dengan memanggil setan? Aneh!


Siang merangkak sore. Aku dan anggota lain sudah berada di pos dua untuk berhenti sejenak. Pepohonan lebat saling melengkung satu sama lain. Menutupi sinar matahari yang tengah terik-teriknya. Udara di dalam pun lebih sejuk dan lembab.



Imam, pemegang peta dan Gery, pembawa GPS sudah di posisi masing-masing. Tugasku mencatat koordinat di tempat kami berhenti. Dosen dan temanku yang lainnya masih mengamati beberapa contoh bebatuan, tak jauh dari posisiku.


"Eh, bentar dulu. Aku pengen kencing nih," kataku seraya menyerahkan alat tulis ke Imam.


"Jangan lama-lama. Ingat permisi dulu kalau mau buang hajat," teriak Imam saat aku sudah berlari ke salah satu pohon di dalam hutan.


"Cerewet!" gerutuku ketika sampai di pohon. Tidak mengindahkan kata-katanya. Aku bersiap membuka resleting. Lepas sudah hal yang tertahan satu jam tadi.





"Ah, lega ...." Aku bersiul-siul girang menikmati sensasi kelegaan. Tiba- tiba sebuah benda mengalihkanku.


"Eh, bagus juga nih batu." Mataku tertuju pada batu sebesar kelereng berwarna hijau. Benda itu berpendar berada di tumpukan batu-batu sebesar kepalan tangan. "Sepertinya batu ini mengandung zat fosfor," kataku.


"Tian, cepetan! Dicari Pak Dosen nih!" teriak Gery dari kejauhan.


"Sebentar!" teriakku lalu bergegas menghampiri mereka. Sempat kulihat sekelebat sosok wanita di antara rimbun pepohonan. Aku berhenti sebentar, tapi ia sudah raib entah ke mana. Angin dingin menelusuk ke arah tengkukku. Ah, apa hanya penglihatanku saja yang salah.

***


"Mam, geser ke sana napa? Sempit nih!" omelku masih dengan mata terpejam. Gerakan Imam membuat tidurku terganggu. Kusikut tubuh pria berambut keriting di sebelahku.


Bukannya makin melapangkan ruang. Imam justru merangkulku dengan erat. Bau badannya membuat perutku mual. Jangan-jangan ia tidak mandi seharian ini.


"Ampun, dah. Geser ke sana napa! Deketan Gery." Aku jengkel setengah mati menghadapi Imam.


Aroma busuk semakin menusuk hidungku. Aku pusing tak karuan. Akhirnya kubuka mata dan ingin memarahinya, tapi ....


Sesosok wanita bergaun putih di menganga ke arahku. Jelaga sudah memnuhi bahunya yang penuh robekan. Wanita persis di mimpiku semalam. Mataku melotot. Kantukku hilang dalam sekejap. Degup jantungku tak karuan. Kami masih di posisi berbaring dengan saling berhadapan. Aku sampai menahan napas ketika menghirup aroma tubuhnya.


Otot-otot wajahku mengejang ketika kuku runcingnya menelusuri wajahku. Perlahan dari kening, pipi, dan berakhir di bibirku.


Seperti badanku kaku. Di dalam hati aku berontak sekuat mungkin. Hingga saat aksinya ingin menusuk bola mata kiriku, teriakan itu lolos juga.

"AAAA!"


"Yan, Tian. Sadar woii!" Kurasakan Gery menepuk-nepuk wajahku.


Iman, Pak Dosen dan lainnya datang dari tenda lain. Mereka mulai mengerubungi dan sibuk menenangkanku. Badanku sudah menggigil dan suhu tubuh meninggi. Rasanya setengah nyawaku pergi. Wanita mengerikan itu tadi membawa efek luar biasa bagi tubuhku. Terakhir yang kuingat semua menggelap.


***




Setelah demam selama dua hari, aku tak banyak bicara. Aku takut sosok mengerikan itu muncul sewaktu-waktu. Pergi ke manapun tak berani sendiri. Semua kejadian aneh tiga hari lalu membuatku membuka suara dihadapan dosen dan teman-teman lainnya. Pak Arman selaku warga setempat akhirnya memintaku untuk jujur, apa yang telah kulakukam di Gunung Gosong.


Sebuah batu hijau pupus kukeluarkan dari ransel. Kulihat raut wajah Pak Arman sedikit terkejut. Ia menarik napas pelan dan berkata, "Sebaiknya Nak Tian kembalikan batu ini ke tempat asalnya. Seharusnya kamu tidak melanggar pantangan selama kegiatan."


Aku mengangguk. Meminta maaf sudah bersikap jemawa dan berjanji mengembalikan batu tersebut. Begitupun Pak Dosen, beliau sepertinya kecewa dengan sikapku yang semberono. Rupanya tak hanya aku, Imam dan Gery sempat diganggu ketika sedang duduk di bawah pohon saat akan menghidupkan api unggun. Untungnya hanya selintas. Tak seperti gangguan hebat yang kualami.


Siang hari kami sudah bersiap untuk pulang. Kami berpamitan dengan Pak Arman dan warga pemandu. Kelompok lain sudah masuk satu per satu ke dalam bus. Tinggalah aku di posisi terakhir. Saat kaki kanan menaiki bus, angin dingin menerpa tubuh. Dari belakang bus kulihat sebuah wajah menyembul di sana. Ia tersenyum seraya melambaikan tangan berkuku runcing ke arahku. Bau gosong bercampur busuk kembali memenuhi hidung.(*)


19 September 2019
Adeline Nordica.


*Cerita di atas hanya fiksi.

Sumber foto 1 2 3 4

Quote:
Diubah oleh AdelineNordica 25-10-2019 09:11
someshitnessAvatar border
milktoasthoneyAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 33 lainnya memberi reputasi
34
8.8K
112
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan