inal74Avatar border
TS
inal74
FENOMENA PLEOMORPHISM: Dulu Dibantah Oleh Louis Pasteur



Pada tahun 1850-an, dunia ilmu Biologi, khususnya mikrobiologi, “terbelah” dalam 2 mazhab pemikiran, yaitu: mazhab Monomorphismdan mazhab Pleomorphism. Monomorphism memandang bahwa setiap sel bakteri berasal dari sel yang ada sebelumnya dengan bentuk dan ukuran yang sama, sehingga tidak mungkin berubah bentuk. Sementara itu, Pleomorphism memandang bahwa bakteri memiliki kemampuan untuk mengubah bentuk tubuh atau ukurannya sebagai respon terhadap kondisi lingkungannya. Maksudnya, suatu organisme memiliki lebih dari satu bentuk tubuh dalam satu siklus kehidupan. Sebagai contoh: bakteri berbentuk batang bisa berubah menjadi bakteri berbentuk bulat. Pendukung mazhab pleomorphism berpendapat bahwa bakteri bisa berubah menjadi bentuk yang lebih kecil, bahkan hingga tidak bisa terlihat oleh mata. Dengan kata lain, berdasarkan hasil penelitian mereka, para ilmuwan pendukung mazhab pleomorphism membangun suatu teori bahwa mikro organisme bisa mengubah ukuran dan bentuk tubuhnya tergantung dari kondisi kesehatan dari organisme tempat dimana mikro organisme tersebut hidup di dalamnya. Mikro organisme ini mereka namakan Microzyma. Di sisi lain, pendukung mazhab Monomorphism menentang teori pleomorphism ini. Ilmuwan yang menjadi tokoh monomorphism adalah Profesor Louis Pasteur (penemu vaksin rabies dan proses pasteurisasi yang terkenal itu), sedangkan ilmuwan yang menjadi tokoh pleomorphism adalah seorang profesor bidang fisika, kimia dan toksikologi bernama Pierre Jacques Antoine Bechamp. Semasa hidupnya, dua tokoh ini sama-sama mengajar di Universitas Strasbourg, Perancis.


Mazhab Monomorphismmerupakan pondasi bagi lahirnya Germ Theory, yaitu teori yang menyatakan bahwa manusia jatuh sakit disebabkan oleh kuman. Jadi, untuk menyembuhkan manusia yang sakit dan memberantas penyakit adalah dengan membunuh kuman. Sedangkan mazhab Pleomorphism merupakan pondasi bagi lahirnya Terrain Theory, yaitu teori yang menyatakan bahwa manusia jatuh sakit bukan disebabkan oleh kuman, karena kuman itu ada dimana-mana, dan bahkan ada di dalam tubuh manusia. Jatuh sakitnya manusia terjadi ketika adanya kerusakan jaringan di dalam tubuh manusia, sehingga sistem kekebalan tubuh terganggu. Akibatnya, kuman akan menjelma menjadi gejala umum dari sebuah penyakit. Oleh sebab itu, Pleomorphism memandang bahwa untuk menyembuhkan manusia yang sakit, bukanlah membunuh kumannya (dan kuman tidak pernah merusak jaringan di dalam tubuh manusia), tapi perbaikilah jaringan yang rusak di dalam tubuh untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh dengan cara diet, higienis, dan bergaya hidup sehat.

Para pendukung mazhab Pleomorphismtakjub dengan kenyataan bahwa ketika suatu organisme mengalami kejadian yang cukup serius mempengaruhi organisme tersebut, microzyma yang ada di dalam organisme itu mulai bergerak menjadi hancur secara total, namun pada saat yang bersamaan masih terus bertahan hidup. Sebagai bukti kemampuan bertahan hidup seperti itu, para pendukung mazhab Pleomorphism telah menemukan mikrozyma di dalam tanah, rawa, jelaga terobong asap, debu jalanan, udara dan air. Namun penolakan pendukung mazhab Monomorphism terhadap Pleomorphism terus terjadi hingga akhirnya, entah kenapa, buku-buku yang membahas tentang Pleomorphism dimasukkan dalam Index Librorum Prohibitorum (indeks buku-buku yang dilarang oleh gereja katolik) pada tahun 1876. Akibat pelarangan ini, Monomorphism pun menjadi satu-satunya mazhab dan teori yang diterima dan dipelajari oleh para ilmuwan mikrobiologi masa kini.

Meski begitu, seiring dengan bergulirnya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan modern khususnya di bidang mikrobiologi berkata lain. Lambat laun Pleomorphismmulai diakui kebenarannya. Pada tahun 1914, seorang ahli bakteri dari Pasteur Institute menegaskan bahwa Pleomorphism ternyata benar dan bisa terjadi. Dalam makalah yang dipresentasikan di New York Academy of Sciences pada tahun 1969, Dr. Virginia Livingston dan Dr. Eleanor Alexander-Jackson menyatakan bahwa sebuah mikro organisme tunggal kanker memang ada. Dua ahli ini lebih lanjut memaparkan bahwa alasan mengapa para peneliti kanker tidak bisa mendeteksinya karena mikro organisme kanker tersebut telah berubah bentuk alias melakukan Pleomorphism. Kemudian pada tahun 2002, 10 orang ilmuwan mikrobiologi dari Kanada dalam hasil penelitian mereka mengatakan: In our search for spirochetes involved in Alzheimer's disease, we observed pleomorphic bacteria in the blood of healthy human subjects by dark-field microscopy. This was a surprising finding since it is generally acknowledged that the bloodstream in healthy humans is a sterile environment except when there is a breach in the integrity of the tissue membranes.

Ternyata, di jaman sekarang pun telah banyak ilmuwan mikrobiologi yang mulai “melirik” kembali Pleomorphism. Hal ini kemungkinan karena 2 alasan: pertama, Pleomorphismadalah sebuah mazhab yang layak untuk dipelajari seperti halnya Monomorphism. Kedua, kredibilitas Pierre Jacques Antoine Bechamp layak disejajarkan dengan kredibilitas Louis Pasteur.

Sumber:
R.B Pearson, The Dream and Lie of Louis Pasteur.

McLaughlin, Richard W.; Vali, Hojatollah; Lau, Peter C. K.; Palfree, Roger G. E.; De Ciccio, Angela; Sirois, Marc; Ahmad, Darakhshan; Villemur, Richard; Desrosiers, Marcel; Chan, Eddie C. S., "Are There Naturally Occurring Pleomorphic Bacteria in the Blood of Healthy Humans?", Journal of Clinical Microbiology, USA, December 2002.

Walter Last, PLEOMORPHIC MICROBES: The Hidden Cause of Cancer and Autoimmune Diseases, Nexus New Times Magazine, Volume 19 Number 1, Australia, December 2011-January 2012.


0
3.7K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan