gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Depresi 1920-21, Roaring Twenties, dan Depresi Besar 1930-an



29 Oktober 1929, 90 tahun silam, sebuah bencana ekonomi yang akan menjadikan 1930-an sebuah dekade penuh nelangsa dan akhirnya membuka jalan menuju Perang Dunia II mencapai klimaksnya. Hasil dari boomingperekonomian selama delapan tahun mencapai titik leburnya. Sejarah kini mencatat peristiwa itu seperti Black Tuesday. Akar dari problem ini dapat ditelusuri hingga sembilan tahun sebelumnya, saat sebuah periode depresi singkat berlangsung.

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Latar Belakang

Tentara AS yang kembali dari perang di Eropa, 1919. Penambahan 1,5 juta tentara ini ke angkatan kerja sipil membuat persaingan kerja semakin ketat dan menjadi salah satu faktor penyebab Depresi 1920-21.

Setelah Perang Dunia I berakhir, ekonomi AS mengalami transisi dari ekonomi masa perang ke ekonomi masa damai. Permintaan persenjataan, penopang utama peningkatan produksi manufaktur AS dan perekonomian yang bertumbuh selama perang, berhenti.

Penurunan tingkat produksi memiliki konsekuensi pengurangan jumlah tenaga kerja yang terserap dan mengetatkan persaingan untuk mencari kerja.

Persaingan di angkatan kerja pun bertambah ketat dengan masuknya tenaga kerja baru dari veteran Perang Dunia I yang kembali ke kehidupan sipil. Pada 1918, ada 2,9 juta orang yang bertugas di militer AS. Tahun 1919, angka ini menurun ke 1,5 juta dan tahun berikutnya menjadi 380 ribu. Ini berarti, dalam kurun 2 tahun, ada 2,52 juta tentara yang kembali masuk ke angkatan kerja. Pada 1920 saja, ada 1,6 juta tenaga kerja baru ke angkatan kerja AS. Dengan industri yang melesu dan tidak dapat menyerap kelebihan tenaga kerja tersebut, jumlah pengangguran pun meningkat. Serikat buruh juga mengalami pelemahan.

Petani, yang pada masa perang mendapatkan penghasilan besar dari diserapnya produk mereka oleh pemerintah untuk dikirim sebagai konsumsi tentara di garis depan di Eropa, kini harus menghadapi keadaan baru. Pemerintah tak lagi membeli produk mereka dalam jumlah besar karena perang sudah berakhir. Harga produk pertanian menurun, begitu pula penghasilan para petani. Mereka juga terbebani dengan utang yang mereka ambil pada periode booming pertanian untuk membeli mesin terbaru untuk membantu menggenjot produksi guna memenuhi permintaan. Ini pun membuat sektor pertanian mengalami periode suram sepuluh tahun lebih awal dan lebih lama dari sektor ekonomi lainnya di AS.

Masyarakat dan kaum bisnis juga berekspektasi bahwa harga-harga secara umum akan menurun dan ini menjadi faktor penghambat konsumsi dan investasi.

Federal Reserve juga membuat kebijakan yang menyulitkan bisnis dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan sebagai respon terhadap inflasi pada periode Perang Dunia I dan tahun-tahun setelahnya. Pada Desember 1919, tingkat suku bunga acuan dinaikkan dari 4,75 persen menjadi 5 persen. Sebulan kemudian, angka ini dinaikkan ke 6 persen dan pada Juni ditingkatkan ke 7 persen. Ini tentu membuat bisnis sulit memperoleh kredit.

Standar Emas yang masih diterapkan AS saat itu juga berpengaruh. Pada masa perang, penciptaan kredit dan uang kertas meningkat drastis. Setelahnya, para nasabah mulai menukar uang kertas mereka ke emas untuk mengamankan nilai aset mereka. Ini pun membuat jumlah uang beredar menurun beriringan dengan turunnya simpanan emas bank sentral.

Kombinasi hal-hal di atas memicu periode resesi selama 18 bulan, berlangsung dari Januari 1920 hingga Juni 1921. Pada periode tersebut, menurut Departemen Perdagangan AS, tingkat produksi menurun 6,9 persen, tingkat harga menurun 18 persen, dan Produk Nasional Bruto menurun 6,9 persen.

Ini berdampak pada popularitas Presiden Woodrow Wilson. Wilson, yang saat itu telah sakit-sakitan dan gagal membuat AS bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa, bereaksi terhadap resesi dengan memotong anggaran belanja sebesar 20 persen dari 1920 ke 1921. Ini pun membuat pemerintah AS mencatat surplus anggaran belanja sebesar 509 juta dolar AS, meski pendapatan pajak menurun 16 persen pada saat yang sama, dan memungkinkan pemerintah AS mulai membayar utang yang dibuat pada masa Perang Dunia I. Kebijakan ini tidak populer di masyarakat karena membuat pertumbuhan ekonomi tetap mandek. Ini pun memungkinkan Warren Harding dari Partai Republik untuk memenangi kursi kepresidenan pada pilpres tahun 1920. Harding pun membuat kebijakan pemotongan tarif pajak untuk menstimulus kembali perekonomian. Tarif pajak untuk golongan berpenghasilan tinggi dipangkas, namun skema tarif pajak progresif dipertahankan. Anggaran belanja juga dipangkas dan ukuran pemerintah federal (jumlah pegawai federal) dikurangi.

Roaring Twenties

Suasana pesta di Amerika pada era Roaring Twenties. Setelah kegelapan memayungi selama setahun pada masa Perang Dunia I, Amerika menghadapi masa depan yang cerah di era 1920-an, setidaknya sampai 1929.

Periode depresi singkat Ini pun berakhir dan diikuti periode booming ekonomi di AS yang disebut Roaring Twenties. Periode ini berlangsung dari 1921 hingga 1929. Pada periode ini, ekonomi AS bertumbuh pesat. Kekayaan nasional meningkat 2 kali lipat.

Produksi barang konsumsi rumah tangga seperti pesawat radio meningkat pesat dan segera menjadi terjangkau bagi banyak orang di Amerika. Pada akhir 1920-an, 12 juta rumah tangga di AS memiliki perangkat radio sendiri. Kegiatan seperti menonton pertandingan baseball, menonton film, ataupun mendengarkan siaran radio menjadi hal yang umum dilakukan masyarakat perkotaan Amerika untuk mengisi waktu senggang.

Berlibur ke tempat jauh pun menjadi lebih mudah dengan terjangkaunya mobil. Untuk membeli mobil Model T produksi Ford hanya memerlukan 260 dolar AS pada 1924 (setara 3.603,64 dolar AS pada 2019). Ini masih ditambah dengan skema kredit yang membuat mobil semakin mudah diperoleh. Tak heran bila pada 1929, satu dari lima orang di AS memiliki mobil sendiri. Pertumbuhan pengguna mobil pun turut menumbuhkan usaha pendamping, misalnya pom bensin dengan layanan ekstra seperti restoran.

Dari sisi kebudayaan, musik jazz dan gaya bangunan Art Deco mendominasi era ini. Era ini juga kerap disebut sebagai Era Jazz.

Di pasar saham, terjadi euforia terhadap ekonomi yang melaju pesat. Orang-orang melirik saham sebagai bentuk baru tabungan dan investasi. Sebagian difasilitasi oleh keringanan pajak, sebagian oleh kredit perbankan yang murah. Indeks Dow Jones meningkat pesat selama periode ini, dari 63 pada Agustus 1921 menjadi 381 pada September 1929. Kredit yang mengucur deras untuk investasi saham ini nantinya akan menjadi masalah pelik bagi perbankan dan perekonomian AS.

Namun, era ini juga memiliki sisi gelapnya.

Sektor pertanian mengalami stagnasi karena penduduk desa banyak yang melakukan urbanisasi untuk mencari peruntungan yang lebih baik di kota dan karena turunnya harga produk pertanian akibat kelebihan produksi. Mereka juga terbebani oleh utang dan sebagian terpaksa menjadi petani penggarap untuk tuan tanah.

Amendemen ke-18, disahkan pada 1919 dan berlaku efektif per 16 Januari 1920, melarang produksi dan penjualan minuman dengan kadar alkohol melebihi 0,5 persen. Meskipun demikian, amendemen ini tidak melarang orang untuk mengonsumsi minuman keras. Segera, orang pun berusaha menumpuk persediaan minuman keras sebelum amendemen ini berlaku. Yang tidak bisa melakukannya harus berurusan dengan para pengecer minuman keras bawah tanah, yang tentu saja ilegal, ataupun kelompok mafia, yang menyediakan akses ke minuman keras yang tak mungkin didapatkan secara resmi di bar.

Kekerasan dan perilaku diskriminatif terhadap kelompok kulit hitam masih jamak terjadi. Pada 31 Mei hingga 1 Juni 1921, terjadi kerusuhan dan pembantaian di Tulsa, Oklahoma. Sekumpulan orang kulit putih menyerang kawasan pemukiman dan bisnis milik orang kulit hitam di Greenwood, Tulsa, yang dijuluki "Black Wall Street" karena daerah ini dihuni orang kulit hitam yang hidup mapan, tidak seperti kebanyakan orang kulit hitam di AS. Peristiwa ini disebabkan oleh dugaan pelecehan seksual oleh seorang pria kulit hitam pada seorang wanita kulit putih yang bekerja sebagai operator lift. Berita ini dimuat dalam sebuah surat kabar dan segera memancing kemarahan orang-orang kulit putih. Mereka menyerang pemukiman orang kulit hitam. 1.256 rumah rusak dan 215 rumah lainnya dijarah.

Organisasi supremasi kulit putih, Ku Klux Klan, bertumbuh kuat dan melancarkan aksi diskriminasi dan persekusi terhadap etnis minoritas, termasuk orang-orang kulit hitam.

29 Oktober 1929

Sebuah keluarga sedang beristirahat di depan mobil mereka di California, 1935.

Pada 1929, ekonomi AS sedang berada dalam fase overheating. Spekulasi berlebihan di pasar saham membuat harga saham melambung tinggi. Namun, ini tidak mencerminkan sepenuhnya keadaan ekonomi secara real. Ini pun memicu kondisi gelembung ekonomi, yang suatu saat pasti akan meletus.

Pada 3 September 1929, pasar saham mencapai rekor tertingginya setelah mengalami market bullish selama 8 tahun dengan kenaikan 396 persen sejak mencapai level nadir pada 1921. Pada September, harga saham mulai menurun. Penurunan berlanjut pada Oktober. Kejatuhan dimulai pada 18 Oktober dan mencapai puncaknya pada 24 Oktober 1929 yang dikenal sebagai Black Thursday. 12,8 juta lembar sahan diperdagangkan pada hari itu. Jumlah besar dari saham yang diperdagangkan ini tak lepas dari arus besar investor yang melakukan penjualan saham secara massal karena kekhawatiran bahwa kerugian akibat penurunan harga saham akan mereka alami. Benar saja, harga saham di Wall Street terjun bebas hari itu. Pada pembukaan perdagangan hari itu saja, indeks acuan sudah anjlok 11 persen. Begitu banyaknya saham yang diperdagangkan hingga mesin pencatat perdagangan tak mampu mencatat semuanya secara langsung dan informasi perdagangan yang dimiliki investor terlambat beberapa jam dari yang sedang terjadi menambah kepanikan dan kebingungan investor.

Investor dan bankir investasi besar berusaha mengatasi kepanikan dengan membeli saham dalam jumlah besar. Harga saham memang naik untuk sementara waktu. Namun, mereka kembali turun tajam pada 28 dan 29 Oktober 1929 yang dikenal sebagai Black Monday dan Black Tuesday. Pada 28 Oktober, indeks Dow Jones anjlok 12,8 persen dan pada 29 Oktober kembali merosot 11,7 persen. Upaya untuk meredakan kepanikan pasar oleh investor besar seperti Rockefeller dengan membeli saham dalam jumlah besar tidak berhasil mengembalikan kepercayaan pasar. Dalam 2 hari tersebut, nilai kapitalisasi pasar saham sebesar 30 miliar dolar AS (setara 440,76 miliar dolar AS pada 2019) lenyap. Ini adalah jumlah yang sangat besar kala itu. Sebagai perbandingan, anggaran belanja pemerintah AS tahun 1929 hanya 3,127 miliar dolar AS. Indeks Dow Jones mencapai level nadir pada 8 Juli 1932 dan butuh waktu lebih dari 25 tahun, sampai November 1954, bagi Dow Jones hanya untuk kembali ke posisi tanggal 3 September 1929.

Kemerosotan ekonomi pun melanda AS. Karena banyak investasi sahan gagal, beberapa bank mengalami insolvensi karena kredit macet sebab orang tak bisa memperoleh kembali investasinya bahkan untuk sekadar melunasi utangnya. Beberapa bank tak bisa menyediakan uang tunai bagi nasabahnya yang ingin melakukan penarikan tunai dan menutup kantornya. Apalagi kala itu, belum ada jaminan terhadap simpanan nasabah apabila bank dilikuidasi (penjaminan simpanan baru dimulai pada masa pemerintahan Franklin Delano Roosevelt) sehingga membuat orang ketakutan bahwa simpanannya akan lenyap bersamaan dengan runtuhnya bank.

Karena pasar saham jatuh, banyak orang membeli emas. Karena AS saat itu masih menerapkan Standar Emas, orang pun menukar dolar AS (yang masih menjadi uang komoditas yang dijamin emas sebagian) dengan emas yang harganya meningkat. Karena ini pula, jumlah uang yang bisa dicetak terbatas. Sebelum 1933, berdasarkan The Federal Reserve Act 1913, 40 persen dari jumlah uang yang dicetak The Fed harus disokong emas. Maka, jumlah uang yang dapat dicetak The Fed hanya dapat mencapai maksimal 250 persen dari nilai dolar ekuivalen dari cadangan emas yang dimiliki. Misalnya, The Fed memiliki cadangan emas sebesar 1 miliar ons emas dengan harga emas ditetapkan sebesar 20,67 dolar AS per ons. Maka, dengan cadangan emas senilai 20,67 miliar dolar AS, jumlah uang beredar yang dapat dicetak The Fed adalah sebesar 51,675 miliar dolar AS. Ini pun membatasi kemampuan The Fed menstimulasi ekonomi.

Nilai dolar AS pun menurun dan membuat The Fed mengetatkan kebijakan moneter dan mengurangi suplai uang, memperburuk keadaan dan membuat Depresi Besar berlangsung cukup lama. Karena suplai uang menurun, pabrik mengurangi kapasitas produksi dan mengurangi karyawan. Terjadilah peningkatan jumlah pengangguran di AS. Dari 4 juta pada 1930 menjadi 6 juta pada 1931. Puncaknya, pada 1933, 15 juta orang atau 25 persen dari angkatan kerja menganggur.

Pemerintahan Presiden Herbert Hoover bertindak minim dalam mengatasi pelemahan ekonomi karena ia masih yakin bahwa pasar akan mampu mengoreksi dan menyeimbangkan dirinya sendiri berdasarkan teori ekonomi klasik Adam Smith yang berkeyakinan bahwa "tangan tak terlihat" akan bekerja menyeimbangkan pasar. Namun, Hoover masih berusaha mengatasi pengangguran dengan proyek konstruksi besar seperti pembangunan Bendungan Hoover di perbatasan Nevada dan Arizona. Untuk menjaga anggaran tetap seimbang, Hoover menaikkan tarif pajak. Tarif pajak penghasilan tertinggi meningkat dari 25 persen pada 1929 menjadi 63 persen pada 1932. Namun, defisit anggaran pada 1932 tetap saja tinggi, 4,5 persen dari PDB, disebabkan oleh pendapatan pajak yang menurun dan meningkatnya pengeluaran pemerintah federal, juga karena ekonomi AS menyusut 20 persen antara 1929 dan 1932.

Presiden Hoover mengesahkan Hawley-Smoot Tariff Act pada 17 Juni 1930. UU ini menaikkan tarif bea impor masuk untuk lebih dari 20.000 jenis barang ke AS dan bertujuan melindungi petani dan industri di AS. Meski UU ini sudah dirancang, dibahas, dan disahkan Kongres pada paruh pertama 1929, sebelum Depresi dimulai, dampaknya terhadap Depresi sangat besar. Negara mitra dagang AS juga ikut menaikkan tarif bea impor produk dari AS dan membuat volume perdagangan dunia anjlok 70 persen antara 1929 dan 1932. Ini pun membuat angka pengangguran di AS dan negara Barat lainnya semakin tinggi karena kapasitas industri menurun. Negara-negara yang banyak mengekspor produk pertanian ke AS dan Eropa Barat terkena dampak yang besar karena permintaan produk mereka menurun dan harganya merosot.

Hoover digantikan oleh Franklin Delano Roosevelt yang memenangi pemilihan umum 1932. Roosevelt mengeluarkan kebijakan yang bertujuan mengatasi depresi, salah satunya adalah mengakhiri Standar Emas dan mewajibkan emas yang dimiliki penduduk AS untuk ditukar dengan uang kertas The Fed agar The Fed dapat menambah suplai uang untuk menstimulasi perekonomian pada tahun 1933. Perekonomian AS berangsur pulih, dengan masa resesi singkat pada 1937-38 ketika pemerintah AS mengurangi belanja dan The Fed mengetatkan kebijakan moneternya dan membuat PDB kembali menyusut. Kedatangan Perang Dunia II pada 1939 membuat efek Depresi di Eropa dan AS semakin menyusut dan akhirnya hilang sama sekali setelah perang berakhir.

Dampak Depresi

Adolf Hitler dalam reli NSDAP di Nuremberg, 1928. NSDAP memanfaatkan kesulitan ekonomi akibat Depresi Besar untuk menarik simpati rakyat Jerman dan akhirnya berkuasa pada 1933.

Dampak Depresi Besar yang paling utama adalah ditinggalkannya Standar Emas dan menguatnya ideologi ekstrem kanan di Eropa.

Negara-negara Eropa mulai meninggalkan Standar Emas pada masa Depresi. Inggris meninggalkan Standar Emas pada Desember 1931, sementara negara seperti Prancis, Belanda, dan Polandia tetap bertahan dengan Standar Emas untuk waktu yang lebih lama dan baru mulai meninggalkan Standar Emas pada 1936.

Depresi Besar 1930-an yang menerjang Eropa juga semakin menguatkan ideologi ekstrem kanan, terutama fasisme dan nazisme, terutama di Eropa Tengah. Di Jerman, Adolf Hitler dan NSDAP meraih peningkatan suara yang besar pada pemilu 1932 dibandingkan perolehan pada 1928. Ekstrem kanan juga menguat di Austria, Hongaria, dan Yunani.


Demikian thread dari saya kali ini. 90 tahun telah berlalu sejak Depresi Besar dan menjadi satu fase dalam sejarah ekonomi global. Terima kasih telah membaca thread ini dan semoga hari Anda menyenangkan.
Diubah oleh gilbertagung 01-12-2019 06:59
fachri15Avatar border
comrade.friasAvatar border
dellesologyAvatar border
dellesology dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.2K
97
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan