bryangerald54Avatar border
TS
bryangerald54
Setengah Jalan Menuju Puncak


Alarm jam tanganku mulai berbunyi, pertanda waktu maghrib telah tiba. Aku pun menghentikan langkahku sejenak di pinggir jalan sambil menikmati indahnya deretan hutan pinus yang baru saja kulewati.  Ya, para teman pendaki banyak yang mengatakan bahwa kediaman Dewi Rengganis ini memang cukup menarik untuk dihampiri.  Walaupun terdengar banyak kisah mistis dibaliknya, aku dan kelima temanku akhirnya mempunyai kesempatan untuk menikmati indahnya panorama di gunung ini.


Spoiler for Spoiler:



Perjalanan yang cukup melelahkan dari Jogja ke Situbondo cukup membuat kami merasa kecapaian. Sesampainya di terminal, ternyata bus terakhir menuju desa Baderan telah berangkat 15 menit yang lalu. Akhirnya, Heri, yang paling senior diantara kami pun akhirnya meminta bantuan kepada warga sekitar untuk mengantarkan ke basecamp pendakian Gunung Argopuro via Baderan.  Alangkah senangnya kami berenam ketika salah satu bapak separuh baya menawarkan kendaraan pick-upnya untuk mengantarkan kami menuju basecamp. Tanpa bertele-tele aku pun menyetujui hal tersebut.  Heri, Rita, Erfan, Piko dan Arif pun mengangguk tanda setuju dengan keputusan tersebut.


******



Sepanjang perjalanan menuju basecamp, suasana pedesaan yang asri dan pepohonan yang lebat menghiasi pemandangan yang terlintas di depan mataku. Sekitar kurang lebih 30 menitan, kendaraan yang kami tumpangi pun berhenti di sebuah halaman yang cukup luas.  Seorang bapak dengan kumis tebal dan sepuntung rokok di bibirnya sudah berdiri di depan pintu rumah dengan senyum sumringahnya seakan menyambut kedatanganku dan teman-teman.

Quote:


Quote:


Quote:


Waktu setempat sudah menunjukkan pukul 9 malam, setelah bersenda-gurau dan berbincang-bincang bersama pak Aji, aku dan Heri berencana untuk mampir ke warung bu Ani yang terletak tidak jauh dari basecamp pendakian. Sementara yang lainnya sedang menyiapkan peralatan untuk besok pagi mendaki.

Quote:


Quote:


Sesampainya di warung bu Ani, kami menyiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan selama pendakian dan kembali ke basecamp untuk membantu repacking bersama yang lainnya.  Malam pun semakin larut dan kami pun beristirahat tanpa tahu apa yang akan kami hadapi selama kurang lebih 3 malam di Gunung Argopuro.

Esok pun tiba, kami mulai berkemas dan pamit dengan pak Aji. Saat itu, hanya kami yang melakukan pendakian dari basecamp Baderan.  Awal perjalanan, kami menyusuri kebun warga dan harus mengitari 3 bukit sebelum sampai ke pos mata air 1.


******



Sepanjang perjalanan, senyuman petani yang lewat semakin menambah semangatku meskipun kaki terasa cukup lelah. Seperti biasanya, susunan pendaki dari depan hingga belakang yaitu Heri, Rita, Arif, Piko, Erfan dan aku di paling belakang barisan. Panas yang terik siang itu membuat kami harus beristirahat sejenak untuk menambah stamina ataupun sekedar melemaskan otot-otot kaki.


Spoiler for spoiler:



Sesaat sebelum Maghrib, tak terasa aku dan teman-teman sudah mencapai pos mata air 1, keadaan sekitar cukup mencekam dan mulai terasa dingin dengan kabut tebal yang siap menemani malam kami.  Aktivitas pendaki pada umumnya kami lakukan, mulai dari memasak hingga acara ngopi bareng sebelum masing-masing mulai beristirahat menunggu esok pagi.

Quote:


Quote:



Pembicaraan ditutup dengan briefing untuk hari kedua. Untuk mengejar waktu, tempo perjalanan akan dipercepat tapi tetap santai. Semua personil menyetujui dan kami mulai beranjak masuk ke masing-masing tenda untuk beristirahat.


Suara Rita yang sedang menyiapkan sarapan pagi itu sempat membangunkanku dari tidur. Tepat pukul 7 pagi, kami beranjak dari pos mata air 1 menuju pos mata air 2 dan tak lupa mengisi perbekalan air minum masing-masing.  Perjalanan yang ditempuh masih melewati punggungan bukit dengan jurang di sebelah kanan. Sesampainya di pos mata air 2, kami sempatkan waktu untuk beristirahat cukup lama sebelum melanjutkan perjalanan ke checkpoint Cikasur.


******



Waktu terus bergulir, sehingga memaksa kami untuk segera beranjak menuju checkpoint selanjutnya. Seperti yang dikatakan pak Aji, perjalanan dari menuju Cikasur memakan waktu kurang lebih setengah hari.  Beberapa bukit, sabana dan hutan harus ditempuh untuk mencapai Cikasur.  Panjangnya perjalanan membuat beberapa dari kami kelelahan, saat itu waktu sudah mulai sore.

Quote:



Tak ada satupun dari kami yang menjawab pertanyaan Heri.  Mungkin kami merasa lelah sepanjang perjalanan, sehingga sengaja menyimpan energi untuk bicara demi langkah kami masing-masing. Tiba-tiba, saat itu juga, dan dalam kelelahan yang sama, aku mendengar suara seperti orang tertawa cekikikan dari arah hutan di balik sabana.  Ya, aku bisa mendengar suara itu cukup jelas, walaupun terdengar sangat kecil.



Spoiler for spoiler:


Quote:



Meski agak aneh, namun aku mengerti apa maksud dari tatapan Erfan. Tak lama kemudian, tepat saat Maghrib tiba, kami pun berhasil mencapai Sungai Cikasur, yang berarti checkpoint Cikasur hanya tinggal beberapa langkah lagi.  Semuanya terlihat bersemangat kembali, kecuali aku dan Erfan yang masih menyimpan tanda tanya tentang suara yang muncul dari balik hutan tadi.


******



Setelah mendirikan tenda, acara masak-memasak pun tak bisa dihindari. Entah kenapa malam itu terasa sangat mencekam. Mungkin karena hanya kami saja pendaki yang menginap di Cikasur, atau ada hal lainnya? Entahlah, aku tak ingin berpikiran negatif saat ini.  Setelah makan malam selesai, malam itu aku tak kuasa menahan kantuk, entah yang lain merasa hal yang sama atau tidak.  Akhirnya aku pun bergegas masuk ke dalam tenda dan segera menyelimuti tubuhku dengan sleeping bag.


Quote:


Quote:



Sekitar pukul 2 pagi, aku dan yang lainnya terbangun mendengar suara teriakan Rita dari luar tenda. Dirinya berteriak cukup kencang dan sesekali tertawa dengan lirihnya. Kami pun beranjak keluar tenda dan melihat keadaan Rita yang sedang tidak biasa. 


Tubuh Rita terasa sangat dingin, pupilnya membesar dan sering menunjukkan gelagat perilaku yang tidak biasa, seperti memiringkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya keluar. Diriku mulai merasakan sesuatu yang ganjil terjadi pada Rita, mulai menahan rasa panik, dingin, dan takut, kami pun berusaha membawa Rita masuk ke dalam tenda dan mulai menyalakan kompor portable agar ruangan tenda terasa hangat sembari menenangkan Rita yang sedang tidak stabil.



Spoiler for spoiler:



Keadaan Rita tetap tidak stabil hingga menjelang subuh.  Hingga akhirnya, Heri dan Piko akhirnya memutuskan untuk kembali ke basecamp meminta bantuan warga untuk membantu kami.  Ya, dengan kondisi Rita yang kurang baik, kami sepakat untuk membatalkan perjalanan menuju puncak dan kembali ke basecamp demi keselamatan Rita.  Pak Aji bersama keempat warga mulai terlihat dari arah Sungai Cikasur, mereka mulai membaca doa kepada Rita dan membopong Rita kembali ke basecamp. 


Sesampainya di basecamp, kami beristirahat semalam sambil menunggu Rita kembali pulih.  Entah apa yang terjadi saat itu, pak Aji tidak pernah memberitahukan kepada kami hingga kami pulang sampai di Jogja. Rita justru kaget mendengar cerita kami tentang apa yang terjadi padanya saat di Cikasur. Entahlah, semua itu masih menjadi misteri sampai saat ini.  Semoga tidak untuk kedua kalinya nanti.

Story by bryangerald54
Sumber lainnya


ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
zafinsyurga dan 4 lainnya memberi reputasi
5
296
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan