Hai, Gemini ....
Apa kabar?

Maaf, aku tidak pandai merangkai kata penuh makna. Karena aku bukan pujangga.

Ini bukan puisi, bukan syair, apalagi sekadar gombalan belaka, tetapi perasaan yang ingin kuluapkan melalui sepucuk surat cinta.

Kutulis sepucuk surat ini dengan penuh perasaan dan getaran, meski deretan kalimatnya mungkin acak-acakan.

Kutulis sepucuk surat cinta ini dengan keterpaksaan, sebab luapan rasa yang tak (lagi) mampu kutahan.

Harusnya aku malu, tetapi aku sekadar berterus terang atas rasa yang Tuhan titipkan dalam kalbu.
Seperti kejujuran yang pernah dilayangkan Khadijah kepada Muhammad, panutanku.

Meski (mungkin) rasa ini tiada balasan, itu tak jadi soal.


Hai, Gemini ....

Terimakasih, karena selama ini sudah membuatku tertawa.

Terimakasih, kerap menjadi pelipur dalam lara.

Terimakasih, sebab sering membuat hatiku berbunga-bunga.

Terimakasih, karena selama ini sudah berkenan mendengar setiap cerita dan canda recehku yang (mungkin) tiada guna.

Terimakasih, kerap membuatku rindu saat tiada notifikasi chat darimu barang sehari sahaja.

Meski kau sibuk dengan tugasmu, tetapi selalu menghargaiku.


Geminiku, mimpiku!

Kapankah kita bersua? Setidaknya sekilas saja bertatap muka.

Mungkin hukum agama menganggapnya dosa, tetapi aku bisa apa? Terhadap perasaan yang terlanjur bergema.


Geminiku, canduku!

Maaf jika acapkali aku terlalu cemburu, terhadap sikapmu kepada yang lain yang tampak menggebu.

Bukan benci, hanya (saat) sedang cemburu yang sering memaksaku supaya pergi, sejauh mungkin dan tak perlu kembali lagi.

Namun, rasa di dada pulalah yang menahan, menggaung berkata; 'jangan!', sehingga membuatku bertahan.


Geminiku, penyemangat hidupku!

Kau yang membuatku nyaman, tetapi terhadapmu aku tidak akan menuntut pertanggungjawaban.
Biarkan takdir bekerja, meski tentu saja inginku kebersamaan.


Geminiku, Sayang!

Maaf, jika sikap berlebihan ini membuatmu jijik, tetapi sekadar luapan perasaan sederhana, dari diriku yang bukan siapa-siapa.

Kepadaku yang selalu mengaku aneh diri serta tiada dunia, tetapi bagiku kau tetap memesona tiada duanya.


Geminiku, inspirasiku!

Kau sedang berjuang untuk mimpimu. Sebaliknya, aku pun demikian.

Jika memang Tuhan perkenankan, suatu saat kita bukan sekadar dipertemukan, melainkan dipersandingkan, di pelaminan.

(Hanya) bersamamu, inginku memiliki banyak keturunan yang lucu dan menggemaskan.
(Hanya) bersamamu, inginku raih ridho Tuhan.


(Harapku, saat membaca ini kau melantunkan 'Aamiin' diam-diam )


Astaga! Indah sekali khayalan yang terlanjur membumbung tinggi ini, tetapi barangkali suatu saat nanti bisa menjadi kenyataan.


Ah, Ya Tuhan, lihatlah!
Hamba-Mu ini benar-benar tidak mampu membuat untaian kata yang indah.

Dengan polos dan apa adanya, biar kupersingkat saja; Geminiku, I Love You ❤.

.
.
Malang, 3 Februari 2020.
Dariku, yang setia pada satu hati 💑