Untukmu, Sang Imam dalam Hidupku



Assalamu'alaykum Warohmatulloohi Wabarokatuh

Teruntuk kamu yang kucintai dengan tulus, hingga lebih dari 16 tahun terhitung sejak kita berpacaran dahulu.

Dulu, aku tak pernah mengenal arti kata 'cinta'. Aku takut untuk melangkah. Terlebih lagi, orang tuaku melarang untuk menjalin cinta. Setidaknya hingga aku kuliah beberapa semester terlebih dahulu. Padahal, telah banyak lelaki yang mencoba menawarkan untuk mencicip indahnya cinta.

Kamu datang menawarkan kasih sayang ..., dan aku pun luluh dibuatmu. Akhirnya ijin menjalin kasih kuterima dari kedua orang tua. Aku pun akhirnya mengenal 'cinta', kurasakan indahnya masa berpacaran denganmu hingga ibu mulai bertambah parah sakitnya. Kuberanikan diri memintamu untuk menikahiku secepatnya.

Kau pinang diriku yang belum sepenuhnya dewasa. Aku sadari, aku salah langkah. Ternyata kau masih memendam rasa dengan mantan kekasihmu sebelum aku. Pahit-getirnya hidup berumah tangga kuhadapi dengan berlapang dada. Terlebih lagi baru 6bulan kita menikah, ibu tiada. Aku tanggung segala resikonya karena aku telah memilihmu, aku telah menjatuhkan hatiku padamu, meski banyak lelaki yang datang, tapi kau pemenangnya. Aku terima semua kekuranganmu.



Untuk kamu yang selalu kucinta ... bukan aku tak laku, hanya saja, aku tak bisa berpaling darimu hingga kutolak banyak pria yang coba menggodaku. Mungkin aku terlalu bodoh, tapi aku telah memilihmu, maka kutelan semua pil pahit kenyataan yang menyertai kehadiranmu dalam hidupku.

Wahai kau pendamping hidupku ... tidakkah kau bosan dengan semua ini? Tidakkah kau mencintaiku sebagaimana aku mencintaimu? Kau yang tidak sempurna, mampu meruntuhkan benteng pertahananku dari menolak para pria. Lalu, tidakkah kau menerima ketidaksempurnaanku? Jika tidak, apa yang kau inginkan dari menikahiku? Ah, aku lupa, akulah yang meminta kau untuk menikahiku. Maafkan aku, Sayang ...! Namun, seharusnya kau sudahi lebih awal agar tak perlu sesakit ini kurasa, dan tak perlu juga anak-anak menjadi korbannya ....



Kau yang selalu ada di bayangku, di tiap do'aku, di tiap tangis dan mimpiku. Kuingin kau sepenuhnya mencintaiku, bersama mengarungi bahtera cinta menuju pelangi kebahagiaan. Kuingin kau berubah, menjadi imam yang sesungguhnya. Menjadi contoh bagi anak-anak kita.

Aku pernah salah, tapi, apakah kau tak punya salah? Ayolah, Sayaaang ... jangan kau tumpahkan lagi air mataku ini. Jangan lagi kau sakiti raga, hati, pikiran dan jiwaku ini. Ayo kita tertawa bersama keluarga kecil kita. Lupakan dia, jadikan aku sepenuhnya ratumu!

Oh, My Honey Frogie, tidakkah kau tau? Aku rela terisolasi dari teman-temanku, bahkan keluargaku, hanya untuk mematuhimu? Taukah kau, bagaimana aku begitu mencintaimu? Semua kukorbankan untukmu. Semua kesakitan ini kuterima belasan tahun lamanya hanya karena satu alasan, "aku mencintaimu", dan aku selalu berharap kamu akan berubah ....



Teruntuk kamu yang kucinta dalam tawa, tangis, diam, do'a, dan pengharapan .... Bagaimanapun nanti, aku tetap sangat mencintaimu. Semoga Allah berkenan merestui pernikahan kita hingga maut memisahkan. Jikalaupun tidak, semoga aku diperkenankan menjadi bidadari pendampingmu di surga kelak ....

Dari aku, istrimu, yang tak 'kan pernah berhenti untuk mencintai dan mendo'akanmu .... 'Kan selalu kutunggu kepastian terbaik darimu.




Sumber gambar: Pinterest
Sumber video: made by my daughter--Dilla