baity0784Avatar border
TS
baity0784
[Love Letter 4] Buat Kawanku Susiadi: Tentang Rasa itu Akan Selalu Ada di Hati



Assalamu’alaikum ya ahlad diyar, Assalamu’alaikum ya ahlal jannah. Alfatihah ila ruh Susiadi bin Subiyanto. Semoga Allah menempatkanmu di tempat yang paling indah, dan dilapangkan kuburmu, Aamiin!

Kutuliskan surat ini, ketika rasa itu kembali menyesakkan dadaku, karena memendam rasa tak sempat kuutarakan kepadamu tentang isi hatiku terhadapmu di saat kita masih bersama.

Kini setelah kepergianmu untuk selamanya, baru kurasakan penyesalan yang teramat dalam, mengapa dulu aku tak menanggapi ungkapan cinta dan kasih sayangmu kepadaku.

Sunguh, sejak awal mengenalmu, aku sudah menyukaimu. Kau adalah seorang yang punya kepribadian dengan kesan yang teramat lucu, manis, bahkan menjengkelkan. Yah, masih segar dalam ingatanku, di tahun 2010 silam. Saat itu aku menjadi mahasiswi baru, transferan dari D3 IAIN Antasari Banjarmasin, melanjutkan studi S1 PAI di STAI Darussalam Martapura.

Hari pertama kuliah, aku dan kamu sama-sama kebingungan mencari ruang kuliah. Dan ternyata kita satu lokal, lalu duduk di kursi yang berdekatan. Dari situlah kita menjadi akrab, sehingga aku bisa menilaimu sebagai sosok pria yang baik hati, sederhana, lucu, dan juga suka bikin kesal.

Aku yakin, sikap usilmu itu hanyalah caramu ingin untuk lebih mendekati hatiku. Dengan gaya yang lebay, kau sering menggodaku dengan rayuan gombal recehmu. Namun semua itu tak pernah kutanggapi dengan serius.

Yah, aku lebih memilih bersikap cuek terhadapmu, karena aku menganggap saat itu kau hanya seorang yang suka iseng dan bercanda dengan perempuan. Apalagi saat itu statusku adalah sebagai janda, dan kau masih perjaka. Karena itu, aku sangat selektif dan berhati-hati dalam berteman. Mungkin juga karena rasa traumaku yang masih begitu membekas tentang suatu hubungan.

Namun engkau selalu dan selalu saja tak putus asa mendekatiku. Lalu kamu meminta nomor Handphone-ku dari temanku. Dari situlah akhirnya kita menjadi lebih intens berkomunikasi via chat. Selalu saja dengan ciri khas rayuan gombalmu, kata-kata puitis yang super alay dan lebay.

Aku selalu merasa senang dan terhibur membaca chatmu itu, namun aku tetap menganggap semua itu hanyalah sebagai gurauanmu belaka, sehingga aku tak pernah menanggapinya.

Namun anehnya, ketika kita bertemu langsung atau berpapasan di kampus, tak satu katapun yang keluar dari bibirmu, sebagaimana dulu sebelum kau punya nomor ponselku. Kau hanya menatapku dengan sayu, yang kadang hanya kubalas dengan senyuman manyun dan wajah jutekku.


Oh, Susiadi!

Teramat manis kenangan bersamamu ini. Singkat cerita, kita sama-sama lulus kuliah, lalu berpisah. Namun kita masih saling berkomunikasi lewat medsos. Dan akhirnya kamu secara serius mengungkapkan semua isi hatimu, namun saat itu aku masih ragu tentang kesungguhanmu.

Seiring waktu, akhirnya akupun kehilangan jejakmu. Kamu menghilang tanpa kabar, entah karena sakit hati padaku, atau apa. Aku kembali berkutat dengan pekerjaanku, menata kembali kehidupan dan hatiku.


Februari 2018.

Setelah sekitar 5 tahun kita berpisah tanpa ada komunikasi, aku menikah untuk yang kedua kalinya dengan seorang pria yang baru kukenal, yang dikenalkan oleh temanku. Aku tak bisa mengabarimu, karena semua kontakmu sudah tak bisa dihubungi.

Namun itu ternyata hanya cerita singkat cinta yang diuji, tentang kesabaran,dan keikhlasan menyita segala perasaan, hati, pikiran, waktu, dan tenaga, rumah tanggaku gagal lagi. Bulan demi bulan tiada kejelasan hanya dengan satu keyaninan prasangka baik, lelah atau apalah perlahan lagi memompa semangat, jatuh bangun lagi, hanya berdoa dan berpasrah diri yang bisa kulakukan saat itu.

Saat itulah hatiku begitu hancur dan kembali teringat padamu. Saat itulah rasanya aku ingin mencarimu, dan mencurahkan semua isi hatiku kepadamu, sebagai teman yang teramat lucu, yang selalu bisa membuatku tersenyum.


Agustus 2019.

Kiranya beban batinku tak berhenti sampai di situ. Setelah ditinggal suami dan kehilangan jejakmu, ternyata di bulan Agustus kemarin dokter yang memeriksa kesehatanku memvonisku menderita SLE (Systemic Lupus Erythomasus), atau sering disebut juga penyakit Seribu Wajah. Mulai saat itulah Rumah Sakit menjadi rumah kedua bagiku.

Di saat pikiranku berkecamuk sedih campur aduk, tiba-tiba aku kembali teringat padamu. Ingin rasanya aku menangis dan curhat padamu. Rupanya Tuhan mengabulkan keinginanku, sebab ketika kubuka FB, ternyata kau muncul menyapa di Berandaku.

Alhamdulillah, betapa senang hatiku, seolah menemukan kembali separuh hatiku. Dari situ kita mulai intens kembali berkomunikasi. Dan ternyata kau sudah mengetahui bahwa aku sudah menikah. Lalu aku pun menceritakan semuanya, perihal pernikahanku dan kesehatanku. Kau begitu kaget mendengar ceritaku, dan akupun tak kalah kaget mengetahui kabarmu. Ternyata kau menghilang selama ini karena harus wara wiri menjalani pengobatan tumor leher yang kau derita.

Akhirnya setelah sekian lama tak bertemu, ternyata Allah ingin mempertemukan dengan cara-Nya. Ternyata kita sama-sama menjadi pasien RSUD Ulin Banjarmasin, sehingga kita lebih intens bertemu, berkomunikasi dan saling support serta mendoakan untuk kesembuhan.

Dari sana aku tahu seperti apa rasa sakitmu, menjalani kemoterapy sampai 6 kali, rambutmu yang akhirnya botak, kesulitan makan bahkan kesulitan untuk berpikir keras, sama halnya dengan diriku yang rutin minum obat setiap hari, rutin setiap bulan kontrol berkencan dengan dokter, mengusahakan mengkondisikan diri agar selalu stabil menjaga hati dan pikiran jangan sampai terlalu lelah dan drop.

Masih terngiang-ngiang di telingaku kata-katamu yang baper, sebelum kau koma, bahwa aku tak sayang dan perhatian lagi padamu, karena aku tak sempat mengunjungimu di Rumah Sakit.

Kamu ingin aku jenguk kamu, aku tahu perasaanmu saat itu kawan, sangat sensitif, emosi yang naik turun, butuh perhatian. Tapi dengan penuh berat hati kusampaikan juga padamu kalau aku saat itu juga perlu ruang dan waktu istirahat, karena aku juga sedang dirawat setelah menjalani curate di rahim karena perdarahan akibat penebalan dinding rahim. Juga Lupusku sedang aktif-aktifnya. Selang beberapa bulan pemulihan, ibuku juga masuk Rumah Sakit.

Sungguh, kawan! Andaikan kau tau bagaimana hatiku saat itu, tembok Rumah Sakit adalah saksi bisu tangisan dan rintihanku, betapa keinginanku untuk mengunjungimu. Akhirnya aku baru bisa mengunjungimu ketika kau sudah dalam kondisi kritis, setelah mendapat kabar dari saudaramu.

Sungguh aku sangat menyesal, mengapa aku tak sempat mengunjungimu, ketika matamu masih bisa memandang wajahku, dan bibirmu masih dapat mengucapkan kata-kata yang indah untukku.

Itulah pertemuan terakhir kita, di saat kau sudah terbaring lemah dengan bantuan alat pernafasan. Hatiku sungguh sakit melihatnya, namun aku tetap harus terlihat kuat di hadapanmu. Kusapa dan kupanggil namamu dengan lembut. Kubisikkan doa dan kata-kata semangat di telingamu. Kamu hanya bisa merespon dengan anggukan kepala, lalu tersenyum dengan senyuman terindah seperti yang pertama kali kau berikan untukku dulu. Setelah itu, akupun pamit untuk pulang.


17 Desember 2019.

Tiba- tiba aku mendapat kabar duka itu. Engkau telah berpulang lebih dahulu. Allah sayang padamu kawan. Hilanglah sudah rasa sakitmu, dan perjuanganmu itu Insya Allah akan mendapat tempat yg terindah di sisi-Nya, Husnul Khotimah.



Selamat jalan, kawan! Tentang rasa itu, akan selalu ada di hati ini. Semoga kita bertemu lagi di surga, Aamiin! Kini tinggal diriku yang harus harus terus berikhtiar sebagai pejuang Autoimmune tuk kesembuhan, dan menanti kapan giliranku tiba dipanggil Yang Maha Kuasa.(*)
Diubah oleh baity0784 06-02-2020 07:15
tata604Avatar border
aldysadiAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
830
2
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan