Teruntuk sahabatku manusia,

Pixabay

Cahayaku sangat berguna untuk kamu
Aku senang saat kamu menantiku pun para tumbuhan
Kuharap para petani punya cukup nyali untuk melakukan balancedan tidak merisak mikroorganisme
Kuharap kamu bahagia karena terhindar dari sisi jahatku dengan memakai sunblock


Kini, pagi di kotaku tak lagi sama, sahabat
Purba merambat dasyat ke haribaan modern
Di sini, di museum kota tua
Aneka resep membincang tentang industri


Kamu terlalu tergesa menuntut instan sahabat
Kemarin ada yang menyelimutimu dengan ozon
Tapi kali ini dia semakin tipis
Lebih tipis dari lapisan furing pada baju para model di redcarpet


2019, kiamat el-nino berangkat mendesah-desah bercumbu dengan bumi
Anak cucumu bahkan tak seberuntung kamu
Mereka harus puas menghisap udara yang tak lagi segar
Apa pernah kamu berpikir sampai ke masa depan?


Tentang badai elektromagmetik yang akan membuatmu kejang-kejang
Kalian tak dapat hidup tanpa teknologi canggih bergantung sinyal, kan?
Tentang perang yang para pebisnis licik produsen senjata koarkan
Melucuti pemikiran untuk lebih unggul


Manusia kupikir dahulu cukup mahir
Belajar dari sejarah tetua mereka
Kupikir dengan percaya pada setia
Keranjang hati tak akan bisa mengangkut air


Seandainya, kamu saling sayang, sahabat
Menebar damai di muka bumi terkeramat
Aku pasti enggan mendekat
Sebab bumi kelonjotan terpikat


Laguku bukan lagi tentang matahari bila tak menyinari
Tapi, laguku serupa nina bobo bagi kamu
Ah, kamu bahkan sudah punya ac dan kipas angin, kan?
Kurasa efek jahatku tak seberapa saat ini


Nun jauh mendekat ajal, aku yang kamu sebut pusat tata surya
Akan mendekati bumi karena aku sudah tak tahan untuk mencumbunya
Tinggal menunggu toa raksasa saja
Apa saat itu ubun-ubun kamu bakal mendidih?


Satu jengkal di atas kepalamu, sahabat
Kuharap kamu mendapatkan payung lebar dari insan mulia
Kuharap kamu tak lupa untuk bersholawat padanya
Kuharap kamu ridha akan takdir-Nya






Ngawi, 4 Februari 2019
With Love


Warna_Senja