Dear: Mantan

Kamu apa kabar?
Semoga selalu baik, sehat, dan masih ceria seperti dulu.

Aku akan tenang dengan kabar baikmu, meski aku sendiri kacau balau tak menentu.

Ah, apalah aku ini yang tak mampu melupakanmu, mantan terindah.
Waktu terasa begitu cepat berlalu.

Masih terekam jelas dalam ingatan bagaimana kau tertawa sepuasnya melihatku cemberut karena cemburu.

Bagaimana kau mengacak rambutku dengan gemas saat aku ngambek.

Bagaimana kau manyun saat edelwais darimu kuinjak-injak, namun tetap kusimpan hingga kini.

Bagaimana kau selalu memberi kejutan indah, yang tak pernah aku sangka.

Yah, aku lemah saat mengingat semua kenangan kita.

Aku yang masih menitikkan air mata kala menyebut namamu dalam doa.

Aku yang masih tergugu membaca surat cinta terakhirmu yang kau kirim dari luar kota.

Aku yang masih nyeri ulu hati kala mengingat ucapan perpisahan itu.

Kau bukan hanya mantan, tapi guru kehidupan.

Darimu aku belajar bagaimana bertahan hidup dalam segala medan. Di hutan, lembah, sungai, hingga puncak gunung.

Darimu aku belajar berjalan tegak walaupun dihempas badai dalam kegelapan.

Darimu aku belajar menyembuhkan luka hati yang terkoyak sekalipun, hanya dengan tawa.

Darimu aku belajar mencintai orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Darimu juga aku belajar arti pertemuan dan perpisahan, namun tak jua mampu melupakan.

Jika waktu memberi kesempatan untuk kita bertemu, aku hanya ingin memberi tahu satu hal padamu.

"Cinta itu masih ada, masih bersemi, namun tak mungkin berharap lagi.