Hai, Bayi!

Kamu tahu, kami memanggilmu begitu sebab kamu begitu menggemaskan. Lahir tahun 1994, tapi entah mengapa tingkah masih mirip bocah. Meski tidak selalu begitu, tapi yakinlah, itulah yang membuat dirimu tampak berbeda.

Aku terpuruk. Mungkin kamu tidak tahu.
Aku terperosok sangat dalam dan tanpa ada ranting sebagai pertolongan. Aku memanggil siapa pun, apa pun, aku hanya berpikir bagaimana agar bisa naik lagi.
Sendiri dalam kegelapan, itu sangat menyakitkan.

Tidak mudah,
Aku masih harus mendaki, menata ulang kepingan hati dan bersiap membuang semua kekecewaan. Ya, hanya itu pilihanku. Aku tidak mau membenci siapa pun. Aku tidak ingin menodai hatiku dengan dendam. Untungnya, Tuhan memberiku ruang dada yang lapang. Di mana ada sudut meja yang hancur lebur, tempat tidur yang tidak teratur, serta taman kecil yang dikoyak takdir. Aku sama sekali tidak keberatan. Tuhan hanya terlanjur sayang.

Mata ini adalah saksinya. Tuhan tidak pernah mengizinkanku melihat kejadian-kejadian menyedihkan. Dengan menyembunyikan, mungkin itu agar kesakitan ini tidak tambah besar lagi. Meski satu per satu harus pergi, dan baru tirai drama tersebut terbuka. Hinggaplah luka yang hanya memancing air mata. Setidaknya, bukan sampai berkata; aku mati saja.

Haha.
Kamu tahu, ini lucu. Kamu adalah impian dari banyak orang yang tidak bisa diraih. Dan jujur saja, aku memang tidak ingin meraihmu, sungguh. Aku cukup diam di sini, tahu kalau kamu bahagia dengan cara tertawa. Itu sudah sangat cukup.

Jika kebanyakan penggemar, bermimpi untuk bertatap muka bahkan bersentuhan, maka aku, tidak. Sungguh. Jangan anggap ini omong kosong. Aku telah meletakkan figurmu dalam posisi khusus—istimewa. Dan ada satu yang memberatkan. Tuhan begitu mengerti.

Kamu seorang bintang, dan aku orang biasa. Kamu mentari, dan aku pijar lilin kecil. Kamu benderang, sedangkan aku cuma bayangan. Ditambah, aku seorang Muslim. Kita tidak diperkenankan bersentuhan, bahkan saling memikirkan.

Cukup doa,
Dan aku tidak pernah membenci salah satu sisimu yang membuat kita berbeda.

Semoga bahagia, Jongina.