RifanNazhifAvatar border
TS
RifanNazhif
[Love Letter 4] Merawat Kenangan, Teruntuk Bidadari Surga

sumber ilustrasi
Kaukah bidadari yang setia menungguku di pintu surga?

Aku sering terbangun oleh nging-ngong nyamuk atau desakan yang menyerang selangkangan. Asap menguar melewati kisi-kisi atas pintu kamar, menjelanak ke arah hidung. Aku tahu siapa yang menyalakan tungku dari aroma semerbak kuah kental. Aku paham ada yang merapal sihir selera terbaik di dunia, yang selalu kurindu.

Sesekali aku mengintipmu dari pintu akhir, paling belakang rumah kita. Dibatasi koridor sepanjang tiga meter, menyambungkan rumah dengan tungku.

Kau selalu setia menjaga nyala api, agar dia tak menjadi asap yang menjadikan panas tiada. Saat itu aku menyusut air mata. Kami, anak-anakmu, masih terlelap tidur. Menjelang shubuh. Pagi belum berhasil mengoyak jelaga langit. Tapi kau sudah membunuh kantuk. Menyiapkan segala pengumpan selera dengan cita rasa terbaik sedunia. Agar kami bisa membasuh pagi berembun dengan jilatan semangat. Agar nutrisi mengajari kami berhitung 1 kali 1 adalah 1, 1 tambah 1 menjadi 2, 1 kurang 1 menjadi nol. Tapi cintaku tetap nomor satu untukmu.

Terbayang ketika kami siap mengelilingi meja makan dengan canda tawa. Kutahu kau sedang melawan kantuk, meski kau mencoba tegar. Tersenyum lebar, bersiap menebar nikmat. Menyendukkan nasi ke piring anak-anakmu, juga bapak yang selalu mengatakan, masakanmu memang the best. Menyendukkan gulai berkuah dan sambal teri nasi, juga berjumput sambal tuktuk. Kau juga mewanti-wanti agar kami kuat makan, biar cepat besar. Kelak menjadi tempatmu bernaung dan bergantung. Kami menjadi anak terpintar sekampung.

Akan hal dirimu menjadi penonton yang memerhatikan orkestra cap-cup dan kecipak tangan mengaduk kobokan. Kau katakan, biarlah kami makan lebih dulu. Kau sudah kenyang memerhatikan gairah kami bersantap.

Tapi bagaimana ketika usia mengajarimu memahami kerut dan lipatan masa? Tak lagi kutemukan sihir di meja makan. Kau seolah melupakan kisah tungku bukan karena kompor gas. Kau tak dapat lagi meninggalkan lapik, setelah penyakit semakin kerap menimbun dirimu.

Sedihku mengurat mengakar saat tanah merah itu bisa kubaca. Bunga kamboja rebah menyentuh tanah. Aku hanya bisa menggenapkan ingin melihat bidadariku di pintu surga. Menunggu anak terkasih yang setia memintal dan mengirim doa.

Biarkanlah luruh air mata ini bertetes-tetes. Aku ingin merawat kenangan sampai nanti, biar ada penghibur dikala sunyi. Agar nikmat selera yang dulu kau kirimkan tidak mudah dimakan masa.

Tentang cerita tungku dan meja tua, wahai, Bunda.
Apakah kau juga mengingatku, sedalam ingatku kepadamu? Kukirim doa di pagi buta, semoga kita kelak bisa bersama.

-----

vitawulandariAvatar border
aldysadiAvatar border
aldysadi dan vitawulandari memberi reputasi
2
719
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan