Pernah dekat, namun tak pernah terikat. Mungkin kalimat itu yang bisa aku ucapkan untuk menggambarkan hubungan kita yang lebih dari setahun ini.

Aku yang nekat untuk terus bisa dekat. Kamu yang terus ingin menjauh karena tak pernah mau luluh. Aku gak pernah sadar, kalau yang selama ini kamu tunggu itu bukan aku. Aku gak pernah tau kalau ternyata kamu datang hanya untuk melampiaskan rasa kecewa kamu terhadap dia yang terus-terusan menggantungkan harapmu. Tapi gak kecewa. Karena bagiku, bisa dekat denganmu saja aku sudah bersyukur.

Aku gak peduli kalau selama ini banyak yang bilang aku bodoh, karena terus mengharapkanmu, sedangkan kamu mengharapkannya. Yang mungkin saja kamu tidak sadari, selama ini telangiku siap untuk mendengar semua curhatanmu. Bahuku siap untuk kau sandar. Dan hatiku, siap menerimamu kapan saja. Walau hanya sebatas teman, Aku gak peduli. kalau ada yang menyebut hatiku ini sama seperti bengkel, kamu mobilnya, sedangkan dia garasimu, aku gak peduli. Bukankah menjadi penyembuh lebih baik dari pada menjadi perusak? Hehe.. Walau harapan terbesarku adalah menjadi “rumah” untuk kau pulang, bukan bengkel untuk memperbaiki semuanya.

Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan. Tapi tiap bertatapan denganmu, aku gak bisa ngomong apa-apa. Hanya bisa senyum dan bersyukur. Hanya satu kalimat yang bisa aku ucapkan. "Terima kasih pernah hadir (dan masih) dihatiku"

Semua kisah pasti ada ujungnya. Dan mungkin ini ujung pertemuan kita. Sekali lagi, Terima kasih pernah hadir, walau hanya sekedar mampir. Apapun yang terjadi nanti, semoga kamu akan tetap bahagia dengan pilihanmu. Dan semoga, dia yang kamu pilih adalah dia yang benar-benar "rumah"mu untuk kembali.

Aku disini baik-baik saja. Kamu apa kabar?