adepras76Avatar border
TS
adepras76
Kumpulan Cerita Pendek by adepras76






NENEK JUMIRAH

Oleh : A. Prasetyo


 
Baru sekitar tiga bulan aku menjadi penghuni di rumah kontrakan ini. Tinggal sendiri di pemukiman padat penduduk, berdinding sekat padat berdesakan. Tak ada tanah lapang, atau lahan kosong berukuran beberapa meter persegi saja, untuk tempat anak-anak sekadar  bermain kelereng atau lompat tali.

Berstatus pegawai kantoran yang masih dalam status percobaan, membuatku hanya mampu mengontrak rumah petak. Cukup nyaman untuk perempuan lajang ysng tsk punya banysk tsnggungsn., yang penting ada tempat untuk istirahat setelah lelah bekerja seharian.

Belum banyak tetangga yang aku kenal. Sehari-hari waktu lebih banyak dihabiskan di kantor. Sementara jika hari libur dimanfaatkan untuk mencuci, menyetrika dan bermalas-malasan sambil menikmati tivi tabung 24 inchi di rumah kontrakan.

**
Malam ini aku bekerja lembur, dan pulang agak larut. Lelah dan kantuk yang teramat menyertai langkah pulang. Tiba di ujung gang masuk ke arah rumah kontrakan, terlihat riuh ramai orang dengan wajah cemas dan panik berhamburan.

“Kebakaran ... kebakaran ... kebakaran ...!!”

“Aiirr ... cepat cari aiirr ...!!

Orang-orang berlarian tak beraturan. Sebagian nampak membawa barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Sementara banyak juga yang berusaha mencari air untuk memadamkan api yang mulai besar berkobar.

Raungan sirine mulai terdengar bersahutan,  mendekat Cumiakkan telinga. Para petugas pemadam kebakaran langsung sibuk melokalisir dan memadamkan si jago merah yang kian mengganas. Dari salah satu warga diperoleh informasi, bahwa sumber api berasal dari sebuah rumah petak yang dihuni seorang nenek bersama cucunya.

Rasa penasaran membuatku memberanikan diri mulai mendekat ke lokasi kebakaran. Perasaan lega setelah mengetahui petugas pemadam berhasil melokalisir api dan tak sampai merembet ke arah rumah kontrakan. “Semoga tak ada korban dalam kebakaran malam ini,” pintaku pada Tuhan.

Nampak dari kejauhan seseorang yang sendirian dalam kegelapan, duduk di bawah pohon akasia nan rindang.  Perlahan kuhampiri dan menyapanya, ternyata seorang nenek yang nampak bernafas kepayahan. Sesaat terdengar dia terbatuk berkepanjangan.

“Nek, sedang apa di sini? Nenek sendirian?”

“Iyaa, Nak ... nenek sesak, nih. Sepertinya nenek tadi kebanyakan menghirup asap pekat, Nak,” nenek itu menjawab dengan suara parau.

“Sebentar, Nek, aku carikan air mineral. Nenek tunggu di sini ya.”
Bergegas aku membeli dua botol air mineral di toko Koh Ameng yang ada di seberang jalan.

Air mineral segera berpindah tangan, beserta beberapa potong roti yang tadi masih sempat kubawa dari kantor. Sesaat sempat terlihat sorot mata aneh sang nenek, tak mudah untuk diterjemahkan maknanya. Kukeluarkan tisu basah dari dalam tas untuk membersihkan dahi dan sebagian mukanya yang kotor terkena jelaga. Dari obrolan singkat dengannya kutahu namanya, nenek Jumirah.

Setelah keadaan nenek Jumirah cukup tenang dan api telah benar-benar padam. Lantas aku pamit untuk menengok dan memastikan keadaan rumah kontrakanku.

**

Hari ini aku izin tidak masuk kantor. Situasi di gang menuju kontrakan masih cukup berantakan. Kayu-kayu, material dan perabot rumah yang menghitam, sisa kebakaran semalam. Beberapa petugas kepolisian terlihat masih melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP). Sesekali mereka berdiskusi dengan pak RT yang turut mendampingi.

Dari pak RT kami mendapatkan informasi bahwa ternyata ada seseorang yang terjebak di dalam rumah dan tak sempat menyelamatkan diri. Setelah api padam diketemuan orang tersebut sudah dalam kondisi seluruh tubuhnya gosong menghitam, meninggal dunia.

Bersama tetangga samping rumah, selepas ashar kami menghantarkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Suasana duka mendalam terasakan, karena rumah korban ludes tak tersisa, Prosesi pelepasan jenasah pun dilakukan di balai warga tak jauh dari rumah korban.

Setelah prosesi pemakaman selesai, para pelayat laki-laki satu persatu meninggalkan makam. Setelah tak lagi banyak orang, aku mendekat ke arah makam bermaksud untuk turut mendoakan. Dari balik kuntum bunga melati yang menutupi sebagian batu nisan, masih jelas terbaca nama yang tertulis. JUMIRAH.

Jenazah nenek Jumirah diketemukan  dengan keadaan yang mengenaskan di dalam rumah, setelah api berhasil dipadamkan. Sementara cucu satu-satunya yang tinggal bersamanya selamat. Sebab saat kejadian, ia sedang bekerja shift malam sebagai satpam di komplek perumahan sebuah kementerian.
 
***
 




Quote:
Diubah oleh adepras76 28-01-2020 09:34
lina.whAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
1.1K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan