jokermemoryAvatar border
TS
jokermemory
Virus yang Lebih Mematikan dari Korona: VIRUS bodoh


Belakangan kita dibikin khawatir sama pandemi korona. Virus itu bikin kita mati gaya. Mau ngapa-ngapain khawatir. Kumpul-kumpul takut, jalan-jalan takut, pulang kampung takut. Takut ketularan apalagi jadi penular. Belum ada obatnya.

Tapi itu gak berlaku sama orang yang udah terjangkit VIRUS bodoh. Para penderita virus ini memandang rendah keberadaan korona. Buat mereka, melarang kumpul-kumpul, jalan-jalan, pulang kampung itu gak masuk akal.

Boro-boro khawatir jadi penular, tertular saja bukan ancaman.

Virus bodoh sebenarnya sudah lama mewabah. Tapi kita bisa mengerucutkan gejalanya ke kondisi sekarang. Cukup perhatikan berita-berita orang yang kegep nekat pulang kampung, pasien positif covid-19 yang berkeliaran di tengah masyarakat, sampai pelanggaran PSBB yang dipamerkan dengan nikmat.

Buat lebih mengenal virus bodoh, mari kaji langsung saja pasiennya. Kebetulan kita baru saja dapat dua kasus yang bodohnya golden. Mereka adalah contoh superioritas virus bodoh atas covid-19. Di sini saya gak akan berbicara soal moral. Cukup hal-hal standar buat nalar yang terkait dengan situasi terkini.

Di hadapan virus bodoh, korona gak ada apa-apanya

Quote:


Quote:


Apakah mereka bisa sembuh? Tentu saja bisa. Obatnya sudah sekuno penyakitnya.

Virus bodoh adalah virus tertua di dunia



Virus bodoh ini sejatinya dimiliki manusia secara lahiriah. Sejak mbrojol di planet bumi, kita semua auto mengidap penyakit ini. Itu artinya virus bodoh udah ada sejak jaman manusia mukbang pakai mammoth. Tapi tenang, keabadian virus ini sudah diikuti dengan keabadian obatnya juga: kemanusiaan.

Pengendalian diri, pemahaman situasi, kepedulian sesama, adalah tindakan-tindakan untuk mencegah virus bodoh muncul ke permukaan diri. Tugas kita masing-masing untuk gak memberi ruang berkembang pada virus ini. Seperti halnya kita rajin bersih-bersih, jaga diri, dan ikut aturan PSBB buat memutus mata rantai penyebaran covid-19. Maka, kemanusiaan adalah cara untuk memutus mata rantai virus bodoh.

Ya benar. Obatnya sudah ada, bahkan selalu di depan mata. Namun sayang, masih banyak yang memilih buat menerima virus bodoh secara lapang dada.



Layaknya bersatu dengan Venom. Kalau kita sudah menerima kehadiran parasit itu, semuanya jadi terasa lebih mudah. Mau balas dendam? Gampang. Mau kabur dari masalah? Gampang. Mau bikin masalah? Gampang. Ujungnya, pengidap akan merasa dirinya superior dari manusia lain.

Saya jadi teringat dengan quote Hemmingway: Tidak ada keluhuran dari menjadi superior terhadap sesamamu. Keluhuran sebenarnya ada ketika kamu menjadi superior atas dirimu sendiri.

Virus bodoh bisa jadi diperlukan, tapi dengan kadar yang cukup. Itupun untuk menyadari keganasan virus tersebut, merasakan khasiat dari obatnya dan senantiasa menjadi tabib bagi orang lain. Tapi kalau dalam kadar yang berlebihan, sayangnya bisa menyusahkan orang lain.

Seperti itulah virus bodoh. Gak perlu usaha, kepedulian, harga diri. Berserah diri saja pada virus ini. Semudah itu. Kamu gak perlu repot-repot memikirkan yang lain. Yang penting aku senang, aku menang. Persetan orang susah karena aku. Yang penting asyik. Sekali lagi. ASEK!
y4ns4nAvatar border
999999999Avatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 204 lainnya memberi reputasi
195
12.2K
248
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan