RetnoQr3nAvatar border
TS
RetnoQr3n
Sulit Ditemui! Berikut Tradisi Ramadan Masyarakat Jakarta yang Tergerus Zaman
all about ramadan


Kegiatan yang banyak dilakukan masyarakat dan dikerjakan secara berulang akan menjadi tradisi yang diwariskan turun temurun pada generasi selanjutnya. Tidak terkecuali tradisi-tradisi di daerah Jakarta pada saat bulan Ramadan.

Namun, terdapat beberapa tradisi yang semakin ke sini semakin tergerus oleh zaman, entah karena kebutuhan atau gaya hidup yang mulai berbeda.

Berikut beberapa tradisi Ramadan masyarakat Jakarta yang semakin sulit ditemui pada zaman sekarang:

Tradisi Padusan



Tradisi Padusan merupakan tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Jakarta ketika menjelang bulan Ramadan. Biasanya dalam rangka menyambut bulan Ramadan, masyarakat Jakarta asli yang biasa disebut suku Betawi berkumpul dan turun ke Kali Ciliwung untuk mandi, kemudian keramas. Kegiatan ini dilakukan warga Jakarta untuk menyucikan jiwa.

Kali Ciliwung yang memiliki panjang kali utama kurang lebih 120 km diyakini warga Jakarta sebagai air yang membawa berkah. Dengan keyakinan itu, warga Jakarta beranggapan bahwa tradisi padusan di Kali Ciliwung ini merupakan kegiatan sakral.


Akan tetapi, kini tradisi padusan di Kali CIliwung sudah tidak lagi dilakukan oleh warga Jakarta. Hal tersebut dikarenakan air Kali Ciliwung sudah semakin keruh dan tidak layak. Terakhir tradisi padusan di Kali Ciliwung ini terlihat dilakukan pada tahun 1970.



Tradisi Bermain Bleguran



Agan Sista ada yang merasakan tradisi main bleguran saat Ramadan?
Kalo iya, berarti fiks Agan Sista udah tua. emoticon-Leh Uga

Tradisi bermain bleguran ini dikenal sebagai permainan yang ramai dimainkan oleh remaja-remaja Jakarta pada tahun 1960 atau 1970-an. Biasanya, bleguran disebut sebagai meriam sundut. Jadi, batang bambu dengan rongga besar dipotong sedemikian rupa, kemudian diisi karbit. Terakhir, disundut dan akan menghasilkan bunyi yang cukup besar.

Biasanya, remaja Jakarta menghabiskan waktu ngabuburit dengan mencari bahan-bahan dan membuat bleguran ini. Kemudian, dibawa pada malam harinya. Saat itu para remaja dan warga kampung siter berkumpul untuk menikmati bunyi-bunyi yang dihasilkan dari bleguran tersebut.


Namun, sekarang tradisi bermain bleguran sudah sulit ditemukan di Jakarta. Dikarenakan banyak faktor, misalkan: kurangnya bahan-bahan yang dibutuhkan atau kurangnya lahan terbuka di Jakarta, bisa jadi juga disebabkan karena pergeseran budaya masyarakat Kota Jakarta.


Salam hangat,
RetnoQr3n
mhrdhk94Avatar border
25225766935253Avatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 41 lainnya memberi reputasi
42
440
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan