mengejaAvatar border
TS
mengeja
Perang Pembebasan Bangladesh, Ketika Pakistan Timur Meraih Kemerdekaannya


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Shalom, salam sejahtera. Om swastiastu. Namo buddhaya. Wei de dong tian.

Hai, GanSis apa kabar?

emoticon-I Love Indonesia


Partisi India 1947.
Sumber

Sebelum kolonial Inggris melakukan partisi Hindu dan Muslim, terdapat dua wilayah mayoritas Muslim di India yang letaknya berseberangan. Satu di India sebelah timur (Bangladesh), satu lagi di India sebelah barat laut (Pakistan). Resolusi Lahore 1940 membayangkan dua buah negara Muslim berdaulat, namun negosiasi politik tiga pihak (Inggris, Hindu, dan Muslim) hanya melahirkan dua buah negara: India dan Pakistan.

Pakistan terdiri atas dua wilayah yang berseberangan: Pakistan Barat (Pakistan modern) dan Pakistan Timur (Bangladesh modern). Walaupun secara populasi sedikit lebih unggul Pakistan Timur, kekuatan politik lebih terkonsentrasi di Pakistan Barat. Dengan gamblang diskriminasi menimpa Pakistan Timur yang hanya menjadi sapi perah Pakistan Barat.

Pada tahun 1948, Gubernur Jenderal Muhammad Ali Jinnah menyatakan bahwa hanya Urdu yang menjadi bahasa federal Pakistan. Padahal bahasa Bengali merupakan bahasa ibu masyarakat Pakistan Timur.


Demontrasi massa yang membentangkan spanduk dalam bahasa Bengali.
Sumber

Berlaku demonstrasi besar di Pakistan Timur yang puncaknya terjadi pada 21 Februari 1952, ketika polisi melepas tembakan ke arah mahasiswa dan warga sipil. Tak jelas berapa jumlah korban tewas, tapi peristiwa ini diperingati sebagai Hari Gerakan Bahasa di Bangladesh yang menginspirasi UNESCO membuat Hari Bahasa Ibu Internasional pada bulan November 1999 yang jatuh setiap tanggal 21 Februari.

Dari segi ekonomi, Pakistan Timur selalu mendapat jatah anggaran yang jauh lebih kecil. Sebagai perbandingan (dalam juta rupee):

Tahun 1950-55, Pakistan Barat (11.290), Pakistan Timur (5.240).
Tahun 1955-60, Pakistan Barat (16.550), Pakistan Timur (5.240).
Tahun 1960-65, Pakistan Barat (33.550), Pakistan Timur (14.040).
Tahun 1965-70, Pakistan Barat (51.950), Pakistan Timur (21.410).

Pakistan Timur juga kurang terwakili secara militer. Pada tahun 1965, tercatat hanya ada 5% orang Bengali yang menjadi perwira di angkatan bersenjata. Dari persentase tersebut, cuma sedikit yang berada di pos komando. Kebanyakan hanya di pos teknis atau administratif. Ada anggapan dari orang-orang Pushtun dan Punjab (Pakistan Barat) bahwa orang Bengali (Pakistan Timur) kurang cakap di medan pertempuran.

Secara tak langsung, Pakistan Timur kurang mendapat manfaat dari besarnya anggaran militer. Selain itu, masyarakat Pakistan Timur selalu khawatir dengan ulah Pusat (Pakistan Barat) yang sering konfrontasi militer dengan negara tetangga India, seperti saat meletus Perang India-Pakistan 1965 yang memperebutkan Kashmir. Kekuatan infanteri Pakistan Timur kurang memadai dan cuma diperkuat 15 pesawat tempur tanpa dukungan tank yang semuanya berada di Pakistan Barat. Padahal jika mau, India dengan mudah bisa menduduki Pakistan Timur.

Meskipun sama-sama Muslim, perbedaan etnis, budaya, bahasa, dan ideologi kedua Pakistan sungguh berbeda. Pakistan Timur cenderung sekuler, demokrasi, dan sosialis, sedangkan Pakistan Barat lebih mengedepankan paradigma Islam yang konservatif.


Sheikh Mujibur Rahman.
Sumber

Pada tahun 1970, Liga Awami Bangladesh yang menjadi wadah inspirasi utama masyarakat Pakistan Timur menang telak dalam pemilihan nasional. Partai yang dipimpin oleh Sheikh Mujibur Rahman ini memenangkan 167 kursi dari 169 kursi yang dialokasikan untuk Pakistan Timur. Itu berarti Liga Awami Bangladesh menjadi mayoritas dari 313 kursi di Majelis Nasional dan secara konstitusi boleh membentuk pemerintahan nasional Pakistan.

Namun, mantan Menlu Pakistan yang menjadi pemimpin Partai Rakyat Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto, menolak Rahman untuk menjadi Perdana Menteri Pakistan. Sebagai gantinya, ia menggagas dua perdana menteri: satu untuk Pakistan Barat, satu lagi untuk Pakistan Timur. Hal ini menimbulkan kemarahan di Pakistan Timur dan Rahman menyerukan mogok massal yang berujung darurat militer bagi Pakistan Timur.

Bhutto yang menghindari perang saudara terpaksa menggandeng Rahman membentuk pemerintahan koalisi dengan Rahman sebagai Perdana Menteri dan ia menjadi Presiden. Namun, militer tak mengetahui ini dan Bhutto terus menekan Rahman agar menyetujui beberapa keputusan win-win solutiondengan militer.

Setelah resmi menjadi Perdana Menteri Pakistan, pada 7 Maret 1971, Rahman menyampaikan pidato di Lapangan Pacuan Kuda (sekarang menjadi Urawan Suhrawardy) menuntut empat poin untuk menjadi pertimbangan Majelis Nasional yang akan melakukan rapat pada 25 Maret mendatang. Empat poin itu adalah:

1. Darurat militer dicabut segera.
2. Semua personel militer ditarik segera.
3. Pertanyaan tentang korban jiwa selama ini.
4. Pengalihan kekuasaan segera ke perwakilan rakyat terpilih sebelum rapat Majelis Nasional pada 25 Maret.

Rahman juga menyerukan rakyat Pakistan Timur untuk mengubah setiap rumah menjadi benteng perlawanan. Ia menutup pidato dengan kalimat: perjuangan kita untuk kebebasan kita, perjuangan kita untuk kemerdekaan kita. Pidato ini menjadi tonggak penting yang menginspirasi masyarakat Pakistan Timur untuk memperjuangkan kemerdekaannya.


Siklon Bhola 1970 menimpa pesisir Pakistan Timur (Bangladesh).
Sumber

Sebelumnya pada bulan November 1970, terjadi Siklon Bhola 1970 di pesisir Pakistan Timur yang menjadi topan tropis paling mematikan dengan jumlah korban tewas sekitar 300.000-500.000 orang. Kurang sigapnya penanganan bencana dan bantuan dari Pusat (Pakistan Barat) menimbulkan kecaman dari beberapa politikus Pakistan Timur yang menganggap Pemerintah lalai dan tak peduli sama sekali.

Antara tanggal 10 dan 13 Maret 1971, maskapai nasional Pakistan International Airlines membatalkan semua rute internasional mereka untuk segera menerbangkan personel militer ke Dakka, Pakistan Timur. Semua personel militer dibuat berpakaian sipil agar tak memancing kecurigaan. Sementara itu, sebuah kapal AL Pakistan yang membawa amunisi dan beberapa personel militer dari Pakistan Barat turut berlabuh di Pelabuhan Chittagong, Pakistan Timur. Terjadi insiden saat pekerja pelabuhan menolak menurunkan muatan kapal yang memancing seorang perwira untuk mengeluarkan perintah tembak di tempat. Namun, polisi perbatasan di pelabuhan yang mayoritas beretnis Bengali menolak menembak saudaranya sendiri. Ini menjadi awal pemberontakan Pakistan Timur melawan Pakistan Barat.

Sesungguhnya distribusi kekuatan militer dari Pakistan Barat ke Pakistan Timur adalah operasi militer di bawah sandi Operation Searchlight yang dimulai pada 25 Maret 1971 untuk menekan gerakan kemerdekaan Bangladesh yang kian meluas. Melihat pengerakan militer dari Pakistan Barat justru membuat negosiasi buntu. Pada dini hari 26 Maret 1971, Sheikh Mujibur Rahman mendeklarasikan kemerdekaan Bangladesh melalui siaran radio lokal.

AD Pakistan berusaha mengambil kendali atas kota-kota besar di Pakistan Timur dengan menumpas kaum cendekiawan, militer, oposisi, dan sipil yang melawan eksistensi Pakistan Barat. AD Pakistan sendiri berdalih bahwa Operation Searchlight bertujuan meredakan kekerasan anti-Bihari di Pakistan Timur. Bihari adalah kelompok minoritas penutur bahasa Urdu di Pakistan Timur yang pro-Pakistan dan penentang gerakan kemerdekaan Bangladesh. Mereka menjadi korban persekusi saat konflik meluas.


Korban sipil saat Operation Searchlight.
Sumber

Operation Searchlight menewaskan 5.000-35.000 orang di Dakka dan 200.000-3.000.000 orang Bangladesh secara keseluruhan. Rahman ditangkap dan Liga Awami Bangladesh dibekukan. Pada 17 April 1971, pemerintahan sementara Bangladesh dibentuk di distrik Meherpur yang berbatasan langsung dengan India. Sheikh Mujibur Rahman yang ditahan di Pakistan menjadi Presiden, Syed Nazrul Islam sebagai Pelaksana Tugas Presiden, dan Tajuddin Ahmad sebagai Perdana Menteri. Pada masa ini, sekitar 10 juta orang Bangladesh mengungsi ke India untuk mencari perlindungan.

Terjadi beberapa pembantaian yang dilakukan oleh AD Pakistan sepanjang bulan Mei. Paling terkenal adalah Pembantaian Chuknagar di Khulna saat AD Pakistan membunuh hampir 10 ribu orang.

Pada 11 Juli 1971, komando pasukan Bangladesh dibentuk dengan Jenderal Muhammad Ataul Ghani Osmani sebagai Panglima Tertinggi. Bersama gerilyawan Mukti Bahini yang dilatih dan dipersenjatai oleh India, Jenderal Osmani bahu-membahu melawan militer Pakistan.


11 sektor Bangladesh saat Perang Pembebasan.
Sumber

Bangladesh dibagi menjadi 11 sektor yang masing-masing dipimpin oleh komandan militer. Para komandan ini dahulu merupakan perwira AD Pakistan yang membelot dan bergabung dengan gerilyawan Mukti Bahini. Sebagian besar kamp pelatihan terletak di dekat perbatasan India.

Sepanjang bulan Juli, Mukti Bahini yang dibantu India melancarkan Operation Jackpot dengan mengirim 2.000-5.000 gerilyawan untuk memerangi AD Pakistan. Rencana ini gagal sebab pihak Pakistan berhasil meredam serangan. Meskipun begitu, Operation Jackpot sukses mengganggu stabilitas ekonomi dan militer di Dakka yang menjadi pusat pendudukan Pakistan. Beberapa kapal Pakistan yang berlabuh di pesisir Chittagong, Mongla, Narayanganj, dan Chandpur juga berhasil diledakkan pada 15 Agustus 1971.


Gerilyawan Mukti Bahini.
Sumber

Operation Jackpot menjadi pembuka serangan Bangladesh yang lebih frontal. Bangladesh mulai berani menerapkan perang terbuka hampir di semua sektor. Sementara itu, serangan gerilyawan semakin intensif. Pada akhir Agustus, AD Pakistan semakin keras terhadap gerilyawan di Dakka. Bangladesh membalas pada 13 Oktober yang menyebabkan Gubernur Pakistan Timur Abdul Monem Khan terbunuh.

Antara 28 Oktober dan 3 November, terjadi Pertempuran Dhalai. Tiga kompi yang terdiri dari 215 gerilyawan Bangladesh dan 2 personel resimen India berhasil mengalahkan satu batalion (800 tentara) AD Pakistan. Bulan November betul-betul menjadi neraka bagi AD Pakistan yang terus mengalami kekalahan di berbagai pertempuran melawan koalisi Bangladesh dan India. Pada 21 November, Angkatan Bersenjata Bangladesh resmi terbentuk.

Kesal atas keterlibatan India yang kian masif, pada 3 Desember, AU Pakistan melancarkan Operation Chengiz Khan yang mengganggu instalasi radar AU India serta konfrontasi di sepanjang perbatasan India-Pakistan. AU Pakistan juga melakukan serangan udara ke landasan pacu beberapa pangkalan udara India. Tak tinggal diam, Perdana Menteri India Indira Gandhi membalas serangan serupa yang menimbulkan kerusakan parah di pangkalan udara Sargodha dan Masroor, Pakistan. Dalam beberapa hari ke depan, India mencapai keunggulan di udara. Operation Chengiz Khan menandai inisiasi resmi permusuhan yang justru melahirkan perang baru: Perang India-Pakistan 1971 yang berlangsung selama 13 hari.


Rute penyerangan Angkatan Bersenjata India yang menyerbu masuk wilayah Bangladesh.
Sumber

Keterlibatan penuh India menjadi klimaks bagi pihak Pakistan. Angkatan Bersenjata India dengan cepat menyerbu masuk wilayah Bangladesh. India mendominasi di udara dan laut yang secara tak langsung mengurung kekuatan Pakistan. Sementara itu, koalisi Bangladesh dan India satu per satu membebaskan wilayah yang dikuasai AD Pakistan dan terus melaju ke Dakka.

Pada 16 Desember 1971, Pakistan menyatakan menyerah. Letnan Jenderal Amir Abdullah Khan Niazi langsung menandatangani penyerahan di hadapan para perwira militer India dan Bangladesh. Lebih dari 93.000 tentara Pakistan menyerah yang menjadikannya penyerahan terbesar sejak Perang Dunia II.


Letnan Jenderal Amir Abdullah Khan Niazi (kanan) menandatangani penyerahan di hadapan para perwira militer India dan Bangladesh.
Sumber

Setelah penyerahan, hanya beberapa negara yang memberikan pengakuan diplomatik kepada negara baru itu. Bangladesh pun mencari pengakuan ke PBB, namun Tiongkok memveto sebab Pakistan adalah sekutu utamanya. Amerika Serikat yang juga sekutu utama Pakistan akhirnya menjadi salah satu negara paling terakhir yang mengakui kedaulatan Bangladesh.

Untuk memastikan kelancaran transisi, pada 2 Juli 1972, ditandatangani Perjanjian Simla antara India dan Pakistan. Perjanjian itu memastikan bahwa Pakistan mengakui kemerdekaan Bangladesh dengan syarat pengembalian semua tahanan perang Pakistan. India yang memperlakukan semua tahanan perang sesuai Konvensi Jenewa, akhirnya membebaskan 93.000 tentara Pakistan berangsur-angsur selama lima bulan. Sebagai isyarat baik, sekitar 200 tentara Pakistan yang dicari karena kejahatan perang juga diampuni. Kesepakatan ini turut mengembalikan 13.000 km2 tanah Kashmir yang direbut India dari Pakistan selama perang sebelumnya, pengecualian distrik Kargil yang strategis.

Ini dilakukan sebagai upaya menciptakan "perdamaian abadi" yang diakui oleh banyak pengamat sebagai bentuk kedewasaan diplomasi India, meskipun beberapa pihak di India menganggapnya terlalu lunak untuk Pakistan yang dalam negosiasi meminta keringanan hukuman.


Angkatan Bersenjata Bangladesh menyambut kemenangan dengan sukacita.
Sumber

Sementara itu, kekalahan dan kemerdekaan Bangladesh mengejutkan publik Pakistan Barat. Hanya sedikit yang mengira bahwa mereka akan kehilangan perang formal dalam waktu kurang dari dua minggu. Rezim diktator Yahya Khan runtuh dan menjadikan Zulfikar Ali Bhutto sebagai penguasa baru Pakistan. Letnan Jenderal Niazi yang menyerah bersama 93.000 tentaranya dipandang hina sepulangnya ke Pakistan. Mereka dijauhi dan dicap pengkhianat.

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia

Sumber Referensi:
1 | 2 | 3 | 4

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia

Sekian thread dari ane. Ambil bagusnya, buang buruknya. Semoga bermanfaat. Bye.

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Blue Guy Cendol (L)
Diubah oleh mengeja 28-05-2020 05:28
delakeAvatar border
ronny398Avatar border
nunu403Avatar border
nunu403 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
10.1K
77
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan