kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[CURHAT] TRAUMA... AKU DILECEHKAN GURU AGAMAKU SAAT SD
Selamat siang agan -agan dan aganwati semuanya. Kembali lagi nih, ane Kutilkuda1202 akan menceritakan sebuah curhatan dari temen-temen ane. Setiap thread yang ane buat merupakan curhatan dari temen-temen ane, realita, asli, dan tanpa adanya rekayasa. Jadi bagi agan-aganwati yang tahu tempat atau bahkan orangnya, mohon "keep secret" ya. Demi ketenangan dan privasi temen temen ane.

 

Thread kali ini datang dari temen SD ane, namanya ITA. Yang mengalami trauma dan sampai sekarang belum bisa lepas dari tragedi menyedihkan nya.

Tolong berikan masukan, komentar atau saran untuk mbak Ita yang kali ini menjadi TS dalam thread ini. 

 

"PAK GURU... TEGANYA KAMU MELAKUKAN INI...
AKU MASIH SD PAK.."


Namaku ITA. Saat ini aku berusia 27 Tahun. Aku seorang wanita single yang bekerja di sebuah bank swasta di Kota X. Keseharianku selain bekerja di bank, aku juga menjual kue dan makanan secara online. Aku menerima pesanan dan juga order cathering. Sebenarnya ini adalah bisnis ibuku, tetapi karena ibu semakin tua, maka aku sebagai anak pertama siap membantu ibuku. Aku memiliki seorang adik yang sekarang duduk di kelas 3 SMA. Ia bernama Christ. Christ tumbuh menjadi adik yang pemberani dan jago dalam hal olahraga. Basket, sepakbola, futsal dan juga renang. Tetapi kalau bicara matematika atau pelajaran, dijamin tidak akan pernah ia berkutik. Ayahku sudah meninggal dunia saat Christ duduk di bangku SD. Ayah menderita serangan jantung kala itu. Sehingga ibuku memulai bisnis cathering dan makanan hingga saat ini.

Dibalik kehidupanku yang nampak normal dan baik baik saja, ada suatu rasa penyesalan dan trauma yang aku alami. Aku simpan rapat-rapat. Bahkan ibukupun tak tahu. Hanya aku dan sahabatku Lina, yang disaat aku menuliskan kisah ini, ia sudah meninggal dunia karena melahirkan anak pertamanya. Kiranya Lina tenang di alam sana, dan terimakasih telah menjadi sahabat yang sudah menyimpan rahasia ini hingga tutup usia. Terimakasih sahabatku... 



Kejadian ini terjadi saat aku duduk di kelas 6 SD. Aku dan Lina bersekolah di sekolah negeri di sebuah kecamatan. Kala itu, Christ belum lahir. Aku dan orangtua ku masih tinggal di desa. Jaraknya 100 km dari kota tempat aku tinggal sekarang. Kala itu ayah bekerja sebagai petugas pos Indonesia di kecamatan tersebut, sehingga kami tinggal disana. Dan setelah ayah tiada, barulah kami memutuskan pindah ke kota X dan berwirausaha disana. 



"teeeettttttttttttt........... ", bunyi bel kelas yang menunjukkan bahwa jam pelajaran akan dimulai. Aku datang ke sekolah dengan buku buku sesuai jadwal. "Ita... kamu udah bawa kitab suci belum?", sapa Lina dari belakang. Aku langsung menoleh dan menjawab dengan refleks, " aduh, aku lupa ik, emangnya nanti ada pelajaran agama ya?". "eh, ada ya,, kan pak Awan udah bilang nanti ada pelajaran agama karena besok Pak Awan mau dinas ke kantor dep dep apalah itu.. lupa aku namanya..". 


Jadi kala itu, setiap pelajaran agama, guru ku meminta kami membawa kitab suci. Aku dan Lina beragama non muslim, sehingga kami diminta membawa kitab suci setiap kali pelajaran agama. Karena gurunya hanya 1 dan jumlah murid non muslim per kelas hanya 5 orang, jadi kami dijadikan satu kelas meski kami tidak satu agama.



Lalu kami berbaris di depan kelas, seperti biasa kewajiban semua siswa sebelum masuk. Harus berbaris dipimpin oleh ketua kelas. Aku berada dibelakang Lina sambil berpikir,"duh.. aku lupa bawa nih, bagaimana ini, apa aku barengan saja ya sama Lina". Aku mencoba mencari cara sehingga tidak ada kendala saat nanti mengikuti pelajaran agama. 


“Lin.. nanti aku pinjem bukumu ya..”, pintaku.

“Iya, tenang aja, kita kan sahabat..”, jawabnya dengan ceria.

Kami memang teman akrab sejak TK. Kami bersekolah yang sama dan selalu bermain bersama sejak TK. Ia menjadi sahabat terbaik hingga Lina menghembuskan nafas terakhirnya dua tahun lalu.

 

Pelajaran terus berganti hingga waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB. Seusai istirahat kedua dan itu adalah jam pelajaran terakhir. Jam pelajaran agama. Kami murid murid nonmuslim diminta untuk meninggalkan kelas dan menuju ruang kelas agama nonmuslim di ruangan  terpojok dalam denah sekolah. Karena nanti langsung pulang, jadi kami membawa tas dan peralatan sekolah kami. Karena itu adalah jam pelajaran terakhir. “ayoo ayoo… semuanya masuk ke kelas masing – masing, yang muslim tetap disini, yang non muslim pindah ke kelas agama non muslim”, perintah guru agama muslim. Bu ismy namanya.

“ayo lin, aku bareng kamu, kan nanti aku barengan sama kamu..”, ajakku

“sebentar, aku nata tas dulu..”

 

Lalu kami bergegas ke ruang agama non. Kami berlima terdiri dari Lina, Yuanita, Aji, Sandi dan aku sendiri.  Bersama-bersama berjalan sambil memandangi kelas kelas sebelah yang akan memulai pelajaran. Suasana masih ramai karena masih usai istirahat kedua. Rasa gerah dan sumpek mewarnai area kelas masing masing siswa. Sekolah negri dengan keterbatasan fasilitas. Kala itu belum ada AC di sekolah, kipas anginpun tidak ada. Papan tulis dari kapur, sehingga saat dihapus debunya berjatuhan. Kadang bila ada teman yang usil, bisa saja penghapus kapur tulis ditempelkan di pipi teman-temannya. Belum lagi saat operasi kuku jari tangan, guru bisa memukul dengan penggaris kayu di papan tulis. Masa sekolah yang tak akan terlupakan, bukan?

 

Kamipun memulai pelajaran agama. Seperti biasa pak Awan memimpin doa dan membacakan kisah dari kitab suci. Dan murid murid diminta untuk membaca per ayat bergantian. Saat bagianku, aku meminta kitab suci dari Lina. Lalu kukembalikan lagi. Nasib buruk, saat bagianku, aku tidak tahu sampai ayat mana tadi. Sehingga aku hanya terdiam bingung.

“ayat 3… tiga.. tiiiggaaa”, bisik Lina.

“ha.?? Tiga… bentar,,,”, bisikku.

 

“Lho ita kok tidak bawa kitab suci, kan bapak sudah minta buat bawa kitab suci, nanti Ita pulangnya terakhir.” Kata pak Awan.

 

Pelajaran berjalan dengan aman, meskipun aku menyimpan rasa sebel dan jengkel karena tidak boleh pulang bersama teman-teman.

Aku memang kala itu pertumbuhannya lebih cepat dari lainnya. Aku lebih tinggi dari anak anak perempuan seusiaku, dan aku mulai ada pertumbuhan di payudaraku. Meskipun belum besar tapi sudah mulai membentuk dada seorang perempuan remaja. Sehingga aku harus memakai kaos dalam khusus untuk remaja.

 

Teman teman ku pulang lebih dulu, dan aku tinggal di kelas.

“Ita, karena kamu gak bawa kitab suci, bapak kasih tugas ya.. sekarang ita coba tulis ayat ini di buku ita..”, suruh pak Awan,”Bapak temani disebelah kamu ya”.

Meja kelas kami berbentuk persegi yang digunakan untuk dua orang. Jadi pak Awan duduk disebelahku.

 

Saat aku menulis, Pak Awan berkata,”ita, kamu capek ya, bapak pijetin ya..”,

Aku diam saja

Pak Awan mulai memijat leherku, tetapi tiba tiba dia mulai memegang megang tanganku, pundakku dan sampai ke payudara ku yang masih bertumbuh itu. Seketika aku malu, dan berkata,”pak saya malu…”

“gak apa apa kan hanya dipijet biar gak capek.. gak ada yang liat.”.

Aku tulis lebih cepat lagi agar bapak guruku bisa segera pergi.

 

“Ita, bapak mau minta tolong kamu. Bapak janji akan kasih nilai bagus buat kamu.”

“minta tolong apa pak?”

“boleh tolong pegang ini gak?”

Ia menarik tanganku dan meletakkan di bagian tengah celananya. Aku kala itu tidak paham maksudnya. Yang kutahu ayah pernah bilang bahwa itu adalah alat kelamin untuk anak laki laki. Alat untuk kencing anak laki laki.

“Pak, saya malu pak, nggak mau pak..”

“gak apa apa hanya megangin aja, ini tangan bapak pegel soalnya”

Saat tanganku sampai di celananya, ia mencengkeram tanganku dan menggerak-gerakkan keatas dan kebawah.

“sudah kamu sambil nulis, kan tangan kanannya megang bolpen”.

 

Lalu pak Awan mulai lagi berkata,”sudah selesai? Kalau sudah tolong bantu bapak beresi buku buku ini sebentar, nanti bapak jajanin ya”.

“Pak, saya mau pulang, sudah jam 11.30 pak. Nanti ibu saya nyariin.” Pintaku...

“sebentar saja kok, ini lho buku temen-temen kamu”. jawabnya sambil menarikku ke meja meja penuh dengan dokumen kertas tugas setiap kelas serta buku buku tugas.

Saat aku menata kertas kertas dan buku buku, tiba tiba pak Awan dibelakangku sambil menggesekkan celananya pada pantatku, lalu dia mengeluarkan alat kelaminnya. Aku berbalik arah, tetapi pak awan memegangku dan berkata,”sudah kamu tata saja, anteng, diam, dan bukunya ditata.”. jawabnya, “Bapak pegangin kamu biar kamu tidak kabur.” Gertaknya. 

"Tapi pak, itu kok bapak celananya kebuka, trus kenapa bapak nempel nempel saya?'

tanyaku sambil mengelak.

"sudah kamu itu anteng aja sambil nata", bentaknya. "kalau kamu melawan, kamu saya buat tidak  naik kelas". 

"Diam dan kerjakan!" perintahnya.

Ia terus menggesek-gesekkan kelaminnya. Aku saat itu tidak tahu kalau ia mengeluarkan alat kelamin. aku tidak paham maksud dari yang ia lakukan kepadaku. Yang kutahu, Pak Awan tadi memijit leher, tangan dan dadaku saat aku menulis ayat, lalu sekarang dibentak dan dipegangi dengan kuat saat menata kertas sambil dia nempel nempel pantatku yang kala itu pakai rok SD.

 

Tetapi rasanya sangat tidak nyaman dan geli sekali. Saat buku buku dan kertas kertas kurapikan, tiba tiba kurasakan basah di rokku. Entah apa itu, aku langsung cepat cepat pulang. Karena merasa geli dan takut. Sebab pak Awan memegangiku dengan keras. Aku takut apa yang bapak lakukan kepadaku. Aku takut dihukum lebih keras lagi. 

"Sudah pak, saya pulang..."

Aku lari dengan cepat, takut karena dibentak bapak dan diperlakukan dengan keras.

 

Semenjak itu, aku tidak pernah lupa membawa buku, karena takut dihukum lagi.

Aku pulang, lalu mengganti rokku dan kumasukkan ke dalam ember rendaman cucian. Ibuku tidak dirumah kala itu, aku langsung ganti baju dan makan.

“asem, malah jam segini baru pulang, disuruh nulis, dipijet pijet tangan sampai dada, belum lagi menata kertas sambil dipegangin, kaya tahanan saja..”, gerutuku.

"ini rok kotor basah apa sih, aduh.."

 

Setelah makan siang, aku main kerumah LIna. Rumahnya tidak jauh dari rumahku, aku ceritakan apa yang terjadi tadi. Lina pun berkata,”wah kamu dihukum ya, ya udah besok aku akan ingat kan supaya tidak dihukum lagi. Tenang saja.. rok kamu kotor mungkin kena lem saat duduk di kursi tadi, mending di cuci aja..”.

“iya, sudah kurendam tadi..”.

 

Setelah aku SMP, dan mengikuti pelajaran seksual. Aku tahu bahwa perlakuan pak Awan adalah salah satu perilaku seksual. Aku menangis dan menjerit di hadapan Lina. Lina pun menangis dan menyadari bahwa yang aku alami adalah perilaku busuk guru agama kami. Tapi kami tidak bisa berbuat apa apa. Selain kami sudah lulus, kami juga malu untuk membahas kejadian bodoh itu.

 

Aku menyesal, takut, menangis dan trauma hingga sekarang. Setiap ada pria yang dewasa dekat dekat aku, di bus umum atau dimanapun. Aku trauma,. Aku takut kejadian itu terulang.

 

Bodohnya aku, aku tidak paham bahwa saat itu aku dilecehkan guru agamaku sendiri. Aku tidak tahu bahwa ia telah meremas remas payudaraku dengan istilah dipijat agar tidak capek.

Dan ia telah menggesekkan penisnya di rokku dengan istilah memegangiku agar aku tidak kabur.

GURU AGAMA BEJAT.Aku benci dan jijik denganmu. Aku trauma dan takut dengan pria yang dewasa dan bersikap aneh serta dekat dekat dengan ku.

 

Sekian,

ITA

pulaukapokAvatar border
ummuzaAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 22 lainnya memberi reputasi
23
2.2K
43
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan