riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Kenapa Bisa Ada Virus Penyakit Menular? Apa Karena Revolusi Neolitikum?
Quote:


Hai GanSis semua!! Saya setuju sama anjuran untuk mengurangi akses media sosial. Karena dimasa Pandemi Covid-19 seperti sekarang, dunia tidak hanya dihujani wabah penyakit. Namun juga kebanjiran informasi.

Memang, saat sekarang kebutuhan informasi terutama terkait perkembangan virus Corona menjadi vital. Karena perkembangan setiap harinya bisa saja berubah-ubah. Tapi tunggu dulu, informasi seperti apa yang dimaksud?

Banyak berita tentang Covid-19 yang beredar, tapi gak harus semuanya ditanggapi. Saya memposisikan diri sebagai orang yang sangat terbatas pengetahuannya, terlebih soal Covid-19 yang notabene penyakit jenis baru. Maka itu saya pikir, lama-lama stress juga ya semuanya di ikuti. Ada spekulasi, konspirasi dan teori macam-macam. Belum lagi kalau diaduk kedalam politik.

Tapi bukan berarti kita berhenti untuk menggali informasi. Melihat banyak teori dan spekulasi darimana awalnya virus Corona ini bermula. Saya pikir, tanggung banget kalau topiknya masih sekitar China dan Amerika Serikat. Kenapa gak sekalian kembali ke jaman Neolitikum?

Quote:


Periode Neolitikum, masa dimana Manusia mengenal praktek pertanian. Suatu masa yang disebut-sebut membuat virus penyakit menyebar dengan cepat dan menjadi epidemik. Kenapa bisa?

Zaman Neolitikum, yang dimulai di Timur Tengah sekitar tahun 9500 SM, adalah masa ketika manusia menjadi petani. Suatu masa yang menandai revolusi besar peradaban manusia. Dari awalnya hanya mengumpulkan makanan, berubah menjadi menghasilkan makanan.

Ketika manusia mulai mengubah kebiasaan dalam berinteraksi dengan alam dan memenuhi kebutuhan. Dari awalnya manusia berburu dan mengumpulkan makanan. Tapi sejak mengenal pertanian, manusia mulai menjinakan hewan dan melakukan praktek Monokultur. Pada akhirnya membuat semakin cepat penyebaran virus penyakit.

Budidaya tanaman monokultur atau menanami lahan dengan satu jenis tanaman seperti halnya Padi. Memang dikenal efektif dan menghasilkan panen melimpah. Namun dibalik itu membuat virus tanaman lebih cepat menyebar dan bersintas hingga menginfeksi untuk masa tanaman berikut. Penyebaran potivirus kentang serta buah-buahan dan sayuran lainnya dimulai sekitar 6.600 tahun yang lalu.

Variola, yang merupakan infeksi virus paling mematikan dalam sejarah, pertama kali muncul di antara masyarakat pertanian di India sekitar 11.000 tahun yang lalu.

Sementara itu sekitar 10.000 tahun yang lalu manusia yang tinggal di sekitar cekungan Mediterania mulai menjinakkan binatang liar. Babi, sapi, kambing, domba, kuda, unta, kucing dan anjing semua disimpan dan dibesarkan di penangkaran.

Hewan-hewan tersebut juga membawa penyakit. Berpotensi terjadi transmisi dari hewan ke manusia, lebih dikenal dengan istilah Zoonotik. Namun zoonotik seperti itu termasuk jarang terjadi. Terlebih penularan dari manusia ke manusia lebih jarang terjadi.

Kebanyakan virus penyakit hanya menyerang spesies tertentu dan tidak mengancam manusia. Pengecualian untuk Influenza dan yang terjadi saat ini Covid-19.

Oke GanSis, sampai disini apa berarti awal penyebaran virus penyakit disebabkan pada periode Neolitikum?



Fakta menjinakan hewan liar dan dipelihara dalam satu penangkaran memang memungkinkan terjadi transmisi penyakit dari hewan ke manusia. Mengingat lingkup tempat tinggal manusia dan hewan menjadi lebih berdekatan.

Pada titik ini kita harusnya sadar. Saat mengubah kebiasaan dalam berinteraksi dengan alam atau apapun itu, sedikit banyaknya akan berdampak kembali pada diri kita.

Seperti saat mulai menjinakan hewan dan menangkarkannya dalam mekanisme manusia. Seperti manusia telah membuat sebuah "kontrak" dengan alam. Menyadari bahwa ada harmonisasi alam yang diubah. Tapi itu dilakukan demi memenuhi kebutuhan hidup manusia dan tentunya untuk bertahan hidup.

Jadi tidak bisa serta merta menyalahkan periode Neolitikum. Mengingatkan populasi semakin meningkat dan budaya pertanian menjadi keharusan. Bayangkan jika tidak ada pertanian, maka bencana kelaparan agaknya lebih mengerikan. Kembali kemasa "siapa kuat dia berkuasa".

Saya pikir pendahulu kita juga telah berpikir masak-masak terkait keputusan besar yang mereka pilih. Untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sekalipun beresiko tertularnya penyakit. Tapi langkah itu lebih baik, dibanding cara berburu dan mengumpulkan makanan yang sudah tidak mumpuni dengan jumlah populasi yang semakin banyak.

Dan awalnya juga tidak ada masalah dengan budaya baru yang dimulai sejak periode Neolitikum. Karena virus penyakit dari hewan lebih banyak tidak terlalu mengancam manusia.

Lantas bagaimana dengan Covid-19 ?



Seperti dijelaskan diatas. Meskipun penjinakan hewan liar oleh manusia beresiko adanya penularan penyakit antar keduanya. Namun jarang terjadi penularan Zoonotik seperti itu. Dan virus Zoonotik tidaklah terlalu mengancam manusia. (Silahkan koreksi bila salah, saya menulis berdasarkan sumber yang sudah dicantumkan dibagian bawah thread ini).

Kita ambil contoh Covid-19. Seberapa bahaya sih penyakit ini ? Kenapa sampai membuat hampir satu Bumi ter-lockdown ? Faktanya memang Covid-19 dapat sembuh sendiri. Asal mendapat perawatan yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh. Pada akhirnya virus akan mati sendiri.

Tapi kini yang menyebabkan Covid-19 menjadi sangat berbahaya karena populasi manusia sangat banyak. Jumlah kita terlalu banyak untuk menangkal Covid-19. Jika perang melawan musuh yang terlihat, mungkin jumlah menjadi kunci kemenangan. Tapi bagaimana dengan musuh yang tak terlihat? Saya pikir justru lebih berat.

Yang bikin penyebaran virus Corona ini salah satu faktornya karena jumlah populasi dan mobilitas manusia yang tinggi. Itu semakin mempercepat penyebaran wabah. Memang betul penyakit ini tidak begitu bahaya dan mematikan. Tapi bila jumlah pasien membludak dan rumah sakit sudah tidak menampung. Disinilah letak fatalnya Covid-19.

Belum lagi dampak ekonomi yang ditimbulkan. Banyak perut lapar yang perlu diisi.

Nah, sampai disini masalahnya jadi kompleks ya? *pusing*



Kalau dulu manusia mulai jadi petani dan peternak karena untuk memuhi kebutuhan pangan. Meski disamping itu beresiko terjadinya penularan virus penyakit.

Kini wabah penyakit sudah terjadi. Tapi dunia juga dibayangi krisis pangan. Ruwet kan. Kita sudah melakukan kesalahan apa sih, hingga kondisi begini...

Saling menyalahkan tentu tidak ada habisnya. Tapi kita perlu mencari sumber kesalahannya agar kita menyadarinya.

Pada saat kita mulai menjinakan hewan liar dan mendekatkan tempat tinggalnya dengan manusia. Artinya kita harus paham bahwa dimasa depan manusia akan akrab dengan wabah. Terlebih dengan padatnya penduduk dan perubahan iklim.

50 tahun terakhir wabah penyakit jadi sering terjadi. Bersamaan dengan lonjakan jumlah manusia yang memadati area perkotaan. Sementara deforestasi atau penebangan hutan semakin meningkat. Hewan-hewan kehilangan tempat tinggal.

Maka hewan-hewan seperti tikus, musang, ular, kelelawar dan sebagainya mulai menginvasi kota. Di kota sumber makanan tersedia, yaitu sampah sisa makanan manusia. Membuat hewan-hewan merasa nyaman tinggal diarea kota.

Sementara tingkat kebersihan dan pengendalian hama masih rendah. Beresiko bagi masyarakat miskin perkotaan. Mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk mendapat perawatan medis.

Infeksi juga lebih cepat tersebar di pemukiman kota yang padat. Dimana orang-orang menghirup udara dan memegang benda yang sama.

Ringkasnya, padatnya penduduk dan krisis iklim membuat wabah semakin parah. Contoh kasus misalnya Wabah Virus Nipah di Malaysia pada 1997-1998. Faktor utamanya disebabkan karena kerusakan alam.

Virus Nipah (NiV) dibawah oleh kelelawar dengan perantara Babi. Tentu migrasi Kelelawar ke Kampung Sungai Nipah bukannya tanpa sebab. Kebakaran hutan membuat kelelawar mencari makan ke perkebunan buah dan peternakan yang dibudidayakan.

Kelelawar buah mencari makan di Kampung Sungai Nipah. Ini karena migrasi kelelawar buah dari hutan ke kebun buah maupun peternakan yang dibudidayakan.

Sepanjang tahun 1997-1998 di Indonesia terjadi kebakaran hutan dan kekeringan karena pengaruh El Nino-- fenomena perubahan iklim secara global dengan memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur, menurut situs Polygeia. Itulah yang menyebabkan akhirnya kelelawar buah melakukan migrasi.

Ada juga pengaruh antropogenik, yakni pencemaran yang terjadi karena ulah manusia, seperti aktivitas transportasi, industri, dan pembakaran sampah.



Jadi kepanjangan gini thread yang saya buat. Barangkali bisa dijadikan bahan debat mengapa di dunia ini ada wabah penyakit? Mengapa manusia terinfeksi virus dari hewan? Jadi argumen kamu tidak hanya berkutat pada Tiongkok dan AS.

Diluar sana mungkin teori konspirasi lebih seksi untuk dibahas. Entahlah, mungkin kita masih lebih senang menganggap Pandemi Covid-19 hanya sebagai fenomena kesehatan dan ekonomi. Alih-alih mengakui ini merupakan dampak dari krisis iklim yang dibuat oleh manusia sendiri.

Oleh Rianda Prayoga @riandaprayoga
Binjai, 23 April 2020

Spoiler for sumber & referensi:
Diubah oleh riandyoga 23-04-2020 08:46
boelnauriAvatar border
infinitesoulAvatar border
jannes69Avatar border
jannes69 dan 41 lainnya memberi reputasi
42
2.4K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan