lizafaithoAvatar border
TS
lizafaitho
[Teka-Teki] Detektif Jeli
Ini merupakan teka-teki berbentuk cerita. Perhatikan detail yang ada. Jawaban akan diungkap TS di kolom komentar setelah ada yang bisa menjawab dengan benar. Jika dalam waktu 6 bulan tidak ada yang dapat menebak, maka akan diungkap TS.

Jelita namaku. Aku seorang detektif terkenal di kota. Banyak yang memanggilku Detektif Jeli karena berhasil mengungkap beberapa kasus dengan "jeli". Bahkan banyak dari orang-orang yang terkejut ketika aku dapat mengungkap kasus "luar biasa".

Hari ini seperti biasa. Aku menyeleksi beberapa kasus yang menumpuk di mejaku. Mungkin kesannya agak kejam. Tapi aku dengan sengaja mengalihkan kasus kecil dan kurang menarik bagiku ke junior-junior ku. Hitung-hitung mereka belajar kan?

"Total ada sekitar seratus kasus yang masuk hari ini." Pak Anto, bagian administrasi kepolisian, menaruh begitu saja berkas-berkas laporan di atas mejaku.

"Hmm, tak sebanyak kemarin." Aku mulai meraih satu berkas yang ada di hadapan ku.

"Kau tak pernah mengeluh ya? Walaupun banyak orang yang begitu saja meminta kasusnya diselesaikan oleh mu." Ujar Pak Anto yang masih mengganggu ku.

"Aku harus bagaimana lagi? Manusia menghadapi kepanikan dengan berbagai cara." Balasku.

"Iya, benar juga. Tapi kasus dari guru SD tempo hari terlalu berlebihan. Masa meminta kepolisian mencarikan berkas ulangan murid-muridnya? Itu hal yang konyol." Oceh Pak Anto.

"Mungkin berlebihan bagi kita, tapi mungkin itu hal yang penting bagi guru itu." Aku masih fokus memilah berkas. Lalu mataku terbelalak melihat kasus bunuh diri.

baca juga: [Teka-Teki] Acara Minum Teh

Aku langsung bangkit dari kursi ku yang empuk. Mengambil jaket kulit yang ada di gantungan. Lalu mengajak teman forensik ke tempat kejadian.

Laporan ini dilaporkan sendiri oleh Yuan, anak dari pelaku bunuh diri. Aku hanya tak paham kenapa kejadian bunuh diri ingin diselidiki oleh detektif. Jadi instingku menyuruh ku untuk mengambil kasus ini.

Aku dan Albert, teman forensik ku, akhirnya sampai di depan rumah sederhana berwarna putih. Aku mengetok pintu di depan kami. Tak butuh waktu lama, seorang lelaki berusia 15 tahun, membukakan pintu untuk kami. Wajahnya muram. Pantas untuk seseorang yang berduka. Dia mempersilahkan kami masuk.

"Kau Yuan?" Tanyaku langsung tanpa basa-basi. Dia hanya mengangguk, lalu menuntun kami ke lantai dua, ke tempat kejadian perkara.

Terlihat pintu kamar setengah rusak, bahkan terlihat penyok di beberapa bagian. Aku meminta Albert segera masuk ke kamar, sedangkan aku masih ingin berbincang sedikit dengan anak malang di depan ku.

"Jadi, sejak kapan kamu mengetahui kematian ibu mu?" Aku tak mengeluarkan buku kecil ku untuk menghindari ketegangan.

"Mmm.., dua hari yang lalu, pada malam hari. Aku mencoba membuka kamarnya setelah dia tak keluar kamar selama 12 jam setelah pulang mengajar. Hingga aku mengalami memar di beberapa bagian tubuh." Dia memegangi lengannya.

"Baik, nanti akan aku katakan ke pihak kepolisian agar kau mendapatkan perawatan." Aku mencoba memberikan rasa aman untuknya. "Sekarang kau tinggal bersama siapa selain ibu mu?"

"Tidak ada." Dia menatapku dengan wajah lugunya. "Aku tak punya siapa-siapa. Jika boleh, aku ingin tinggal dengan Detektif Jeli, aku mengagumi prestasi mu."

"Akan aku pertimbangkan nanti, lalu ayah mu dimana?" Ujar ku mencoba mencari keluarga aslinya.

"Ayah ku pergi entah kemana. Aku benar-benar sendiri." Dia menunduk.

Aku pun berpikir sebentar. Kasihan juga anak ini jika harus sendiri di sini. Setelah itu dia izin ke dapur untuk membuatkan ku dan Albert kopi.

"Hei, aku sudah selesai dengan tugas ku." Ucap Albert.

"Sebentar, aku ingin melihat TKP sendiri." Kataku.

Terlihat rapi. Hanya ada gantungan bekas bunuh diri di langit-langit yang terhubung ke jeruji jendela. Ruangan masih berbau. Kemungkinan Yuan yang meminta petugas medis untuk tak mengubah ruangan begitu banyak.

"Tak banyak yang bisa ku dapat, ku rasa ini memang benar-benar bunuh diri. Apa yang diharapkan anak itu?" Albert kini bermuka masam. Mungkin juga menyesal menerima ajakan ku.

"Mungkin dia ingin tahu apa yang menyebabkan ibunya bunuh diri." Aku kini juga ikut kecewa. Insting ku mungkin saja tak selalu benar. Kasus ini biasa saja bagiku. Hanya kasus bunuh diri.

"Ini ada surat wasiat dari ibu korban bunuh diri." Albert menyodorkan secarik kertas lusuh. Dalam surat itu tertulis:

"Aquarium ku rusak. Piranha tak akan berubah menjadi Ikan Koi. Aquarium tua ku pecah. Aquarium ku rusak. Aku akan mati."

Aku berubah pikiran. Ada hal yang harus ku ketahui lebih lanjut. Tapi mungkin aku terlalu lelah sekarang, dan aku harus kembali ke kantor. Aku pun mengajak Albert kembali. Namun begitu kami turun dari lantai dua, terlihat Yuan sedang menghidangkan kopi dan kue kering di meja. Meminta kami untuk bersantai sejenak dengannya.

"Aku tahu kau kesepian, tapi kami harus kembali ke kantor. Aku akan menitipkan mu ke tetangga mu." Ujar ku. Terlihat raut kecewa di wajahnya.

"Baik lah. Aku akan memasukkan kopi buatan mu ke dalam termos kecil ku. Kebetulan aku akan lembur hari ini." Aku memasukkan kedua cangkir kopi ke dalam termos kecil ku.

Setelah menitipkan Yuan ke tetangganya. Aku dan Albert melaju ke kantor polisi. Aku tahu ini bukan kasus bunuh diri biasa. Insting ku tak akan salah.

baca juga: [Teka-Teki] Letak Bolpoin

Apakah ini murni bunuh diri atau ada fakta lainnya? Apa maksud dari surat wasiat ibu? Apa yang sebenarnya terjadi?

Sumber: Otak TS. Copas? Izin dulu yaa
onikAvatar border
thomasshelbyAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
1.2K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan