lin680Avatar border
TS
lin680
Gadis yang Dijuluki Penyihir (bagian 3)

Blogspot.com

"Cepetan bawa ke rumah Dokter Adi!" Angeline panik, sejak tadi ia pun ikut menangis melihat Amalya tak terkendali.


Teriakan dan isak penuh ketakutan dari kembarnya itu mengiris hati, membuat enam teman mereka kewalahan menenangkan. Gadis itu dibawa ramai-ramai ke tempat berselang tiga rumah dari sana.

Tatiana terhenyak, lalu cepat masuk ke kamarnya. Setelah menutup pintu, ia terduduk di tempat. Memijat kepalanya, gusar.  Degup jantung berpacu cepat, saat teringat kalimat terucap spontan di hatinya itu menjadi kenyataan.

'Mana mungkin? Bisa saja anting itu tadi terkena sesuatu, atau salah pasang oleh Amalya karena terburu-buru?' Pertanyaan membendung di kepalanya. Gadis itu menangkup wajah pada lutut, frustrasi tak mendapat jawaban.

"Kenapa bingung?"

Mendengar suara asing itu Tatiana sontak mengangkat wajah. Matanya membulat seketika melihat seseorang duduk di bed-nya, gadis berseragam putih, corak garis hitam di ujung lengan, dengan rok lipit hitam selutut, belum pernah ia tahu sekolah mana yang memakai pakaian itu.

"Ka-kamu?"

Syuut ...!

Gadis berambut lurus itu melesat terbang ke dekatnya.

"WHUAA-PPHH!" Mulut Tatiana dibekap oleh jemari dingin itu. Tubuhnya langsung kaku tak bisa melawan.

"Ssst, gak usah ribuut. Aku baik, kok." Si gadis asing terus membujuknya agar tak teriak. Setelah Tatiana tenang baru dilepaskan. Ia kembali melesat ke dekat jendela.

"Aku akan jadi teman, kamu mau teman, kan?" tanyanya sambil mengerlingkan mata. Bibir tipisnya tersenyum aneh.

Tubuh Tatiana bergetar, ia berdiri merapat pada pintu. Benaknya mencari jawaban, makhluk apa yang ada di kamarnya ini, tapi ia sangat takut untuk bertanya.

"A-ak-ku-"

"Ah, sudahlah. Aku nggak suka kamu gagap begitu." Gadis barbola mata hitam itu kembali melayang, menjatuhkan diri ke tempat tidurnya.

'Aku nggak butuh teman hantu, tapi manusia!' Tatiana merutuki diri yang tak mampu mengatakan itu.

Makhluk aneh di depannya setengah duduk di kasur, melipat kaki dan mengoyang-goyangkannya santai. Kulit wajahnya seputih salju, mata menyapu pandang liar ke sekeliling, seolah ia tertarik dengan isi kamar Tatiana.

"Ka-kamu han-tu?" Baguslah, ia cukup lega bisa memecah keheningan.

Namun, pertanyaannya ditanggapi dengan tawa lucu. Tanpa menjawab, si gadis aneh menjentikkan jemari ke atas, sekejap muncul kerlip cahaya dan sebuah apel segar di telapak, langsung digigitnya penuh nikmat.

Tatiana membelalak. 'Sangat jelas, ia bukan manusia?!'

"WAAAAA!!" teriaknya histeris, terdengar hingga ke bawah.

"Ada apa, Non??" Gadis itu berlari ke bawah, menabrak tubuh Mbok Darmi di tangga.
Wanita tua itu dipeluk Tatiana erat sambil menggeleng kepala. Walaupun makhluk itu tak berwujud seram, tapi ia sangat takut kembali ke kamar.

Wuuuussh!

Angin terasa melewati, mengenai belakangnya. Tampak gadis itu duduk di relling tangga, masih mengunyah apel.

"Kalau kamu takut, aku pergi ...." Wajah itu memanjang, hingga beberapa senti dari muka Tatiana yang memucat. "Tapi ... aku akan dataaang lagiiiii." Kalimatnya menggema, lalu tubuh itu lenyap seketika.

Tatiana yang masih gemetar melepas pelukan pada Mbok. Memegang kacamatanya, memandang sekitar.

"Kenapa, Non? Apa liat sesuatu?" tanya wanita itu ikut melihat hingga ke langit-langit.
Pandangan mereka terhenti saat rombongan teman si kembar datang.

Terlihat Amalya mengusap air mata yang masih mengalir. Raymon, kekasihnya menggandeng bahu gadis itu hingga ke kamar.

Tatiana bisa melihat, dua daun telinga kakaknya itu diperban.  Ia merasa menyesali kejadian ini, pasti semua karena makhluk aneh itu menyusup ke tubuhnya.

***
Malam hari, Tatiana ikut masuk ke kamar Amalya saat papa dan mamanya bisa pulang awal, setelah menerima laporan anak kesayangan itu sakit. Seharian gadis berkulit putih itu menolak keluar kamar. Masih takut akan apa yang terjadi dengan telinganya. Di ranjang, berserakan tissu menggumpal, Angeline terlihat setia di sisinya.

Begitu melihat kehadiran perempuan yang mengenakan cardigan sewarna kulit itu, Amaliya segera menghambur ke pelukannya.

"Maa, telinga Amalya, Maa. Am, nggak mau telinganya rusaak, gimana, Maa?" Ia bicara tersendat di antara isaknya.

Lelaki berbadan gagah dan bermata biru itu juga segera memeluknya.

"Tenang, Am. Papa yakin, semua akan baik-baik saja," kata Andrew sambil mengusap punggungnya.

Tatiana meneguk saliva yang terasa kering, masih ada rasa bersalah di dasar hati yang mencoba diabaikannya.

Setelah mengecek telinga gadis yang masih diperban itu, Andrew menelepon Dokter Adi, menanyakan apa yang telah terjadi.

Setelah menutup telepon, lelaki itu langsung membuat keputusan.

"Besok kita akan terbang ke Singapura," ucapnya singkat, makin membuat Amalya menangis. Di sana ada dokter pribadi keluarga mereka yang rutin dikunjungi saat medical check-up.

Bukan hal sulit bagi lelaki turunan Rusia itu, Singapura adalah tempat bisnis keduanya selain Jakarta. Ia seorang banker yang memiliki saham di sebuah Bank Asing.

"Angel, ikut, Ma, Pa. An, nggak bisa liat Ama kayak gini," isak gadis berpakaian tidur pink itu memohon. Dua raut wajah sedih yang berdekatan itu seolah cermin, karena terlalu mirip.

Mariana mengangguk. "Tentu, Sayang. Nggak ada masalah untuk itu," jawab wanita asli Bandung ini.

Tatiana pun sangat ingin mengatakan ikut, tapi kata itu tak mampu terucap. Ia masih sekolah dan akan sulit mendapatkan izin, sementara dua kakaknya itu selalu terlihat gampang meninggalkan jam kuliahnya.

Mereka kembali berlibur, setelah sebulan lalu juga menghabiskan sepekan di sana, memberikan kejutan ulang tahun si kembar keduapuluh di Ce La Vie Club Lounge.
Menurut cerita mereka, tempat itu terindah yang tak pernah bosan dikunjungi untuk menikmati indahnya malam city view Singapura dari ketinggian.

Semua tampak mudah untuk si kembar yang cantik dan normal di keluarga ini.

Tatiana kembali ke kamarnya dengan langkah gontai, bahunya jatuh tak bersemangat. Entah kapan terakhir ia merasakan sebuah pelukan hangat? Sepertinya sudah terlupa, kecuali dari Mbok Darmi yang selalu bau bawang itu.

Kepergiannya dari kamar seolah tak terlihat, karena yang lain tengah sibuk menenangkan Amalya.
nona212Avatar border
tarigannaAvatar border
key.99Avatar border
key.99 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
3.1K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan