AriwanasAvatar border
TS
Ariwanas
Pantaskah Indonesia Disebut Sebagai Negerinya Teknik Sipil ?
Quote:


selamat pagi, siang, sore, malam gansis semua




Selamat datang di trit ane emoticon-Big Grin


Quote:



Hidup di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini. Membuat ane sendiri bangga akan kayanya negara kita, mulai dari budayanya, masakannya, bahasanya, sampe orang - orangnya pun beraneka ragam emoticon-I Love Indonesia (S). Tapi diliat dari aspek itu semua, ada yang menarik perhatian ane selama ini.


Yap ... apalagi kalo bukan pembangunan infrastruktur di mana - mana sekarang ini. Walopun mungkin pembangunan infrastruktur kini lagi terhambat akibat pandemi corona yang masih terjadi.


Trus apa hubunganya gan sama infrastruktur dengan judul ???


Quote:



Ya pasti ada hubungannya gan, teknik sipil sendiri merupakan disiplin ilmu yang mempelajari perencanaan ato perancangan, manufaktur, pengelolaan, dan pemeliharaan dari beragam fasilitas dan sistem untuk mendukung sebuah kota, pedesaan, dan perkotaan. Nah .. beragam fasilitas yang dimaksud dari pengertian tadi salah satunya adalah infrastruktur. Di negara berkembang seperti Indonesia, lulusan teknik sipil punya peluang yang besar gansis untuk mendapat suatu pekerjaan karna memang sedang dibutuhkan sana sini dalam pembangunan, baik itu sarana publik, jalan raya, jembatan, dkk.


Kalo gitu, apa hubungannya Indonesia sebagai negerinya teknik sipil ?


Quote:



Selain gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, ternyata ada juga loh orang - orang hebat dari negeri ini yang berkaitan langsung dengan teknik sipil. Pertama ada Ir Tjokorda Raka Sukawati, beliau merupakan insinyur Indonesia asal Bali yang berhasil menjadi penemu sistem Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) yang lebih dikenal dengan nama teknik Sosrobahu. Teknik Sosrobahu adalah teknik konstruksi yang di gunakan untuk memutar bahu lengan beton jalan layang. Berkat penemuan Tjokorda ini, pembangunan jalan layang dari Cawang ke Tanjung Priok di tahun 1980an sukses dilaksanakan tanpa mengganggu arus lalu lintas.


Setelah menyelesaikan pendidikan teknik sipil di Institut Teknologi Bandung, Tjokorda memulai karirnya di PT. Hutama Karya, sebuah perusahaan konstruksi dan infrastruktur, yang merupakan Badan Usaha Milik Negara di bawah Departemen Pekerjaan Umum PT. Hutama Karya. Di tahun 1987, perusahaan tersebut mendapat order untuk membangun jalan layang Cawang-Tanjung Priok. Pembangunan tersebut menemui kendala pada teknik konstruksi yang akan digunakan. Apabila teknik konvensional diterapkan secara paksa dalam pembangunan tersebut, kemacetan lalu lintas akan semakin bertambah. Padahal, pembangunan jalan layang tersebut tidak boleh mengganggu arus lalu lintas di bawahnya. Alternatif lain yang sempat dilontarkan kala itu adalah penerapan metode gantung seperti yang pernah digunakan di Singapura. Namun, metode tersebut urung dipakai lantaran tingginya biaya yang diperlukan. Akhirnya, Tjokorda berhasil memecahkan permasalahan tersebut dengan teknik Sosrobahunya.


Quote:

Quote:



Tjokorda mendapat ide teknik tersebut saat ia hendak memperbaiki mobil Mercedes buatan 1974 miliknya. Saat ia mengangkat roda depan mobilnya dengan pompa hidrolik, badan mobil berputar dengan sumbu batang dongkrak karena keadaan garasi yang agak miring dan lantai yang licin karena tumpahan oli. Kejadian itu menginspirasinya untuk menerapkan cara kerja pompa hidrolik untuk mengangkat benda berat yang bila bertumpu pada permukaan yang licin, benda tersebut bisa digeser dengan mudah. Setelah melakukan beberapa percobaan, akhirnya Tjokorda berhasil membuat alat putar silinder yang nantinya akan digunakan untuk memutar bahu lengan beton jalan layang. Sebenarnya penemuan tersebut belum diuji coba secara khusus di laboratorium. Namun, Tjokorda yakin penemuannya tersebut akan berhasil dan bahkan bersedia  mundur dari jabatannya sebagai direktur PT. Hutama Karya bila temuannya itu tidak bisa bekerja. Ternyata temuan itu memang dapat bekerja dengan baik. 


Penamaan teknik temuan Tjokorda ini sebagai teknik Sosrobahu diberikan oleh Presiden Soeharto kala itu. Teknik Sosrobahu ini sudah diterapkan pula pada pembangunan jalan-jalan layang di Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Tjokorda pun telah mengembangkan teknik Sosrobahu versi kedua agar teknik tersebut bisa diaplikasikan lebih ekonomis dan efisien.


Tidak hanya pak Tjokorda saja yang mampu membanggakan Indonesia melalui penemuannya tersebut dalam bidang teknik sipil untuk solusi konstruksi jalan.


Dari kalangan Kartinian, ada pula sosok insinyur perempuan yang menemukan solusi untuk konstruksi jembatan. Kartini itu bernama Ir Arvila Delitriana, beliau merupakan insinyur yang merancang Jembatan Lengkung Bentang Panjang (Long Span) untuk proyek Light Rapid Transit (LRT) di Kuningan, Jakarta Selatan.


Quote:



Jembatan karya Arvila Delitriana ini memiliki panjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter. Jembatan sepanjang itu dibangun menggunakan material beton seberat 9.688,8 ton.


Karya insinyur perempuan itu pun sukses meraih dua penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai jembatan kereta boks beton dengan bentang terpanjang dan radius terkecil di Indonesia. Kemudian satu laginya, dinobatkan sebagai jembatan dengan pembebanan axial static loding test pada pondasi bored pile dengan beban terbesar di Indonesia.


Beliau merupakan insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung atau ITB. Sebelum terlibat dalam proyek LRT, ia juga pernah beberapa merancang jembatan lain di Indonesia. Jembatan yang telah dirancangnya di antara lain adalah Jembatan Pedamaran 1 dan 2 di Riau, Jembatan Kereta Api Cirebon-Kriya, Jembatan Perawang di Riau, Jembatan Kali Kuto, Semarang, serta Jembatan Layang khusus Busway ruas Adam Malik di Jakarta.


Quote:



Saat merancang jembatan lengkung LRT di atas Flyover Kuningan, Arvila sebenarnya harus bersaing dengan insinyur lain. Tak main - main, saingannya ternyata adalah seorang konsultan asal Prancis. Namun akhirnya, BUMN konstruksi, PT Adhi Karya lebih memilih rancangan dari Arvila. Direktur Utama PT Adhie Karya (Persero) TBK Budi Harto berpendapat rancangan milik Arvila yang paling memungkinkan dan efisien. Adapun rancangan yang dibuat konsultan Prancis itu adalah steelbox gifer dengan metode incremental launching, cable stayed, concentrate box gorder balanced contilever dengan kolom di tengah.


Kendati demikian, menurut Budi, rancangan tersebut tak sesuai dengan kondisi lapangan. Akhirnya, rancangan yang dipilih pun adalah kepunyaan Arvila.


Nah, kedua Insinyur diatas membuktikan kepada ane gansis bahwa Indonesia adalah negerinya teknik sipil. Penemuan mereka berdua sangat membanggakan bahkan sudah sampai diterapkan di negara - negara tetangga untuk teknologi sosrobahu. Selain itu, tak kalah pula ada sosok Insinyur perempuan yang mampu mengalahkan Insinyur asing dalam sebuah karya konstruksi jembatan, yang boleh dikatakan sulit untuk dikerjakan.


Quote:



Ane walopun bukan berasal dari bidang ilmu tersebut. Akan tetapi ane bangga melihat mereka berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan penemuannya. Semoga hal itu bisa dicontoh oleh Insinyur lokal lainnya.

emoticon-I Love Indonesia

Gimana menurut gansis, apakah negeri kita pantas disebut sebagai Negerinya Teknik Sipil ???


Thanks yang sudah membaca

emoticon-Nyepi

Sampe jumpa di trit ane berikutnya

emoticon-Hai


klik gambar diatas untuk menuju trit ane lainnya

Smilies by KASKUS n @kucingnyapakrt


Referensi Penulisan:

Sumber 1& 2
Gambar by Google
Diubah oleh Ariwanas 17-07-2020 00:33
agusrezapratam4Avatar border
indirapanjiAvatar border
liramarlindaAvatar border
liramarlinda dan 37 lainnya memberi reputasi
36
10K
193
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan