kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[CURHAT] ADIKKU TERKENA PENYAKIT KELAMIN
NOTE: Ini adalah curhat dari sahabat ane. Silahkan diberikan komentar untuk membantu. Nama dan lokasi disamarkan. Komen akan dibalas langsung oleh nara sumber. 

Perkenalkan namaku Yohan. Aku adalah seorang pedagang buah-buahan di salah satu kota di Jawa Tengah. Usahaku ini memang masih kecil, dan belum bisa disebut bisnis sukses. Tetapi setidaknya bisa menjadi andalan untukku mendapatkan sesuap nasi untuk menyambung hidup. Saat aku menuliskan ceritaku ini, aku berusia 23 tahun. Banyak orang berkata bahwa di usia muda kita harus bekerja keras agar di usia tua kita bisa menikmati hasil jerih lelah kita. Itupun berlaku pada ku. Aku bekerja dengan tekun dan mencari rejeki hallal untuk masa depanku. 


Sebelum aku bekerja sebagai pedagang buah, aku dulunya adalah seorang tukang cuci motor di dekat sekolah ku. 

Aku memang terlahir dari keluarga tidak mampu. Ayahku telah meninggal dunia saat aku berusia 11 tahun. Beliau mengalami serangan jantung saat ayah bekerja. Ayah bekerja sebagai satpam di suatu perusahaan. Ternyata Allah memanggil beliau, dan harus meninggalkan aku, ibuku, kakak perempuanku, dan adikku laki-laki. Semenjak itulah, ibu mulai berjuang keras untuk menyekolahkan kami, dan mendidik kami untuk menjadi manusia kuat dan tidak manja.

Saat aku kecil, aku bertanggung jawab untuk menjaga adikku. Adikku dua tahun dibawahku, dan ia bersekolah di sekolah yang sama denganku. Sejak kecil, adikku ini sangat penakut dan pemalu. Ia sangat bergantung denganku. Berangkat sekolah menunggu aku, ke kantin juga harus sama aku, malam-malam ke kamar mandi juga minta ditemani, dan bermain juga harus sama aku. Dulu aku selalu berkata kepadanya,” Dek.. kamu kenapa sih ikut kakak terus? Belajar mandiri, jangan penakut”. Tetapi, tetap saja dia mengekor dan tidak bisa sendiri. Aku sadar, karena dia adalah anak terkecil dan ia memang pemalu. Aku sebagai kakak, benar-benar menjaga dia dan menjadi teman yang baik untuk adikku.

Mulai beranjak usia, kami memasuki masa remaja. Adikku ini mulai percaya diri, dan ia mulai bisa bergaul dengan orang lain. Kami bersekolah di tempat yang berbeda tetapi masih satu arah. Jarak sekolah kami tidak jauh, tetapi satu arah. Sekolahnya jadi satu dengan area gereja, sedangkan aku di dekat terminal di kecamatan. Ia sudah tidak penakut lagi. Ia mulai mengembangkan bakat nya bersama teman-temannya. Ia mulai belajar gitar, belajar bernyanyi dan tergabung dalam ekstrakuliker band. Aku bangga melihat perkembangan adikku. Berbeda denganku, aku tidak bisa bermain gitar. Aku lebih suka menggambar dan kerajinan tangan. 

Tetapi sebagai manusia, aku juga pernah memiliki rasa emosi dan menyebabkan pertengkaran diantara kami. Permasalahan sepele anak remaja yang sebenarnya tidak penting bila kita pikirkan saat usia dewasa. Aku ingat betul, saat itu aku marah dan menjotos lemari kayu di kamar kami. Aku saat itu benar-benar kesal dengan adikku. Ibu memintaku untuk membersihkan rumah, dan mengepel semua area rumah. Kakakku yang bernama Mbak Rachel sedang sibuk memasak untuk kita semua. Karena ibu lembur jadi tidak bisa menyelesaikan pekerjaan rumah. Disaat kami semua sibuk, adikku malah asyik bermain sepakbola bersama teman-temannya hingga jam 5 sore. 

Pulang-pulang dari bermain, ia dengan percaya diri menginjakkan kaki dengan penuh lumpur pada sepatunya memasuki rumah. 

Cap sepatu coklat dengan lumpur itu mewarnai lantai putih bersih yang baru saja aku pel. Seketika aku membentak adikku,” Yosaf…!!! Matamu picek??? Ra weruh mas mu iku ngepel.. di lap cepet..!!!”. kalau dalam bahasa indonesia: Yosaf, matamu buta? Gak liat kakakku ini ngepel, cepet di lap..!”

Adikku bukannya minta maaf atau membersihkan lantai kotor itu, malah membalas dengan kalimat pedas dari mulutnya,” Bacot aja.. aku tu capek, ngomel aja kayak tukang tagih..!!!” sambil berjalan menuju kamar. 

Seketika aku marah, masuk kamar, dan ku tinju lemari kamar di sebelahnya. Raut wajah takut terpancar dari mukanya, ia menyadari bahwa ia salah. Aku langsung membersihkan lantai bekas kakinya. Aku tidak membencinya, aku melatihnya agar lebih baik. Yosaf semalaman diam dan tidak berbicara denganku. Saat jam 10 malam, dan kami mulai akan tidur, aku dan Yosaf pun tidur dalam kamar yang sama, dan Kasur yang sama. Ia diam menghadap kiri, dan aku diam menghadap kanan. Diam seribu Bahasa. Kami marahan, dan tidak mau berbicara. Kami memang terbiasa tidur awal, karena ibu kami melatih untuk tidur awal. Kebetulan saat itu ada tetangga yang meninggal, jadi ibu meminta kami untuk tidur lebih awal karena ibu akan membantu di rumah duka.

Tiba-tiba di tengah malam, Yosaf ingin ke kamar mandi. Aku tahu dia penakut, dan biasanya selalu memintaku menemaninya. Malam itu, ia sedang tidak mau berbicara denganku, karena ia marah atas teguran yang aku berikan padanya. Tetapi rasa takut dalam dirinya lebih besar dari gengsi marahnya. Seketika dia bangunkan aku untuk menemaninya. Aku pura-pura tidak dengar, dan tidak mempedulikannya. “mas.. mas.. anterin aku mas.. aku takut, takut mas… “, pinta adekku. “hmm. Kan kamu gak mau ngomong sama mas.. sana ke wc sendiri”, jawabku dengan malas.

“mas.. anterin mas. Aku udah gak tahan ke kamar mandi, temenin. Maaf deh.. besok aku traktri siomay”, bujuknya. 

Aku sebagai kakak juga tidak tega melihat adik ku terkecil ini merengek. Akhirnya ku antarkan dia ke kamar mandi. Ya seperti itulah keadaaan aku dan adikku. Kami tidak pernah marah dalam waktu lama. Karena dia tidak bisa jauh dariku, dan aku juga tidak bisa jauh dari dia. Kami saling menjaga sejak kecil. Aku selalu pegang kalimat ayah sebelum ayah meninggal. Ia berkata,” Yohan, jaga adekmu, kamu kakak laki-laki, kalau ada apa-apa adekmu, kamu yang ayah salahkan”. Aku menjaga dia dan menyayangi dia sebagai adik terbaik. Meskipun kelakuannya kadang melebih anak TK yang manja.

Semakin dewasa kamipun mulai bisa lebih mandiri dan sibuk dengan aktifitas masing-masing. Kamar kami pun mulai berpisah. Ia sudah tidak penakut lagi seperti dulu. Ia mulai punya pacar saat SMA, dan aku juga sibuk bisnis kecil-kecilan dengan teman OSIS SMK ku. Kami sudah bisa mandiri dan tidak seperti dulu. Aku tidak bisa memonitor lagi pergaulan Yosaf, karena aku juga sibuk dengan masa remaja ku sendiri. Tetapi ada satu hal yang pasti tidak berubah, aku adalah satu-satunya tempat dia bercerita serta mencurahkan hati.

Saat malam, aku sudah tidur, tiba-tiba dia masuk kamar. “Mas, aku diputus Linta”. Sambil duduk dan sok jaim untuk menceritakan kisahnya. Dan kamipun saling menguatkan. Kadang juga dia marah bila aku menyuruh sesuatu seperti mengambilkan gelas, mengambilkan remot, matikan lampu. Begitupun juga aku kadang marah kalau dia malas beres-beres rumah, dan tidak memasukkan motor ke rumah saat malam aku pulang berjualan makanan bersama teman OSIS. Tetapi kami bisa bertumbuh bersama dengan dekat.

Tetapi ada satu hal yang saat ini menusuk dadaku dan membuatku tidak tega melihat kondisi ini. Adekku yang kusayang, dekat denganku, dan satu-satunya yang kujaga selain ibu. Semalam ia tiba-tiba masuk kamarku. Ia bekerja di sebuah pabrik. Umurnya sudah 21 tahun, sudah dewasa dan tidak lagi manja. Ia sudah dewasa, ia sudah punya banyak relasi dan teman kerja. Tetapi malam itu, ia menemuiku sambil menangis dan berkata pelan-pelan sekali. “Mas, aku kena penyakit kelamin”.

Awalnya dia tidak pernah bercerita perihal seks, dia hanya bercerita dia putus dengan Linta, putus dengan Ratna, jalan dengan Siska, pacaran dengan Ruri, dekat dengan Lili dan terakhir dia bilang sering nongkrong sama temen-temen basket SMA hingga jam 3 pagi. Katanya nonton band. Tapi tiba-tiba dia datang dan penuh rasa takut. Ia berkata terkena penyakit kelamin. Aku langsung menanyakan dengan serius apa yang dia rasakan.


Kata adekku, saat kencing rasanya sakit dan panas. Gatal-gatal di kepala kelamin nya, serta muncul bentol bentol gatal berair. Lama-lama makin gatal, perih, dan saat malam itu ia ke kamar mandi buang air kecil, tiba-tiba muncul seperti nanah dari kelaminnya. Aku benar-benar kaget dan shock. Aku mencoba mencari akar permasalahan ini. Ternyata setiap kali ia pacarana, ia selalu having seks dengan pacarnya. Terakhir saat ia nongkrong sampai pagi, ternyata ia dan teman-temannya melakukan pergaulan bebas. Mereka jajan di luar bersama wanita nakal. Entah apa yang ia pikirkan, kehilangan logika atau kesurupan setan Sarkem.


Aku bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak tega melihatnya, dan aku juga merasa menyesal tidak menjaganya dengan maksimal. 

Harus ku periksakan kemana? Agar ia tidak malu dan cepat sembuh. Bidan atau dokter apa? Karena menyangkut alat kelamin.

Mohon pencerahannya.

padaswAvatar border
p.a.c.o.lAvatar border
sormin180Avatar border
sormin180 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.9K
29
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan