Hai, hai, selamat sore, jumpa lagi dengan Brina si anak labil yang lagi seneng nulis tentang pernikahan. Duh, aku baper ini jadinya nulis tentang pernikahan terus. Jadi ingin cepat menikah dengan doi.

Menikah itu gak semudah yang dibayangkan ternyata. Dalam bayangan betapa bahagianya hidup bersama orang yang sangat dicintai. Memadu kasih dalam setiap hari. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi melihat sang kekasih hati. Oh indahnya hidupku bila itu menjadi kenyataan.

Fiks, ini tulisan anak yang lagi jatuh cinta. Iya betul sekali, TS lagi jatuh cinta soalnya. Ingin terbang sama si ayangbeb ke negeri yang katanya dia suhunya sangat dingin. Kalau misalkan tinggal disana, bakalan malas mandi sampai seminggu, hehe.

Sebelum jauh melangkah pada hubungan yang lebih serius, yaitu pernikahan. Kamu melalui yang namanya pendekatan atau taarufan, dan entah apa kamu menyebutnya. Lalu, jika cocok kamu langsung naik ke jenjang komitmen.

Menurutmu, apakah komitmen itu perlu penyaksian dari orang tua? Bagiku itu sangat perlu. Kenapa? Karena dengan adanya saksi dari orang tua, kita benar-benar berniat untuk menjadikannya sebagai pasangan hidup. Bukan lagi untuk main-main.

Dan, komitmen itu juga perlu untuk saling meyakinkan apabila ada sesuatu yang tidak diinginkan. Misalnya, ketika sedang saling menunggu waktunya tiba ternyata si perempuan ada yang ingin melamar. Lalu, hati perempuan itu terlanjur cinta pada lelaki yang berkomitmen dengannya tadi.

Coba bayangkan seandainya komitmen itu tidak ada penyaksian, apa bisa mempertahankan? Apa yang membuatmu bisa yakin dengan pasangan komitmenmu jika tidak ada penyaksian? Bagaimana kamu bisa yakin, sedangkan tidak ada yang menguatkan.

Andai ada penyaksian kuat dari orang tua. Orang tua bisa menahan orang baru untuk melamar tadi. Tapi kalau gak ada? Anda bermimpi mau mempertahankan.

Baca juga !!
Rasanya Punya Pasangan Sesama Kaskuser

Ada yang pernah bilang padaku bahwa komitmen itu mendahului takdir. Loh, kok bisa? Aku tercengang dong!

Menurutku, komitmen itu bukan mendahului takdir, akan tetapi komitmen itu adalah salah satu usaha untuk mendekatkan kita dengan si doi. Komitmen itu gak perlu tunangan juga. Asal ada penyaksian itu sudah cukup.

Dan kedua belah pihak juga harus bisa legowo jika seandainya tidak ditakdirkan untuk berjodoh. Bukan berarti Allah tidak sayang. Tapi, setidaknya sudah ada usaha, sebelum akhirnya sangat menyesal.

Apakah mengungkapkan perasaan suka itu dosa? Apakah berusaha untuk menghalalkan itu salah? Apakah Allah tidak suka terhadap hambanya yang berikhtiar?

Ah, ini terlalu ribet ya! Aku jadi sulit menjelaskannya, haha. Intinya bagiku komitmen itu sangat penting penyaksian dari orang terdekat.

Lalu, seberapa pentingkah komitmen dalam sebuah hubungan menurutmu? Yuk, share bareng Brina di kolom komentar!

Penulis : @brina313
Referensi : Opini Pribadi
Ilustrasi : disini