Akankah Pedagang Kaki Lima Menjadi Kelaziman Baru?

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Akankah Pedagang Kaki Lima Menjadi Kelaziman Baru?

Papa.T.Bob

09-06-2020 00:56

Akankah Pedagang Kaki Lima Menjadi Kelaziman Baru?

tempo.co

Di perkotaan, khususnya di pinggir jalan raya, pemandangan pedagang kaki lima (PKL) mendadak menjadi suatu kelaziman baru (new normal). Sebelum era pandemi pedagang kaki lima terancam digusur, karena sering dianggap kumuh, kotor, dan menjadi biang kemacetan. Tetapi, di era kelaziman baru anggapan ini mungkin tidak berlaku lagi.

* * * * *

Beberapa waktu lalu terobosanyang dilakukan oleh sebuah gerai pizza ternama di Indonesia menjadi buah bibir warganet. Pasalnya gerai makanan cepat saji, yang sudah identik sebagai restoran bintang lima, tersebut kini beralih kemasan menjadi "pedagang kaki lima".

Gerai pizza bersangkutan berupaya mematuhi peraturan physical distancing, yang menganjurkan masyarakat untuk menghindari keramaian, termasuk aktivitas makan di restoran. Oleh karena itu, diterapkanlah strategi pemasaran jemput bola dengan cara menggelar lapak di pinggir jalan.

* * * * *

Kelaziman baru

detik.com

Di era kelaziman baru - akibat dampak pandemi Covid-19 - berdagang kaki lima menjadi pilihan yang menjanjikan, bagi pengusaha kecil dan menengah maupun pengusaha yang sudah mapan.

Pemandangan seperti ini mulai kerap ditemukan di pinggir jalan raya perkotaan. Di mana mulai banyak beredar mobil MPV yang beralih menjadi toko sembako, toko pakaian, hingga stan kuliner dadakan.

Fenomena ini sejatinya menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, akan terjadi peningkatan konsumsi di kalangan masyarakat. Masyarakat yang perekonomiannya terdampak Covid-19 juga memiliki alternatif pemasukan baru.

Di sisi lain, dampak negatif yang perlu diantisipasi adalah timbulnya kemacetan karena penyempitan akses jalan raya, serta peningkatan limbah anorganik seperti kemasan plastik yang tidak ramah lingkungan. Persoalan klasik ini berpeluang menjadi polemik di tengah era kelaziman baru.

* * * * *

Polemik

tempo.co

Jika ditarik ke belakang, selama ini pemangku kebijakan berusaha membuat peraturan untuk merelokasi pedagang kaki lima ke area yang tersentralisasi. Dengan demikian pedagang yang masih nekat berjualan di pinggir jalan akan dianggap tidak mematuhi peraturan, ilegal, dan berhak digusur. Hal ini merupakan bagian dari perencanaan tata kota berwawasan modern, yang menjadi kelaziman di era sebelum pandemi.

Akan tetapi di era kelaziman baru, perputaran ekonomi yang anjlok mendisrupsi kelaziman lama itu. Jual beli kaki lima seakan dilegalkan demi menekan angka pengangguran dan meningkatkan konsumsi masyarakat.

* * * * *

Kebangkitan Pedagang Kaki Lima

chinapeace.gov.cn

Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di indonesia. Di negeri Tiongkok justru lebih ekstrim lagi. Beberapa pemangku kebijakan di kota metropolis seperti Shanghai dan Guangzhou, justru mendukung pedagang kaki lima untuk mengokupasi ruang-ruang publik perkotaan.

Uniknya lagi chengguan (semacam Satpol PP di Tiongkok), yang biasa terlihat menggusur pedagang kaki lima, kini malah menganjurkan para pedagang untuk kembali membuka lapaknya di pinggir jalan.

Perusahaan perbankan di Shandong dan Jilin, serta raksasa eS E N S O Rmerce Alibaba dan JD, bahkan menawarkan suntikan dana khusus bagi pedagang kaki lima yang membutuhkan pinjaman untuk memulai usaha.

Paling tidak, sebanyak 27 penyelenggara pemerintahan daerah di Tiongkok mendukung bangkitnya bentuk usaha mikro ini. Bagi perekonomian Tiongkok pedagang kaki lima benar-benar menjadi bagian penting dari kelaziman baru.

* * * * *

Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah pemangku kebijakan di sini mau menggunakan cara pandang yang sama dengan di negeri Tiongkok?

Spoiler for :

Yok bisa yok!

emoticon-Swedia

* * * * *

Sekian dari ane Bre & Sis.
Agan setuju/enggak kalo rang-orang jualan di pinggir jalan?
Silakan tulis di kolom komentar emoticon-Big Grin