Kampung Edukasi Watu Lumbung



Hai, Gansist!
Wah, ketemu lagi nih dengan forum travellers yang mengambil tema wisata dekat rumah. Pasti ada dong tempat wisata terdekat dari kediaman, Gansist.

Baiklah, untuk thread ane kali ini akan membahas tentang tempat wisata yang dekat rumah, yang mungkin belum se-moncer wisata yang ada di daerah ane, seperti Parangtritis.

Tempat wisata yang ingin ane kupas yakni tak jauh-jauh dari pantai Parangtritis lokasinya. Namanya adalah Kampung Edukasi Watu Lumbung. Mungkin hanya sekitar 5-15 menitan bila dari rumah ane.

Kampung Edukasi Watu Lumbung, sebuah tempat wisata yang bisa dikatakan hidden gemmenurut ane. Kenapa? Karena lokasinya cukup tersembunyi dan eksotis, Gansist.



Sebenarnya lokasinya sangat strategis , dan berada di lereng bukit kapur. Tempatnya di sebelah Utara pantai Parangtritis, jadi sebelum sampai ke Parangtritis, tepatnya setelah jembatan Kretek, Gansist belok ke kiri kira-kira 500M, lalu belok ke kanan ada jalan yang menanjak untuk menuju lokasi Kampung Edukasi Watu Lumbung.

Kenapa dinamakan Kampung Edukasi Watu Lumbung? Karena di sana, banyak pelajaran yang dapat diambil, misal cara hidup dengan kesederhaan, cara hidup dekat dengan alam, dll

Jalannya sih, cukup ekstrim, meskipun sudah mulus beraspal akan tetapi jalannya menanjak, menanjak, dan menanjak, Gansist. Karena berada di lereng atau atas bukit.

Di Watu Lumbung banyak terdapat bangunan/gubuk untuk bermalam para wisatawan yang ingin menginap. Bangunannya sangat sederhana, hanya berbuat dari kayu. Intinya back to nature, banget.



Bagi seniman, penyair, penulis Watu Lumbung sangat cocok sekali untuk menuangkan inspirasi dan imajinasi. Tempatnya yang masih asri juga perawan. Kicauan burung masih terdengar dengan merdunya.

Karena Watu Lumbung ini berada di ketinggian, Gansist bisa menikmati indahnya pemandangan alam. Ada petak-petak sawah yang menghijau, jalan-jalan yang meliuk-liuk dilihat dari ketinggian. Pun, Gansist bisa menikmati indahnya sunset sambil menikmati kudapan yang sederhana, gorengan, es teh, es jeruk ataupun kopi.



Watu Lumbung diprakarsai seorang bapak-bapak. Ane mengenalnya dengan sebutan Mbah Boy. Jika Gansist datang ke Watu Lumbung, akan mendapat sambutan dengan dibikinkan minum teh tubruk. Mantab, kan! Minum sambil liat pemandangan alam.

Bagi Gansist yang suka traveling, cocok banget, Watu Lumbung ini untuk disinggahi. Merasakan sensasi dengan menginap di sana, dengan nuansa desa yang tempo dulu.



Yups, berhubung saat ini masih dalam masa pandemi, saat berkunjung ke tempat wisata, Gansist tidak boleh melupakan yang namanya protokol kesehatan. Pasti hapal di luar kepala tentang 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak aman.

Protokol kesehatan wajib dilaksanakan agar semuanya sehat. Oh, iya, lebih komplit dan efektif bila Gansist membawa handsanitizer, pastinya sangat praktis untuk membunuh virus dan bakteri, tinggal semprot-semprot.

Oh, iya. Watu Lumbung ini cocok dijadikan refreshing di saat pandemi saat ini. Kenapa? Karena, tempatnya yang asri, udara masih cukup segar karena banyak pepohonan. Udaranya masih bersih. Pokoke recommended banget.



Yang kedua, di Watu Lumbung wisatawan belum terlalu ramai, jadi Gansist bisa lebih mudah melakukan protokol kesehatan yakni selalu menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.

Meskipun Watu Lumbung ini masih sederhana tetapi penataan lokasinya yang artistik. Di sepanjang jalan barang bekas di seperti tivi, lcd, dll ditata sedemikian rupa sehingga terkesan unik.

Meskipun dari barang-barang bekas yang tidak bisa difungsikan tetapi dengan sentuhan tangan seorang seniman bisa menghasilkan karya seni yang indah dan luar biasa.



Nah, itu tadi sekilas tentang Kampung Edukasi Watu Lumbung. Gansist ada yang tertarik untuk menikmati keindahan alam di Watu Lumbung? Tenang aja, nggak ada retribusi pada waktu ane ke sana, mungkin hanya ditarik parkir doang, sekitar 2.000-5.000rb. Murah banget, kan?

Sekian thread dari ane, semoga bermanfaat dan mampu memberikan inspirasi bagi Gansist yang ingin jalan-jalan tipis-tipis di saat pandemi seperti ini. Wassalam.

Penulis: @dalledalminto
Tulisan: opini pribadi
Referensi & gambar: sumber