si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Alvis Saracen, Panser yang Mengantar Para Pahlawan Revolusi Menuju TMP Kalibata
"Hari ini hari angkatan bersenjata kita yang selalu gemilang, tapi yang kali ini hari yang dihinakan oleh fitnah, dihinakan oleh pengkhianatan, dihinakan oleh penganiayaan,"

Kalimat diatas adalah penggalan pidato Jenderal A.H Nasution sebelum melepas rekan sejawatnya menuju peristirahatan terakhir di TMP Kalibata, kalian juga bisa mendengar kalimat beliau ini menjelang akhir film Pengkhianatan G30S.




Alvis Saracen saat upacara pemakaman para Pahlawan Revolusi di TMP Kalibata.

Sumber Ilustrasi Foto


Namun kali ini TS tidak akan membahas G30S, namun akan membahas kendaraan yang jadi saksi bisu kejadian kelam tersebut. Kendaraan tersebut berwujud panser dengan enam roda, kendaraan ini yang membawa jenazah para Pahlawan Revolusi menuju TMP Kalibata.

Kalian juga bisa melihat panser ini dalam film berdurasi 4 jam lebih tersebut, selain muncul dalam adegan film. Saat peristiwa Gestapu, panser ini juga turut serta menyerang tempat persembunyian kombatan PKI di Lanud Halim Perdanakusuma serta Lubang Buaya. Selain itu dalam film Pengkhianatan G30S juga meggunakan panser asli milik TNI AD.




Alvis Saracen


Kendaraan dengan enam roda ini dibuat oleh perusahaan asal Inggris yang bernama Alvis.Sementara produknya diberi nama Saracen, kendaraan ini berjenis APC (Armoured Personnel Carrier).

Penser ini dioperasikan oleh satu pengemudi serta satu komandan, ditambah ia mampu membawa 9 orang pasukan bersenjata lengkap. Panser ini termasuk seri FV600 yang diproduksi oleh Alvis di tahun 1950-an.




Ruang bagian belakang Alvis Saracen.

Sumber Ilustrasi Foto

Panser ini mulai diproduksi tahun 1952-1972, kendaraan ini mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1960-an untuk membentuk satuan kavaleri TNI AD. Alvis Saracen secara keseluruhan memiliki berat mencapai 11 ton, panjang 4.8 meter, lebar 2.54 meter serta inggi 2.46 meter. Sarachen juga memiki saudara yang lahir 2 tahun kemudiam dengan nama Saladin, kendaraan ini berwujud panser juga.




Panser Alvis Saladin, saudaranya Alvis Saracen.

Sumber Ilustrasi Foto


Untuk perlindungan luarnya Saracen menggunakan lapisan Rolled Homogeneous Armour (RHA), sementara senjata utamanya adalah senapan mesin Browning M1919 atau bisa juga dipasangi L37 GPMG (General Purpose Machine Gun) semuanya berkaliber 7,62 mm. Senjata tambahannya berupa Bren LMG serta 6-12 peluncur granat asap. Dilengkapi radio PRC-64 multi frekuensi untuk sistem komunikasinya.

Sementara dapur pacunya menggunakan mesin berbahan bakar bensin, Rolls-Royce B80 Mk.6A 8 silinder berkapasitas 5.675 cc, dengan tenaga maksimal yang bisa dihasilkan mencapai 140 HP. Jangkauan operasinya mencapai 400 km, dengan kecepatan 72 km/jam dijalan beraspal, sementara dijalan off road kecepatannya mencapai 32 km/jam.

Kapasitas bahan bakarnya mencapai 302 liter, dapat melaju dijalur dengan kemiringan 60% dan 30% serta melintasi air setinggi 1,2 m dengan kecepatan 5 km/jam. Alvis Saracen sendiri hadir dalam berbagai varian, namun umumnya ada tiga tipe varian utama sebagai berikut:

●Kendaraan komando lapis baja (FV 604, ACV), dengan peralatan radio ekstra. Dilengkapi papan peta dioperasikan oleh satu pengemudi dengan tiga petugas staf dan dua operator radio.




Ilustrasi FV 604.

Sumber Ilustrasi Foto


●Pos komando lapis baja (FV 610) Royal Artillery (ACP), membawa tiga petugas staf, serta dua operator radio. Memiliki lambung yang lebih lebar dan lebih tinggi.




Ilustrasi FV 610.

Sumber Ilustrasi Foto


●FV 606/FV 611, bertugas sebagai ambulance untuk mengevakuasi serta merawat prajurit yang terluka dengan kapasitas 3 tandu.




Ilustrasi FV 611.

Sumber Ilustrasi Foto


Diperkirakan TNI AD memiliki sekitar 60 unit panser tersebut, pada tahun 1994 panser tersebut dilakukan upgrade mesin dengan menggunakan mesin disel dan penambahan winch untuk menarik kendaraan di medan off road. Beberapa diantaranya dipensiunkan pada tahun itu.

Panser ini juga terlihat masih aktif dan hadir dalam HUT ABRI di tahun 1995. Kemungkinan kendaraan ini sudah dipensiunkan oleh TNI, salah satu pansernya bisa kita lihat di Museum Lubang Buaya bersama tiga kendaraan lain yang jadi saksis bisu G30S.

Selain Indonesia, ada Amerika, Inggris, Thailand dan beberapa negara di Afrika yang memakai panser ini. Kendaraan ini juga dipakai oleh tim SWAT sampai sekarang, meski yang dipakai sudah tidak sebanyak dulu.

Waktu itu Alvis Saracen milik TNI AD masuk Batalyon Kavaleri 7 dibawah naungan komando Kodam V (Sekarang berubah nama jadi Kodam Jayakarta), waktu itu panser ini bertugas mengamankan wilayah Ibu Kota.




Alvis Saracen milik TNI AD.

Sumber Ilustrasi Foto


Misi yang dijalankan Alvis Saracen selain pada peristiwa Gestapu adalah penumpasan kelompok GAM di Aceh, sebagai panser kelas ringan. Kehadirannya banyak digunakan untuk kebutuhan angkut personel oleh TNI AD.

Di negara asalnya panser ini sudah dipensiunkan pada dekade 1990-an, bahkan pabrikannya sendiri sudah tutup. Selain hadir dalam wujud kendaraan militer, pihak Alvis juga membuat panser ini untuk membantu tugas Polisi.




Panser Saracen versi Kepolisian.

Sumber Foto Ilustrasi


Jika kalian melihat film Pengkhianatan G30S, kalian akan menjumpai panser ini dibawa berpatroli oleh TNI AD serta digunakan untuk mengepung tempat persembunyian anggota PKI.

Selain itu beberapa foto dokumentasi tahun 1965 juga memperlihatkan bahwa panser ini yang membawa jenazah para Pahlawan Revolusi ke TMP Kalibata. Saracen sendiri sudah melekat sebagai kendaraan pembawa jenazah Pahlawan Revolusi di Indonesia.

Selain dalam film Pengkhianatan G30S, Saracen juga muncul dalam film The Crying Game yang diproduksi tahun 1992 serta dalam film Judge Dredd tahun 1995. Selama dekade 1980, panser ini juga digunakan oleh tentara Inggris untuk mengatasi konflik di Irlandia Utara.




Saat upacara pemakaman para korban G30S di TMP Kalibata.

Sumber Ilustrasi Foto




Saracen dalam Operasi Rencong di Aceh.

Sumber Ilustrasi Foto


Panser yang Dibeli Oleh Jenderal Ahmad Yani


Dilansir dari liputan6.com (01/10/2017), Brigjen Ahmad Yani terbang ke London, Inggris. Kepergiannya terjadi pada tahun 1959 kala itu mengemban tugas penting. Saat Indonesia tengah berkonfrontasi dengan Belanda dalam perebutan Papua Barat. Yani yang saat itu menjabat Deputi II Kepala Staf Angkatan Darat, ditunjuk menjadi Ketua Staf Operasi.

Ia bertanggung jawab memperkuat persenjataan, mengantisipasi kemungkinan operasi militer. Yani melakukan kunjungan ke beberapa negara Eropa untuk melakukan pembelian senjata. Perjalanan itu kemudian dikenal dengan Misi Yani.

Perjalanan itu membawanya sampai ke Inggris, disana ia dibantu Atase Militer KBRI Kolonel Sutojo Siswomihardjo. Beliau kemudian menjalin kesepakatan dengan Alvis Car and Engineering Company. Dari perusahaan otomotif itu, Indonesia kemudian membeli jenis kendaraan lapis baja Saracen FV 603. Kontrak pembelian panser tersebut ditandatangani tahun 1959, panser ini pun mulai tiba menjelang tahun 1965.




Jenderal A.Yani

Sumber Ilustrasi Foto


Di tahun itu pula kendaraan yang tergolong baru pada masanya tersebut ikut serta menumpas pembrontakan PKI, pada dinihari 2 Oktober 1965. Pasukan RPKAD dan Batalyon 330 Kujang/Siliwangi yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhie Wibowo mengepung tempat persembunyian PKI di Halim Perdanakusuma dengan membawa panser Saracen. Mereka berhasil menuntaskan misi pada pukul 06.00.

Berdasarkan pemberitaan dari harian Kompas (06/10/1965), proses pengangkatan jenazah korban G30S dimulai hari Minggu, 3 Oktober 1965. Karena kendala teknis, pengangkatan baru dilakukan seluruhnya di hari Senin, 4 Oktober 1965.

Sekitar pukul 19.00, jenazah-jenazah tersebut ditempatkan di Aula Departemen Angkatan Darat di Jalan Merdeka Utara. Keeseokan harinya bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-20 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 5 Oktober 1965, ketujuh jenazah pun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.




Iring-iringan pembawa jenazah Pahlawan Revolusi.

Sumber Ilustrasi Foto


Pemberangkatan menuju TMP Kalibata didahului oleh iring-iringan 30 truk yang berisi pasukan RPKAD (sekarang berubah nama jadi Kopassus), kemudian diikuti panser Alvis Saracen yang membawa peti jenazah yang dibalut bendera merah putih. Selain itu pemakaman tersebut juga dihadiri oleh puluhan ribu warga Jakarta dari kalangan sipil maupun militer.

Mungkin almarhum Bapak Yani dan Bapak Sutojo tidak pernah mengira, jika panser yang hendak dibelinya akan menjadi kendaraan yang akan mengantarkan keduanya menuju tempat peristirahatan terkakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata 7 tahun kemudian.




Sumber Ilustrasi Foto



Demikian sedikit informasi yang bisa TS bagikan kali ini, semoga bisa menambah wawasan baru buat kita semua khususnya dibidang alutsista. Sampai jumpa lagi dan tetap enjoy Kaskus emoticon-Angkat Beer


Referensi: 1.2.3.4.5.6
Ilustrasi: google image
Diubah oleh si.matamalaikat 28-09-2020 03:53
agusrezapratam4Avatar border
tien212700Avatar border
yosefulAvatar border
yoseful dan 25 lainnya memberi reputasi
26
7.9K
163
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan